Jungkook mengangkat barbelnya dengan sekuat tenaga, penuh semangat.
Tidak, tidak, bukan hanya penuh semangat tapi juga dengan penuh amarah.
Masih teringat jelas senyum kemenangan yang terpancar dari wajah Yoongi saat Jungkook memutuskan untuk menerima tawaran peran sebagai adik Taehyung. Bukan hanya senyum kemenangan tapi juga seringaian menyindir.
Itulah yang membuat Jungkook menyalurkan emosinya di gym tempat ia biasa berlatih membentuk ototnya.
"Ini hanya sementara, tak lama. Ini hanya peran, aku tak harus berakrab-akrab ria dengan orang itu di dunia nyata. Ini hanya..." gumaman Jungkook di antara helaan nafasnya sembari mengangkat silih berganti barbel 10kg di kedua tangannya itu terpotong saat ada yang menepuk pundaknya tiba-tiba dari belakang.
Karena kaget, Barbel yang terangkat di tangan kirinya hampir saja terjatuh kalau saja tidak dengan sigap ditangkap oleh orang yang mengagetkannya itu.
Barbel terselamatkan tapi tidak dengan tangan kiri Jungkook. Tangannya serasa mengalami salah urat.
"Aw aw aw.." Jungkook mengaduh sambil meringis. Tangan kirinya masih memegangi barbel yang kini juga sedang dipegangi orang yang mengagetkannya itu.
"Ada apa dengan tanganmu? Apa sakit? Terkilir?" tanya orang yang memegangi barbel di tangan kirinya dengan panik.
Jungkook tambah terkejut saat mendapati orang asing yang sudah berdiri di sebelahnya itu adalah Taehyung.
Taehyung mengambil kedua barbel dari kedua tangan Jungkook dan meletakkannya di lantai. Taehyung juga menyuruh Jungkook untuk duduk di lantai.
Pandangan Taehyung kembali terfokus pada tangan kiri Jungkook yang terulur. Jungkook masih tak bisa berkata apa-apa melihat Taehyung yang hanya mengenakan celana training dan jaket yang sedikit terbuka yang menunjukkan tank top abu-abu di dalamnya, dengan kening yang agak basah karena peluh.
Jungkook bahkan sampai lupa dengan rasa sakit di tangan kirinya.
"Aku akan menyembuhkannya. Tunggu sebentar. Jimin-ah! Ambilkan tasku!"
Jungkook tersadar dari lamunannya. "Hyung, aku bisa mengatasinya sendiri. Ini hanya.."
"Aku yang bersalah, jadi aku akan bertanggung jawab."
Jungkook hanya diam saja saat seseorang berbadan sedikit lebih pendek dari Taehyung dan lebih berotot datang menghampiri keduanya sambil menenteng tas.
Taehyung dengan cepat mengaduk-aduk isi tasnya dan mengeluarkan sebuah botol kaleng semprot lalu menyemprotkannya ke sekujur tangan kiri Jungkook.
Jungkook merasa sedikit terbuai dengan pijatan Taehyung setelahnya.
Taehyung yang sedari tadi memfokuskan pandangannya ke arah tangan kiri Jungkook tiba-tiba mendongak menatap Jungkook dengan senyum yang lagi-lagi sok manis bagi Jungkook.
"Bagaimana? Sudah agak baikan?"
"Mmm.. yah.. nngg.. sudah baikan." Jungkook mencaci suaranya yang terdengar bergetar.
Bagaimana mungkin seorang namja normal sepertinya bisa tersipu gara-gara perlakuan namja lainnya?
Taehyung tersenyum semakin lebar dan kembali memfokuskan tatapannya ke tangan kiri Jungkook yang ia pijat perlahan.
Jungkook yang semakin merasa tidak nyaman, secara perlahan menarik tangannya dari pijatan Taehyung. "Aku rasa tanganku sudah tidak perlu dipijat. Umm.. terima kasih."
"Ah, tidak. Lagipula aku yang salah. Oh, ini kenalkan. Jimin, manajerku."
"Jungkook." Jungkook manyambut salaman Jimin dengan tersenyum ramah.
