Lampu blitz berpendar tiap beberapa detik. Seorang fotografer berkali-kali mengubah angle kameranya, tapi tetap terfokus pada satu target. Di ruangan yang telah di dekor secara sempurna untuk pemotretan sampul majalah itu, banyak Staff berlalu-lalang, sesekali terdengar teriakan si fotografer memandu sang model untuk berpose sesuai keinginannya.
Setiap beberapa menit stylist akan menghampiri si model untuk merapikan baju yang ia pakai atau me-make up ulang si model. Sang model hanya tersenyum walau di balik senyumnya itu tersimpan rasa lelah yang sudah ingin membludak.
"Jungkook-ssi, lakukan pose satu kali lagi."
Jungkook, si model, menuruti sang fotografer. Jepretan terakhir dan dia akan bisa menikmati tempat tidurnya di apartemen.
Jungkook membungkuk berterima kasih atas kerja fotografer dan para Staff, kemudian berjalan melewati mereka. Para staff satu persatu memuji kerjanya, Jungkook hanya bisa tersenyum dan berterima kasih.
Pipinya sudah terasa kelu karena menebar senyum seharian ini dan satu-satunya yang diinginkan Jungkook saat ini hanya tidur, yah tentu saja setelah dia mengganti baju dan keluar dari gedung pemotretannya itu.
Sepertinya keinginannya yang sungguh berharga itu harus ditunda saat manajernya menghampirinya dengan senyum sumringah.
"Jungkook-ah, kau keren sekali tadi." Puji manajernya, yang kini berjalan beriringan di sampingnya.
Jungkook hanya mengedikkan bahu. Ia mempercepat langkahnya melewati koridor dan ingin segera keluar dari gedung itu.
Sialnya, Jungkook bertabrakan dengan seseorang di belokan koridor sampai Jungkook jatuh mendarat dengan pantatnya. Jungkook meringis sakit sambil mengusap-usap pantatnya.
"Kau tidak apa-apa?" tanya orang yang menabraknya.
Jungkook baru saja ingin mengomeli orang itu saat manajernya berteriak kecil, hampir histeris. "Taehyung-ssi? Aku tak menyangka bisa bertemu kau di sini."
Jungkook memandang aneh ke arah manajernya dan orang yang dipanggil Taehyung itu secara bergantian.
"Ah, maaf kalau aku tidak sopan. Aku Min Yoongi, manajer Jeon Jungkook." Manajernya mengulurkan tangan ke arah Taehyung, dan Taehyung menyalaminya sambil tersenyum.
"Oh, dan dia..." manajernya menarik paksa Jungkook, yang masih terbengong di lantai, untuk berdiri. ".. Jeon Jungkook." Tatapan Yoongi beralih ke Jungkook. "Jungkook, beri salam padanya. Dia artis terkenal dan sunbaenimmu." Bisik manajernya tajam.
Masih sedikit kesal, Jungkook mengerucutkan bibirnya ingin protes pada manajernya, tapi manajernya keburu mendorong punggungnya untuk membungkuk di hadapan Taehyung. Mau tak mau Jungkook harus menuruti manajernya itu.
"Annyeonghaseyo. Jeon Jungkook imnida." Ucapnya dengan nada menggerutu, masih merajuk.
Jungkook kembali menegapkan badannya saat mendengar Taehyung tertawa kecil. "Ah, kau penyanyi baru itu? Senang berkenalan denganmu."
Entah ini hanya perasaannya atau orang bernama Taehyung itu memang sedang ber-flirting ria terhadapnya? Senyumnya sok manis, bagi Jungkook.
Walaupun manajernya bilang Taehyung adalah artis terkenal, tapi Jungkook sama sekali tidak tahu tentang orang yang ada di depannya ini. Salahkan masa trainee yang membuatnya sibuk berlatih agar debut lebih cepat sehingga ia mengacuhkan berita apa pun tentang dunia Entertainment.
Jungkook merasa sesuatu yang menyengat di punggungnya. Manajernya mencubit punggungnya, cukup untuk menyadarkan Jungkook terhadap sinyal yang dikirim mata si manajer.
Dengan matanya si manajer menunjuk ke arah tangan Taehyung yang terulur ke arah Jungkook. Dengan senyum canggung ia meraih tangan itu.
"Senang juga berkenalan denganmu, Taehyung sunbaenim."
Taehyung tertawa kecil lagi. "Tidak perlu seformal itu. Umur kita tidak beda jauh kan?"
Mana aku tahu berapa tahun perbedaan umur kita, Jungkook menggerutu dalam hati.
"Ah, aku hanya tidak ingin dianggap tidak sopan terhadap seniorku.. mmm.. Taehyung-ssi." Jungkook dengan ragu memanggil orang di depannya itu.
