Aluna menghembuskan nafasnya, menatap bosan pada William yang tengah tersenyum lebar padanya. meminta maaf berkali-kali padanya akibat kemarin menghilang dan tidak muncul saat ia panggil
"Sudahlah William, aku tidak apa-apa. Jadi, berhenti meminta maaf." Lelah Aluna
"Emm, besok aku akan temani kamu ke rumah Bu Helen. Bukannya besok kamu mau ke sana?"
Aluna mendengus, mengingat bagaimana susahnya ia di rumah Bu Helen karena membawa William
"Tidak perlu, kamu akan sangat menyusahkanku kalau ikut ke sana." Ujar Aluna
William terkekeh mendengar ucapan Aluna. Tapi mau bagaimana lagi? Aluna akan benar-benar mengabaikannya jika tengah kesal dan William tidak mau itu terjadi
Lagipula itu bukan salahnya, siapa juga yang mau muncul jika berada dalam keadaan seperti itu. Walaupun jujur, William kemarin melihat dengan jelas apa yang terjadi. William pun ikut ketakutan ketika melihat dengan jelas wajah dari sosok perempuan itu
Karena sebenarnya, William tidak benar-benar menghilang, hanya saja ia ditahan oleh kuntilanak penunggu pohon depan rumah agar tidak masuk. Sehingga, walaupun William tidak didalam rumah tapi ia dapat melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi.
Aluna menghela nafasnya, kejadian kemarin malam benar-benar membekas diingatannya. Ia bahkan tidak bisa makan atau mandi dengan tenang, takut kalau tiba-tiba perempuan itu datang lagi
***
Keesokan paginya, Aluna kembali mendatangi bu Helen, wanita yang ia temui tempo hari. Dengan berbekal rasa penasaran ia memberanikan diri pergi ke sana seorang diri tanpa ditemani teman hantunya, William. Tentu saja setelah ia meminta salah satu kuntilanak untuk menahan William
Aluna menghembuskan nafasnya, memasuki pekarangan rumah bu Helen dengan tatapan lurus ke depan. Mengabaikan semua hantu yang tengah menatap atau mencoba menakutinya
Pintu rumah terbuka, menampakkan Bu Helen yang tersenyum menatap kedatangan Aluna seolah memang tahu bahwa Aluna akan mendatanginya lagi
"Pagi Aluna, aku tidak menduga kau akan kembali kesini secepat ini." Sapa Bu Helen ramah
Aluna menganggukkan kepalanya sopan, bingung ingin membalas apa. Lagipula Aluna percaya bahwa Bu Helen sudah tau niatnya untuk kesini
"Masuklah Aluna." Ajak Bu Helen
Aluna pun segera Masuk mengikuti langkah Bu Helen, lalu duduk di sofa setelah dipersilahkan. Bu Helen tetap tersenyum sembari menatap Aluna
"Jadi, apa yang kamu dapatkan?" Tanya Bu Helen
"maaf?" Bingung Aluna
Bu Helen terkekeh. "apa yang kamu ketahui tentang sosok perempuan itu?" Jelasnya
Aluna menganggukkan kepalanya. "Aku bermimpi melihat seseorang yang tengah melakukan semacam ritual, dan sepertinya sosok perempuan itu merupakan kiriman akibat dari ritual itu. Juga, aku melihat ada tali yang tersambung di jari Aldrich dengan jari dari sosok perempuan yang selalu bersamanya."
Bu Helen menyesap minumnya dengan tenang ketika mendengar cerita dari Aluna
"Lalu, apa yang harus saya lakukan untuk menolong Aldrich?" Tanya Aluna
Bu Helen terdiam. "Jika sosok itu memang kiriman, pasti Aldrich sudah merasakan ada yang tidak beres dengannya. Biasanya orang yang mendapat kiriman mahluk ghaib, ia akan merasakan sakit secara tiba-tiba dan tidak dapat didiagnosa oleh dokter atau ia merasa ada yang selalu mengikutinya."