"Kau artis yang diurus Yoongi-ssi ya?" Jungkook yang mulanya merasa bingung karena orang yang baru berkenalan dengannya ini mengenal manajernya, kemudian teringat bahwa orang inilah yang mengantarkan naskah film ke tangan manajernya.
Jungkook hanya mengangguk merespon pertanyaan Jimin.
"Terima kasih sudah menerima tawaran film itu."
"Ah, tidak tidak." Jungkook menggeleng-gelengkan kepala. "Aku seharusnya yang berterima kasih karena diberi kesempatan."
Tentu saja Jungkook tak benar-benar tulus dengan kata-katanya itu.
"Aku sudah tidak sabar ingin berakting bersamamu, Jungkookie."
Mata Jungkook melebar mendengar panggilan barunya dari Taehyung. Jungkook mencoba menyembunyikan keterkejutannya dengan tertawa, tapi tawanya malah terdengar kikuk.
"Ahaha.. a-aku juga hyung. Mohon bantuannya." Jungkook membungkuk 90 derajat ke arah Taehyung sesaat.
Taehyung mendaratkan tangan kanannya ke rambut Jungkook dan mengacak-acaknya gemas. "Kau lucu sekali Jungkookie."
Tangan Jungkook hampir saja terangkat untuk menepis tangan Taehyung jika saja Jungkook tak ingat dengan wajah galak Yoongi.
Aku harus bersabar.
"Kau sering latihan di sini?"
"Iya." Jawab Jungkook singkat. Moodnya kembali memburuk.
"Berarti kita bisa bertemu lagi di sini."
Taehyung yang terlihat girang malah berbanding terbalik dengan Jungkook yang hanya bisa menahan umpatan-umpatan yang sudah memaksa keluar dari mulutnya.
Tiba-tiba moodnya untuk nge-gym sudah hilang dan yang ia inginkan saat ini hanya pergi dari hadapan Taehyung.
"Tae, sudah waktunya kita pergi." Manajernya mengingatkan.
"Aah, padahal aku masih ingin berlama-lama mengobrol dengan Jungkookie." Taehyung mengerucutkan bibirnya.
"Kau bisa bertemu dengannya lagi saat bertemu dengan sutradara lusa, benarkan Jungkook?" hibur Jimin.
Jungkook tersentak karena namanya disebut-sebut. "Ah.. mmm.. iya." Jawabnya, padahal Jungkook sama sekali belum tahu kapan ia akan menemui sang sutradara film itu.
"Baiklah. Jungkookie, kalau tanganmu masih sakit, kau bisa ke tempatku. Aku akan memberimu pijatan, tidak hanya di tangan." Taehyung mengedipkan sebelah matanya sebelum meninggalkan Jungkook.
Bertambahlah satu hal yang membuat Jungkook tak ingin dekat-dekat dengan Taehyung.
.
.
Berita tentang keikutsertaan Jungkook dalam film yang akan dimainkan oleh Taehyung menyebar dan menjadi topik utama di setiap surat kabar dan media elektronik.
Para fans ada yang mendukungnya, tetapi ada juga yang tak rela dengan peran Jungkook yang harus berperan dengan wanita di film pertamanya.
Jungkook dibuat geram oleh fans pemeran wanita lawannya bermain yang notabene adalah artis ternama itu. Jungkook dianggap tidak cocok lah dengan peran itu, tidak cocok dipasangkan dengan artis pujaan mereka itulah, atau bahkan ada yang berkomentar akting Jungkook pasti jelek padahal mereka belum melihat aktingnya.
Tak hanya fans pemeran wanita itu, tapi juga fans Taehyung ikut ‘mem-bully-nya’ dengan komentar-komentar yang kurang lebih sama.
Yang paling membuat Jungkook geram adalah komentar bahwa dirinya hanya numpang tenar di bawah naungan nama Taehyung.
"Sudah dari awal aku katakan keputusan ini adalah keputusan yang buruk." Omel Jungkook entah pada siapa.
Yoongi yang sedari tadi mendengar omelan Jungkook dari bangku kemudi hanya menanggapi omelannya sepintas lalu. "Itu wajarlah. Perkataan mereka jangan terlalu diambil pusing."
