Empat Belas

914 Kata
"Tuan. Kita kedatangan tamu." Lapor seorang penjaga. "Sesuai dugaan mereka pasti akan datang. Tapi tak kusangka akan secepat ini," gumam pemimpin mereka. "Bawa mereka masuk," titahnya. Pintu besar berderit masuklah empat orang yang terdiri dari tiga laki-laki dan satu perempuan. "Hormat saya yang mulia nyonya Elena. Merupakan suatu kebanggan bagi kami anda berkenan hadir ke tempat kami." Hormatnya sambil setengah membungkuk dengan tangan kanan di d**a. Brian menggumam tak jelas. Andaikan diijinkan ia pasti sudah menendang pimpinan mereka yang telah berani mengusik ketenangannya. Meski tanpa ia sadari bahwa orang yang dijadikan pimpinan kaum bangsawan bukanlah vampire yang biasa ia hadapi. "Lama tidak jumpa Salvadore," sapa Samuel pada pimpinan kaum bangsawan di hadapannya. "Apa kabarmu kak? Maaf, karena pesona Nyonya Alexandru Cezar, sampai lupa memberikan hormat padamu.” ucapnya seraya menunduk. Brian, Frans dan Elena terkejut. Mereka sama sekali tak menyangka jika Samuel memiliki saudara. Apalagi saudaranya itu adalah orang yang secara nyata menantang mereka dengan menculik Adam. "Cih, tidak usah basa - basi Adik. Kau tentu tahu kedatanganku kemari. Bolehkah kami membawa kembali apa yang menjadi hak kami," ucap Samuel dengan nada tajam. Salvadore tertawa. "Kau sama sekali tak berubah. Tetap sama. Suka mengakui sesuatu sebagai hak-mu," balas Salvadore dengan nada tak kalah tajam di akhir kalimat. Keduanya bertatapan sengit. "Tapi aku ber-hak. Atas dirinya," ucap Elena dengan marah. "Owh, tentu nyonya. Anda adalah ibunya. Tapi bukankah anda sama sekali tidak punya ikatan dengan Adam?" tatap Salvadore sengit. "Apa maksudmu?" bentak Elena. Perasaannya sebagai seorang ibu merasa terhina. "Owh..., sepertinya ada banyak hal yang kau rahasiakan darinya Samuel. Apa anda belum diberitahu bahwa ibu vampire harus menyusui anaknya agar ia punya ikatan dengan anaknya. Dan yang lebih penting adalah agar peristiwa masa lalu yang menimpa tuan Druf dan ibunya tidak terulang kembali" ucapan Salvadore terasa menyakiti Elena. Ia juga tak percaya jika Samuel menyembunyikan banyak hal darinya. "Jangan dengarkan dia Nyonya. Tampaknya kau tak banyak berubah adikku. Dan maaf jika aku melukaimu," ucap Samuel dan langsung menyerang Salvadore. Namun serangannya meleset dan tanpa di duga saudaranya itu justru menyerang Elena. Bruaaakkkkk. "Nyonyaaaa!" teriak Samuel, Brian dan Frans bersamaan. Elena terpental dan membentur dinding. Tak terima istri pimpinan mereka di serang. Ketiganya langsung menyerang balik. Mereka berbicara melalui mindlink. Dan Samuel meminta Frans segera berpencar mencari posisi Adam. Namun rencana mereka gagal. Tanpa di duga para panglima bangsawan telah mengepung mereka. Sesuai prediksi. Kekuatan mereka yang lama tidak digunakan melemah dibawah kekuatan para bangsawan. Di tempat lain Adam terjaga. Ia merasa dadanya sakit. Ia gelisah dan merasa harus keluar dari tempatnya. Ia melayang menuju pintu. "Dam. Kau mau kemana?" teriak Jay. "Keluar," sahut Adam singkat. Dan belum sempat ia bilang bahwa pintunya terkunci. Pintu itu sudah hancur. Hanya dengan satu kata 'hancur' yang diucapkan Adam. Jay mengumpat. Mengapa ia tak