Airin merasa seperti ditarik ulur perasaannya sama sang mantan yang udah punya pacar tapi sering ngasih kode kalau dia sebenarnya sayang sama Airin.
Tapi sayangnya, Airin terlalu sakit hati meskipun lelaki itu sudah menyampaikan rasa cintanya bahkan terus mengejarnya tanpa lelah selama bertahun-tahun. Selama bertahun-tahun itulah Airin terus menafikan diri, mengabaikan lelaki itu dan selalu meyakinkan diri kalau ia tak mencintai lelaki itu lagi.
Disaat lelaki itu nyaris menyerah, ternyata ada sedikit kesempatan yang diberikan untuknya memperjuangkan kembali cintanya meski harus menafikan diri agar tak terlihat masih berharap karena ternyata Airin sudah punya pendamping yang jauh lebih baik dirinya.
Kalau takdir terus mempertemukan, meski wajah telah malas berpaling namun hati masih mencondong, akankah kemunafikan itu terus dipertahankan Airin?
Karena kemunafikan itu senjatanya yang paling dahsyat untuk mempertahankan diri agar tak patah hati dan jatuh sekali lagi.