"Fans dan idolanya sama-sama membuatku sebal." Jungkook mengerucutkan bibirnya dan bersedakap d**a.
"Siapa maksudmu? Taehyung?"
"Siapa lagi? Hanya dia alasanku aku tak mau menerima tawaran itu."
"Memangnya dia salah apa sih? Aku tak habis pikir kenapa kau bisa begitu membencinya."
"Dia iblis bertampang malaikat Hyung. Aku yakin itu."
"Jangan berpikiran buruk. Kau hanya baru mengenalnya saja." Jawab Yoongi dengan santai.
"Tidak hyung. Aku yakin. Padahal kami baru saling mengenal, tapi dia sudah sok akrab denganku. Kemarin saja dia mengusap-usap rambutku hyung. Tidak sopan sekali dia."
"Dia hanya ingin mengakrabkan diri Jungkook-ah. Memangnya kau bertemu dimana?"
"Di gym dengan manajernya juga."
"Apa?! Dengan manajernya?" kali ini malah nada bicara manajernya yang meninggi.
"Memangnya kenapa?" tanya Jungkook, heran dengan reaksi manajernya.
Yoongi tertawa canggung. "Ah, tidak.. hahaha."
Jungkook memutuskan tidak menghiraukan sikap aneh sang manajer dan kembali menggerutu. "Kau harus membelikanku es krim setiap aku bad mood sehabis syuting."
"Aku yakin Taehyung akan bersedia membelikanmu." Yoongi terkikik geli.
"Aaaahh~ hyuuuung~.." Jungkook merengek makin kesal karena manajernya itu malah makin menggodanya.
"Sudah, sudah. Kita sudah sampai. Lakukan pekerjaanmu dengan benar. Setelah itu kita bisa berbicara tentang Taehyung lagi."
"Aish!" Jungkook keluar dari mobil van dengan kesal.
.
.
Datanglah hari dimana Jungkook bertemu dengan sutradara dan pemain lainnya. Hari ini selain berkenalan dengan pemain lainnya, akan ada pembacaan dialog oleh para pemain.
Semalaman Jungkook sudah melatih intonasi dan mimik wajahnya untuk pembacaan dialog itu. Dia hanya berharap ia tidak ditertawakan atau direndahkan oleh pemain lain, terutama sang sutradara.
Sepanjang pertemuan itu, Jungkook bisa melihat Taehyung yang terus-terusan menebar senyum.
Saat pembacaan dialog, Jungkook mengakui Taehyung memang sangat berbakat dari caranya membawakan isi dialog itu. Tapi saat pembacaan dialog itu Jungkook juga sempat dibuat tidak fokus dengan dialog yang dia baca karena setiap kali gilirannya membaca dialog tiba, Taehyung akan menatapnya dengan lekat.
Tentu saja Jungkook bersikap tidak mengetahui tatapan Taehyung itu.
Sampai pada dialog antara Jungkook dan Taehyung yang menunjukkan hubungan persaudaraan Jungkook dengan Taehyung. Jungkook sampai dibuat merinding saat Taehyung memanggil nama peran yang ia perankan dalam film itu dengan suara yang dalam tapi lembut.
Padahal yang dipanggil bukanlah namanya, tetapi suara Taehyung itu tetap saja membuat bulu tengkuknya berdiri.
Orang-orang disekitar Jungkook tersenyum kagum melihat akting Taehyung, sedangkan Jungkook hanya mendapatkan senyum ‘maklum’.
Itulah yang bisa ditangkap Jungkook selama pembacaan dialog. Dalam hati Jungkook merasa tak ingin kalah dengan Taehyung. Ia bertekad untuk menunjukkan akting terbaiknya selama syuting.
"Bersulaaaang!!"
Sang sutradara memutuskan mengadakan makan malam dan minum soju bersama untuk para pemain dan staf yang datang saat pertemuan.
"Bersulaaang untuk artis baru kitaa!" teriak sang sutradara sembari mengangkat gelas yang berisi soju yang kemudian diikuti oleh yang lainnya.
Jungkook ikut mengangkat gelasnya dengan malu-malu. Semua mengikuti gerakan sang sutradara yang menghabiskan isi gelasnya dalam satu teguk, termasuk manajer Jungkook yang duduk di samping kirinya.
Berbeda dengan yang lainnya, Jungkook hanya menyeruput isi gelasnya itu. Tak seperti manajernya yang masih terbilang tahan dengan alkohol, Jungkook benar-benar harus berhati-hati dengan minuman satu itu.
Acara makan-makan pun dimulai. Berbagai makanan serta soju dihidangkan di meja panjang yang Jungkook dan kru lain tempati. Sambil duduk bersila semuanya menikmati yang ada di atas meja.
Jungkook harus menahan malu saat manajernya beberapa kali menyuapkan samgyupsal ke dalam mulut Jungkook.
Jungkook tak bernafsu mengambil makanan yang ada di hadapannya terutama saat Taehyung menatapnya dengan tatapan yang tak bisa Jungkook artikan.
Taehyung duduk di seberangnya bersama Jimin. Walaupun Taehyung akan sesekali mengobrol dengan kru lain yang ada di meja itu, pandangannya akan kembali ke Jungkook yang pura-pura tidak menyadari tatapannya itu.
Setelah beberapa saat dan semua masih sibuk makan dan minum, Taehyung tiba-tiba beranjak dari tempat duduknya dan duduk di samping kanan Jungkook yang memang kosong.
"Kau tak suka soju Jungkookie?" tanya Taehyung sambil melihat isi gelas Jungkook yang baru setengah berkurang.
"Aku hanya tak mau mabuk hyung." Jawab Jungkook dengan sopan.
"Oooh, ayolah. Ini hari yang perlu dirayakan. Kau tidak boleh menolak soju, terutama dari seniormu."
Dalam hati Jungkook menggumam kesal saat Taehyung menuangkan soju ke gelasnya dan gelas milik Taehyung sampai terisi penuh dan menyerahkan gelasnya itu pada Jungkook.
Jungkook hanya bisa pasrah memegang gelas itu.
"Kau harus menghabiskannya dalam satu teguk. Bersulang."
Taehyung mengetukkan gelasnya dengan gelas Jungkook kemudian meminum sojunya sampai habis.
Jungkook menatap gelasnya dengan tatapan ngeri. Jungkook menelan air liurnya dengan susah payah sebelum meneguk habis soju di gelasnya sambil memejamkan mata merasakan sensasi panas di tenggorokannya.
Taehyung mengisi gelasnya lagi saat Jungkook baru saja meletakkanya di atas meja. "Sekali lagi Jungkookie." Kali ini Taehyung menuntun tangan Jungkook yang memegang gelas berisi soju itu mendekat ke bibir Jungkook.
Taehyung memiringkan gelas itu sampai soju itu meluncur masuk ke dalam mulut Jungkook. Karena Jungkook yang belum siap menerima masukan soju lagi, ada soju yang mengalir dari sudut bibirnya.
Kepala Jungkook sudah merasa pusing dengan gelas soju keduanya itu. Sehingga tanpa bisa ia kendalikan tubuhnya limbung ke arah Taehyung. Taehyung merengkuh Jungkook ke dalam pelukannya.
Alam bawah sadar Jungkook memaksanya menarik diri dari Taehyung, tapi tubuhnya yang sudah dikuasai alkohol tak bisa melaksanakan keinginannya itu.
Selanjutnya yang Jungkook dengar hanya samar-samar Taehyung meminta izin pada Yoongi untuk mengantarnya pulang, karena manajernya yang dalam keadaan setengah mabuk itu sudah pasti tidak mungkin mengemudi mengantar Jungkook ke apartemennya.
Tapi bagaimana Taehyung akan mengantar Jungkook pulang jika Taehyung saja tidak tahu tempat tinggal Jungkook?
Bertanya pada Jungkook saat keadaanya yang setengah sadar itupun tidak mungkin.
Lalu?
.
.
Sinar matahari merambat masuk melalui tirai, menyentuh tubuh seorang namja yang terlelap tengkurap dengan kepala mengarah ke samping kiri.
Jungkook bergerak sedikit karena sinar matahari yang menyentuh kelopak matanya yang tertutup. Jungkook mengerang. Matanya terbuka sesaat tapi kemudian terpejam lagi saat merasakan kantuk masih memberatkan matanya untuk terbuka.
Jungkook makin membenamkan diri ke ranjang empuk berseprei merah mawar yang dia tempati. Jungkook bahkan tak menghiraukan sensasi kulit di tubuhnya yang bersentuhan langsung dengan permukaan ranjang.
Yah, sensasi itu.
Sensasi dimana tubuhmu tak dihalangi oleh selembar kainpun untuk bersentuhan langsung dengan sprei yang selembut sutra.
Tunggu dulu.
Seingat Jungkook, sprei dan selimutnya tak berwarna merah mawar dan tak selembut yang ia rasakan saat ini. Ia bahkan tak mengenal aroma maskulin lain yang menempel di ranjang tempat ia tidur saat ini.
Tidak.
Jungkook merasa familiar dengan aroma itu. Setelah Jungkook mengernyit masih dengan mata yang terpejam cukup lama, akhirnya ia menelentangkan badannya dan membuka matanya.
Sakit kepala menyerangnya.
"s**t!" umpatnya pelan sambil memegangi pelipisnya.
"s**t!" umpatnya lagi saat menyadari tubuhnya tak mengenakan sehelai pakaianpun dan hanya tertutup selimut sampai pinggangnnya.
Jungkook bangun terduduk.
"s**t!" umpatnya lagi saat menyadari ruangan tempatnya berada saat ini bukanlah kamarnya.
"Bisakah kau tidak terus-terusan mengumpat Jungkookie?" ucap suara dari samping kanannya.
"AAAHHH!!" Jungkook berteriak kaget saat mendengar ada suara tiba-tiba dari sampingnya.
"KAU!!!!" tunjuk Jungkook dengan telunjuknya pada orang yang berbaring di sisi lain ranjang yang ia tiduri sembari mengangkat selimut sampai ke bawah dagunya.
"Bisakah paling tidak kita saling mengucapkan selamat pagi?" ucap Taehyung sambil mengucek-ngucek matanya.
Jungkook memandang horor Taehyung yang topless.
Jungkook tak mau menebak-nebak apakah di balik selimut yang menutupi tubuh Taehyung sampai pinggang itu Taehyung juga tak mengenakan pakaian sehelaipun.
Jungkook masih memegangi erat selimut yang menutupi tubuhnya sampai bawah dagu sambil menatap waspada ke arah Taehyung yang merentangkan kedua tangannya, melemaskan otot-ototnya.
Jantungnya semakin berdegup kencang saat melihat gerakan Taehyung yang menyampingkan badannya ke arah Jungkook yang sudah meringkuk sambil memegang erat selimut.
Taehyung menopangkan kepalanya dengan tangan kiri, menatap Jungkook dengan senyum.
"Apa yang terjadi semalam? Kenapa aku dan kau berakhir seperti ini?" hilang sudah rasa sopan santun Jungkook terhadap Taehyung.
"Kenapa kau tidak mengingat-ngingatnya saja? Aku akan kecewa jika kau tidak mengingatnya." Balas Taehyung dengan ekspresi terluka yang dibuat-buat.
Jungkook mencoba berpikir keras, mengingat kejadian semalam. Ingatan Jungkook hanya sebatas saat ia meminum gelas soju keduanya dan yang seterusnya hanya membuat Jungkook makin sakit kepala karena tak ingat lagi.
"Aku tak ingat." Ucap Jungkook sedikit emosi. Taehyung hanya terdiam dan tersenyum menerima tatapan tajam dari Jungkook. "Ceritakan padaku!" titah Jungkook.
Taehyung hanya melempar senyum penuh arti ke arah Jungkook. Tak lama senyum itu berubah menjadi seringaian seduktif yang membuat Jungkook makin ketakutan.
Jungkook tersentak dengan apa yang Taehyung lakukan selanjutnya......
.
.
Note :
Cerita ini sebelumnya sudah pernah di bukukan..
Jika kalian berminat untuk PDF/E-Book chat aja.
Untuk bukunya silahkan ke s****e : https://shopee.co.idaaraspy