lakukan hal itu dari kemarin. Setidaknya ia tak butuh waktu lama untuk menghirup udara segar. "Larilah ke sana. Pergi dari sini." Perintah Adam menunjuk ke rerimbunan. "Kau sendiri?" tanya Jay. Tentu saja ia tidak akan pergi meninggalkan Adam. Namun orang yang dihawatirkannya itu sudah menghilang. Jay memilih mengikuti perintah Adam. Ia yakin temannya itu akan baik-baik saja. Di tempat lain kondizi Samuel, Elena, Frans dan Brian semakin tersudut. Wajah dan tubuh mereka memar. Kekuatan mereka melemah. "Maaf kakak. Sepertinya aku harus membawa kalian ke balik jeruji. Tenang saja. Aku tak mau menjadi adik durhaka. Setelah urusanku selesai aku akan melepaskan kalian," ucapnya dengan senyuman sinis. "Persetan dengan urusanmu. Kembalikan anakku!" teriak Elena. "Cih. Aku paling benci jika ada wanita memaki. Jaga bicaramu. Ingat, kekuasaan suamimu sudah runtuh. Kau bukan siapa-siapa," ucap Salvadore sambil mencengkram kedua pipi Elena. "Cuih. Kau pantas mendapatkannya." Elena meludah di wajah Salvadore. Lelaki yang ternyata wajahnya mirip Samuel itu. Tersenyum. "Jangan salahkan aku. Jika kesabaranku sudah habis." ucapnya. Ia mengangkat sebelah tangannya dengan penuh kekuatan ia arahkan ke wajah Elena. Beberapa detik lagi wajah cantik Elena akan hancur. Sampai gedung sebelah kanan mereka meledak. Blarr. Runtuhnya gedung membuat debu-debu beterbangan. Semua orang yang ada di ruangan itu mengamankan mata mereka. Sampai suasana kembali normal mereka mulai berani melihat siapa di balik gedung yang dihancurkan itu. Sosok Adam yang muncul di hadapan mereka dengan tubuh yang masih melayang membuat semua orang yang hadir terkejut. "Tuan, selamat datang." Sambut Salvadore seraya menekuk lutut diikuti pengikutnya yang lain. Sementara empat orang lainnya terpana melihat orang yang mereka cari kini berada di hadapan mereka dengan sosok yang jauh berbeda. "Tuan, mereka para penghianat. Ijinkan aku memukul penghianat ini," ucap Salvadore seraya melepaskan pukulan biasa ke wajah Elena. Bugh. Elena langsung meringis. Ia memegang wajahnya. Tanpa ada yang tahu Adam juga merasakan sakit di dadanya. Ia bingung. Dan setiap pukulan yang dilancarkan pada wanita itu ia merasakan sakitnya. Sampai ia tak tahan lagi. Ia tapakkan kakinya. "Tidur." Titahnya. Dan seluruh Vampire kaum bangsawan satu persatu rubuh ke lantai. Tertidur sesuai titahnya. Samuel, Frans dan Brian terpaku. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Kejadian yang begitu cepat dihadapan mereka membuat mereka shock. "Siapa kau?" tunjuknya pada Elena. Tentu saja dia menanyakan. Bagaimana bisa ia merasa sakit setiap perempuan itu disakiti. Dan pertanyaannya itu membuat Elena merasa lebih sakit dari luka memar sekujur tubuhnya. "Dia ibumu Dam. Maaf jika kami belum pernah mempertemukanmu," sahut Samuel. Adam terdiam. Ia mencerna kata ayah yang diingatnya dari Jay dan ibu yang baru di dengarnya sekarang. "Ayo kita pulang. Kita bicarakan semua ini di rumah," ajak Samuel seraya menggaet tangan Adam. "Kau. Siapa?" ucapan Adam membuat gerakan Samuel membatu. Ia merasa pendengarannya mulai rusak. "A....apa??" Ucap Samuel terbata-bata. Ia tambah shock.   ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN