Aluna kini menatap Alvar, David, dan juga Kevin. Entah direncanakan atau tidak, ketiga pria itu kini duduk berjejer dan menatap dirinya.
Aluna pun menghela nafas, lantas meletakkan handphone miliknya ke atas meja
"Jadi?" Tanya Aluna dengan bersedekap
"Sudah sampai mana hubungan Aldrich dengan perempuan yang kamu kenalkan?" Penasaran Alvar
Aluna mengetuk dagunya dengan salah satu jari tangannya, menatap penuh pertimbangan pada ketiga pria yang tengah penasaran itu
"Semuanya gagal." Jawabnya santai
Ketiga pria itu menatap tak percaya pada Aluna, tidak mungkin gagal semua kan? Apa semua perempuan itu tidak ada yang sesuai dengan kriteria Aldrich? Atau sesuatu yang lain telah terjadi ? Karena tidak mungkin para perempuan itu menolak pesona Aldrich, dengan wajah tampan dan kekayaan yang dimiliki tentu saja mereka percaya bahwa para perempuan itu akan langsung jatuh cinta ketika mengetahui bahwa Aldrich tengah mencari jodoh
"Aku bicara jujur, kakak." Ujar Aluna menyakinkan
"Tapi, bagaimana bisa? Apa tidak ada satu perempuan pun yang sesuai dengan kriteria Aldrich?" Tanya Kevin
"Bukan masalah itunya, kalian pasti tau kan sosok yang selalu bersama kak Aldrich? Nah sosok itu selalu menganggu para perempuan itu. Banyak dari mereka yang melihat sosoknya entah itu di rumah atau ketika bersama kak Aldrich dan bahkan sosok itu membuat salah satu perempuan yang aku kenalkan meninggal." Terang Aluna
Ketiga pria itu pun menganggukkan kepalanya mengerti dan ngeri secara bersamaan. Jika seperti ini, akan sangat sulit untuk menjodohkan Aldrich. Mereka pun terdiam, masing-masing penuh dengan pikiran bagaimana dan mengapa
Bahkan pikiran tentang Aldrich menjadi perjaka tua pun terlintas
"Mengapa bukan kamu saja, Aluna?" Ujar Kevin tiba-tiba
Aluna mengerutkan keningnya tak mengerti
"Aku kenapa?" Tanya Aluna
Kevin tersenyum lebar menatap Aluna, dia menemukan cara bagaimana perjodohan Aldrich dapat berhasil
"Kamu kan bisa melihat hantu, bukankah lebih mudah jika kamu yang menjadi kekasih Aldrich?" Jelas Kevin
Aluna terdiam, tiba-tiba senyuman terpancar di bibirnya. Betul sekali! Mengapa dia tidak terpikirkan cara ini? Mengapa dia tidak mencari gadis indigo seperti dirinya? Bukankah dengan seperti ini lebih mudah mengenalkannya pada Aldrich dan terjamin keberhasilannya
"Kak Kevin pintar sekali! Mengapa tidak dari dulu aku memikirkan cara ini? Aku bisa mencari gadis yang memiliki kemampuan yang sama sepertiku. Dengan ini, perjodohan kak Aldrich lebih terjamin keberhasilannya." Ucap Aluna semangat
Kevin menghela nafas, lantas menggelengkan kepalanya. "Maksudku mengapa bukan kamu saja? Dirimu Aluna. Kalian kan sudah saling mengenal bukankah lebih mudah untuk Kalian bersama." Jelasnya, entah mengapa tiba-tiba ia ingin menjodohkan Aluna dan Aldrich
Pasti menyenangkan dan lucu
Aldrich yang kaku dan Aluna yang cuek.
Alvar memukul pundak Kevin. "Aku tidak ada pikiran untuk membuat Aldrich menjadi adik iparku dan juga Aluna masih kecil jadi jangan aneh-aneh Kevin.."
