Teman baru?

924 Kata
Aldrich tersenyum tipis menatap Aluna yang berjalan didepannya dengan cepat. Padahal ia sudah tahu, kalau hubungannya dengan Rania tidak akan berakhir baik, tapi Aluna tetap kesal karenanya. "Aluna, tunggu kakak." Ujar Aldrich sembari menyamakan langkahnya dengan Aluna "lagipula, kenapa kamu harus kesal? padahal kamu sendiri sudah menduga akan berakhir seperti ini kejadiannya." Ujarnya lagi Aluna mendengus, melirik Aldrich dan menghembuskan nafasnya. Aluna marah bukan karena hubungan Aldrich dan Rania berakhir, tapi karena janjinya pada Aldrich yang tidak akan lagi mengenalkannya pada perempuan. Melihat Aluna yang hanya diam, membuat Aldrich dengan cepat meraih salah satu tangan Aluna "Ayo kita makan, aku lapar." Ujar Aldrich sembari menarik Aluna menuju kafe yang tidak jauh dari restoran itu Aluna mendengus, memilih mengikuti Aldrich dengan diam. Sekarang, ia tengah memikirkan cara ampuh untuk mendekatkan Aldrich dengan gadis lain Aluna tidak peduli walaupun harus melanggar janjinya, yang penting benang itu dapat menipis dan Aldrich terbebas dari jeratan sosok perempuan menakutkan itu Padahal, Aluna pikir di jaman modern seperti ini orang akan melawan dengan cara modern. Tapi, ternyata tidak ada perubahan. Entah itu dulu atau sekarang, mengirim barang-barang ghaib itu memang lebih terkenal dan ampuh *** Mereka pun duduk di kursi yang masih kosong. Aluna menatap Aldrich yang tengah memesan makanan "Kenapa kita ke sini? Kenapa bukan di restoran tadi? Biar sekalian, kita tidak perlu jalan kaki ke sini." Tanya Aluna Aldrich tersenyum. "cari suasana baru, Aluna." Jawabnya santai Aluna mendengus, lantas menatap sekitar dengan tajam. Entah mengapa, tapi ia merasa seperti ada yang mengikutinya sedari tadi sejak di restoran. Tanpa sadar, hawa disekitarnya mulai berubah. Aluna mengusap tengkuk lehernya pelan "Kamu bisa melihatku, Aluna?" Aluna meneguk ludahnya, menolehkan kepalanya dengan pelan. "Sial!" Umpat Aluna terkejut Aldrich yang mendengar pun menatap Aluna bingung. "Ada apa, Aluna?" Tanyanya Aluna menggelengkan kepalanya pelan "Ternyata benar, kamu bisa melihatku." Ujar sosok itu sembari duduk di kursi samping Aluna Menatap Aluna dengan senyuman lebar yang malah terlihat menakutkan Aluna menundukkan kepalanya "Aku temannya William, salam kenal. Ternyata kalau dilihat dari dekat, kamu cantik juga." Ujar sosok itu lagi Aluna tidak menjawab. Walaupun dalam hati menerka-nerka, apakah sosok ini baru saja merayu dirinya? Apakah ucapan sosok itu sebuah gombalan? Apakah sekarang, para hantu ini semakin gaul? Melihat ucapannya diabaikan. Sosok itu pun merasa kesal "William, keluarlah. Katamu Aluna manusia yang baik, kenapa dia mengabaikan perkataanku? padahal aku baru saja bilang kalau dia cantik, bukankah seharusnya ia menanggapi perkataan ku?" Aluna membulatkan matanya, menatap sosok baru itu dengan terkejut sekaligus kesal. apa-apaan sosok ini? Apakah jaman sekarang, para hantu itu sukanya mengadu? Tak lama kemudian, William muncul dan duduk di kursi samping Aluna yang masih kosong. "Aluna tidak boleh seperti itu, dia temanku. kamu tidak boleh mengabaikan perkataannya. dia itu baik hati, walaupun sedikit sombong karena bekas luka di wajahnya." Ujar William menasehati Aluna mendengus, baru muncul tapi langsung menasihatinya "Terserahku." Ujar Aluna Aldrich mengerutkan keningnya, kembali menatap bingung Aluna "Apa ada temanmu disini, Aluna?" Tanya Aldrich Aluna menatap Aldrich sembari meringis "Iya, kedua kursi kosong ini ada yang menempati." Jawab Aluna Aldrich menatap horor pada kedua kursi kosong disampingnya "Woah! Jadi kamu benar-benar bisa melihatku? Kalau begitu, perkenalkan namaku Willy. Aku bertemu William di salah satu rumah sakit, waktu itu kamu sedang sakit di sana." ucap sosok itu memperkenalkan dirinya Benar-benar tipe hantu yang ramah! Aluna hanya menganggukkan kepalanya. "Ya, dan namaku Aluna. Kamu pasti tau itu." Balasnya Aldrich yang melihat dan mendengar pun hanya dapat meneguk ludahnya dengan kasar. Dia sangat merinding sekarang! Tapi mau bagaimana? Aluna terlihat nyaman dengan pembicaraannya dan Aldrich tidak ingin mengganggunya "ah ya, sepertinya temanmu ini sedang takut Aluna. Aku merasakan ketakutan itu." Ujar Willy Aluna menaikkan sebelah alisnya, menatap Aldrich dengan seksama "Kak Aldrich takut?" Tanya Aluna Aldrich tersedak dari minumnya. "Ya? Apa?" "Kak Aldrich sekarang sedang takut?" Ulang Aluna Aldrich meringis, lantas menganggukkan kepalanya "Kakak jangan takut, karena mereka dapat merasakan ketakutan kakak. Kalau kakak takut, mereka pasti akan berbondong-bondong kesini untuk mengganggu kakak." Jelas Aluna tenang Aldrich yang mendengar pun, mengumpat pelan. Enak sekali Aluna bicaranya! "Dia mengumpati kamu Aluna." Seru William Aluna mendengus "Dan juga, kakak jangan mengumpat. Mereka bisa mengetahuinya." Tambah Aluna Aldrich hanya menganggukkan kepalanya paham. Ingin menjawab apa? toh para hantu itu pasti mengetahuinya dan akan memberitahukannya ke Aluna "Aluna, Tidak bisa kah kita makan dengan tenang? Maksudku, kalau kamu ingin berbicara dengan mereka kamu bisa secara bisik-bisik agar aku tidak mendengarnya." Ujar Aldrich Aluna menatap Aldrich, lantas menganggukkan kepalanya mengerti "Aluna, aku dengan William pergi dulu. Ada yang mengusir kami dari sini." Ujar Willy Aluna menatap bingung mereka "Sosok yang bersama pria ini, menyuruh kami menjauhi kalian. lebih baik kami pergi dulu, sebelum sesuatu terjadi pada kami. sampai jumpa Aluna, aku harap kita dapat berteman. Oh ya, aku harap kamu lebih berhati-hati terhadap pria didepanmu ini." Jelas Willy "Sudah Willy, Aluna sudah tahu itu. lebih baik kita segera pergi. Aura perempuan jelek itu mulai terasa disini." Ujar William yang sudah merasa tidak nyaman Aluna menganggukkan kepalanya dengan bingung, lantas memulai makan dalam diam. Ternyata sosok perempuan itu memang mengawasi mereka sedari tadi "Mereka sudah pergi?" Tanya Aldrich Aluna menganggukkan kepalanya. "Ada yang menyuruh mereka pergi." Jawabnya Aldrich mengerutkan keningnya. "Siapa?" "Sosok perempuan itu." Jawab Aluna tenang Aldrich membulatkan matanya. "Apa sosok itu ada disini?" Aluna menganggukkan kepalanya. "Ada, tapi ia berdiri disudut kafe ini. Sedari tadi mengawasi kita dengan wajah marah." Aldrich yang mendengar pun meneguk ludahnya kasar, menatap setiap sudut kafe dengan takut-takut. Ah, rasa merinding itu kembali datang padanya Mereka pun akhirnya makan dalam diam, dengan Aluna yang melirik sosok perempuan itu. Berjaga-jaga apakah sosok itu pergi atau masih disana
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN