Sebuah Senyuman

877 Kata

Akib sudah menunggu tak jauh dari kelasnya. Cristine hanya berani melirik Airin dari sudut matanya. Gadis itu tampak lebih kuat dari saat mereka di toilet atau di kantin tadi. Airin malah terampil merapikan buku-bukunya dan alat tulisnya. Lalu dimasukkannya ke dalam tas dan disandangnya tas punggung itu. Setelah itu ia menyenggol lengan Cristine, pamit pulang duluan. Yang hanya dibalas Cristine dengan anggukan. Airin tegar menghadapi hari ini. Ia memasang wajah datar pada Akib yang sudah menampilkan senyum malu-malunya. Sayangnya Airin tak melihat senyum tulus itu. Kini setiap melihat Akib, ia terbayang kejadian di kantin tadi. Saat Cinthya memegang lengannya atau mereka yang saling berpegangan tangan. Rasanya sakit sekali. Rasa sakit yang selama ini Airin hindari. Rasa sakit yang ingin

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN