Melvin menyeret Cindy ke pintu depan di mana taksi online sudah menunggu. Ia tidak peduli pada kondisi Cindy yang pucat meski ia sudah sedikit membubuhkan make up. “Ayo berangkat. Kamu sudah terlambat.” Melvin separuh menghardik dengan membuka pintu mobil taksi. “Kenapa gak kamu saja yang nganterin aku, Mas? Kepalaku pusing. Kalau aku pingsan di jalan bagaimana?” ujar Cindy meminta sedikit rasa kasihan dari Melvin. Melvin malah makin jengah dan kesal. Ia berkacak pinggang balik memarahi Cindy. “Kamu manja amat sih! Uda masuk ke dalam sana!” Melvin separuh mendorong Cindy yang terpaksa masuk ke dalam mobil karena ia tidak memiliki tenaga untuk melawan Melvin. Pada akhirnya, Cindy harus pasrah menerima nasib. Entah apa yang akan terjadi padanya saat bertemu Sebastian nanti. Tangan Cindy