David menganggukkan kepalanya. "Mulai sekarang pikirkan itu Alvar, kita tidak pernah tahu takdir yang akan datang bagaimana, bisa saja nanti Aldrich benar-benar menjadi adik iparmu." Ujarnya santai, lebih memilih memakan cookies yang tersaji didepannya
Aluna menggeram. "Aku menganggap kalian berempat itu sebagai kakak bukan yang lain, jadi jangan berpikiran yang aneh-aneh."
Kevin dan David tertawa, ah adiknya yang manis
Kalau kata mereka, Aluna itu jarang berekspresi dan sekalinya berekspresi malah terlihat menggemaskan dan tidak menakutkan sama sekali.
Aluna, adik kecil mereka yang sangat mereka sayangi. Terlepas dari perasaan takut ketika bersama Aluna. Karena bagi mereka, Aluna itu tidak terduga
"David, sepertinya kita memikirkan hal yang sama." Ujar Kevin
David menganggukkan kepalanya. "Sepertinya begitu." Balasnya
Alvar mendengus, memukul pundak kedua sahabatnya dengan keras. "Jangan aneh-aneh." Ujarnya
David dan Kevin tertawa ketika mengetahui bahwa apa yang dipikiran Alvar juga sama seperti mereka
***
Aldrich menatap keluar jendela kantornya yang memperlihatkan pemandangan kota yang ramai, sembari memikirkan kehidupannya yang aneh dan sulit dipercaya juga memikirkan Aluna
Aluna?
Aldrich menggelengkan kepalanya, mengapa tiba-tiba ia memikirkan Aluna? Gadis kuliahan serta adik dari sahabatnya yang memiliki kelebihan khusus
Gadis cuek dan pendiam yang membuat Aldrich langsung canggung ketika mereka tengah berduaan, bukannya apa-apa karena terbiasa berteman dengan orang yang sering berbicara membuatnya bingung ketika berhadapan dengan Aluna yang hanya diam seribu bahasa ditambah lagi Aldrich bukan tipe orang yang mudah mendapatkan topik pembicaraan
Walaupun tak dapat dipungkiri bahwa Aldrich cukup nyaman ketika bersama Aluna
Tok tok tok
Aldrich menoleh, "Masuk."
***
Aluna berjalan dengan santai di taman kompleks, setelah berhasil keluar dari perdebatan ketiga kakaknya. William pun muncul bertepatan ia tiba di taman
"Tidak biasanya kamu kesini, Aluna. Apa ada yang terjadi?" Tanya William
Aluna menggelengkan kepalanya, lantas duduk di bangku taman yang bersih dari para hantu. Sedari tadi ia memang berjalan untuk mencari bangku kosong tanpa ada hantu yang mendudukinya karena biarpun Aluna mau duduk tetapi aura sosok itu akan sangat menganggu dirinya
"Aluna, mengapa kamu tidak memikirkan ucapan Kevin saja." Ujar William
Aluna mengerutkan keningnya. "Ucapan yang mana?" Tanyanya
William mendengus. "Mengapa bukan kamu saja yang menjadi kekasih Aldrich?"
Aluna menghela nafasnya. "Aku tau kamu jelas mendengar alasanku tadi, William." Ujarnya
"Padahal kalau kamu mau, akan ada banyak keuntungan jika kamu sendiri yang menjadi kekasih Aldrich, lagipula sepertinya kamu mulai nyaman dengannya." Ujar William
"Diamlah William." Geram Aluna
William tertawa yang membuat Aluna langsung merinding, tak dapat Aluna pungkiri walaupun mereka berteman dari lama tapi William tetaplah sosok hantu yang memiliki aura menyeramkan. Salah satunya ketika tertawa, biarpun sudah sering mendengar William tertawa tapi Aluna tetap terus merinding ketika mendengarnya
"Ah, ya dimana temanmu yang cerewet itu?" Tanya Aluna
"Kenapa mencarinya?"
"Hanya bertanya."
"Mengalihkan pembicaraan heh?" Ejek William