"Ah, ya. Apa kamu tahu apakah Aldrich merasakan salah satu dari itu? Atau setidaknya, di rumahnya ia merasakan kejanggalan. Seperti benda jatuh sendiri atau suara-suara aneh?" Tambah Bu Helen
Aluna menganggukkan kepalanya. "Dia memang merasa ada yang janggal di rumahnya, sehingga ia sekarang tidak tinggal disana." Ucap Aluna
"Jika benar itu kiriman, apa kamu tidak berpikiran kalau ada benda-benda tak wajar yang tersimpan disana? atau terkubur di rumahnya?" Tanya Bu Helen
Aluna terdiam, benar juga. Jika sosok itu memang kiriman, mungkin saja ada benda-benda tak wajar disana
"Tapi sebelum itu, kita harus mencari cara agar benang yang tersambung di jari Aldrich dapat menipis." Ujar Bu Helen
"Ah, tapi kamu juga harus mulai mencari barang tak wajar yang tersembunyi di rumah Aldrich. bisa benda seperti boneka, jarum, kain putih dan semacamnya." Tambahnya
Aluna menganggukkan kepalanya paham, dia juga tahu benda tak wajar itu bagaimana. Namun, cara untuk menipiskan tali itu bagaimana?
"Ah, ya. bagaimana kalau kamu bisa mulai dengan mencari gadis untuk Aldrich, dengan itu tali akan menipis. Bukankah selama ini sosok itu datang untuk menjauhkan Aldrich dari para gadis? Jika memang benar seperti itu, cara ini adalah yang bisa dilakukan. Kamu juga bisa membuat mereka sampai menikah" usul Bu Helen
Aluna tersenyum sembari menganggukkan kepalanya mengerti
***
Satu bulan kemudian
Aldrich menggeram, menatap kesal pada Aluna yang masih tersenyum padanya. untuk kesekian kalinya Aluna mengenalkannya pada perempuan dan Aldrich sudah lelah karenanya
Tidak tahu bagaimana, tapi Aluna selalu saja mendapatkan gadis baru untuk dikenalkan padanya. Dia tidak tahu kalau lingkar pertemanan Aluna banyak juga, terbukti dengan semua gadis yang dikenalkan padanya
"Berhenti Aluna, kali ini pasti akan gagal sama seperti sebelumnya." Ujar Aldrich kesal
Aluna menggaruk tengkuknya, sebenarnya ia juga sudah merasa cara ini tidak akan berhasil. Bahkan ada gadis yang ia kenalkan pada Aldrich harus meninggal karena gangguan dari sosok perempuan itu. Mungkin, karena Aluna sendiri kurang yakin. Mengingat gadis itu meninggal karena tertabrak mobil
Ah, Aluna lelah dengan cara ini. Jika saja ia tahu cara yang lain
"ini terakhir, kak Aldrich. Aku janji." Mohon Aluna dengan senyumannya
Aldrich menghela nafas pasrah, menatap wajah memohon Aluna membuatnya tidak tega. Mungkin sudah satu bulan Aluna mengenalkannya ke berbagai macam gadis walaupun selalu gagal dan tanpa sadar mereka menjadi dekat
Aldrich sekarang bahkan merasa sangat sulit untuk menolak ucapan Aluna. Bahkan, jika diingat-ingat Aluna akan selalu meminta sesuatu padanya jika Alvar dan kedua sahabat Alvar yang sudah dianggap sebagai kakaknya sendiri itu menolak permintaannya
Apa sekarang, Aluna benar-benar menganggapnya sebagai seorang kakak?
"benar ya, ini terakhir. setelah ini aku akan menolak jika kamu meminta hal seperti ini lagi." Ujar Aldrich
Aluna terdiam, lalu menganggukkan kepalanya ragu-ragu. Mana mungkin, ia melakukan janji itu. Karena hanya dengan cara ini benang itu dapat putus, maka Aluna akan melakukan segala cara tidak peduli walaupun Aldrich akan menolaknya
"Hai, bisa aku duduk disini?" Ujar seseorang yang tiba-tiba datang
Aluna yang melihat pun tersenyum, segera berdiri dari duduknya
"Aku permisi, kalian bisa memulai pembicaraan kalian." Ujar Aluna lalu menatap Aldrich dengan senyuman lebar
"Semangat." ucap Aluna tanpa suara sembari menatap Aldrich
Aldrich hanya tersenyum melihat Aluna yang berjalan menjauh. Jika saja bukan demi Aluna, ia pasti sekarang sudah mengerjakan pekerjaan kantornya dengan tenang
"Aku Rania, salam kenal Aldrich."
Aldrich tersenyum
"Ya, salam kenal juga Rania."