"Panggil saja aku Taehyung. Atau Hyung kalau kau masih ingin tetap menjaga prinsipmu yang menghormati senior itu. Aku tidak keberatan kalau kau tidak menggunakan bahasa formal denganku. Aku bukan senior yang kolot." Lagi-lagi Taehyung tersenyum, terlalu manis untuk ukuran Jungkook.
"Oh, baiklah.. nngg.. hyung." Ucap Jungkook dengan kepala sedikit tertunduk.
Taehyung terkikik. "Kau cute sekali, Jungkook." Taehyung mengelus-elus lengan kanan Jungkook sesaat, membuatnya sedikit tersentak dengan gerakan yang tiba-tiba itu.
"Taehyung-ssi, kau pasti sedang ada urusan. Maaf kami mengganggumu."
"Ah, tidak apa-apa Yoongi-ssi. Urusanku tidak terlalu darurat."
"Kalau begitu kami permisi dulu. Silahkan lanjutkan aktifitasmu." Kedua belah pihak saling melempar senyum sebelum berpisah.
Di dalam van, Jungkook mengeluarkan semua uneg-unegnya pada manajernya.
"Hyung! Kenapa kau kejam sekali tadi? Dia hanya seorang artis tapi kau tega mem-bully-ku."
"Dia bukan hanya artis biasa, Jungkook-ah." Jawab Yoongi dari kursi kemudi. "Dia artis besar negeri ini. Kau bisa kelimpahan gajinya yang besar jika kau bisa bekerja sama dengannya suatu saat nanti. Dan aku baru saja membukakan pintu kesuksesan itu untukmu."
Jungkook mendecakkan lidah. "Aku tak bisa membayangkan jika harus bekerja sama dengan orang seperti dia. Lagipula dia bukan penyanyi. Aku lebih ingin berkerja sama dengan Michael Jackson."
"Oke, susul dia ke liang lahat sana." Cibir Yoongi.
"Hyuuuung~ Tak sadarkah kau kalau dia itu terlalu... hmm bagaimana ya aku menggambarkannya.."
Jungkook masih sibuk berpikir kata-kata yang tepat untuk menggambarkan Taehyung yang sudah memberi kesan buruk pada pandangan pertama, saat Yoongi memotongnya.
"Dia tampan, berbakat, kaya, baik hati, benar-benar malaikat, lalu apa lagi?"
"Kau terdengar seperti menjodohkanku dengannya." Cibir Jungkook.
"Aku memang ingin kalian berjodoh dalam hal pekerjaan. Aku ingin kalian bisa tergabung dalam sebuah proyek."
"Maksudmu dalam sebuah film atau drama?" tanya Jungkook, mulai tertarik dengan topik pembicaraan ini karena menyangkut dunia yang akan dia masuki selanjutnya.
Jungkook melihat manajernya mengangguk.
"Tapi aku tidak mau kalau ada dia."
"YA! Kau ini keras kepala sekali. Bersyukurlah kalau kau sampai bisa satu film dengannya."
"Lagipula mana mungkin aku bisa langsung bekerja sama dengan artis terkenal, aku kan baru debut. Lihat saja tawaran film dan drama yang menghampiri mejamu. Semua perannya terlalu membosankan. Jadi figuran lah, cameo, paling tidak aku ingin mendapatkan peran pembantu tokoh utama." Tutur Jungkook berapi-api.
"Itu bisa aku usahakan." Balas manajernya meyakinkan.
Jungkook hanya bisa menghela nafas seraya memandangi pemandangan kota di malam hari dari jendela mobil vannya. Bayangan pertemuannya dengan Taehyung tadi kembali mengintai pikirannya. Entah mengapa, ia merasa pertemuannya dengan Taehyung akan membawa hal buruk baginya.
Sampailah Jungkook di apartemen kecilnya. Uang yang dia dapat dari kegiatan debutnya belum cukup untuk membeli apartemen yang lebih luas, karena itu untuk saat ini ia harus merasa cukup. Asalkan ada ranjang empuk untuk menghilangkan rasa lelahnya, itu sudah cukup.
Manajernya menyerahkan daftar kegiatannya besok sebelum pergi meninggalkan apartemen Jungkook. Jungkook meneliti kertas di tangannya sambil berbaring di sofa. Jari telunjuknya menyusuri deretan kegiatan yang tertulis di kertas itu dan matanya menangkap satu kegiatan.
"Interview dengan salah satu stasiun televisi? Interview apa lagi?"
Jungkook merasa bosan dengan interview-interview yang dia jalani. Toh pertanyaan yang akan mereka ajukan sama saja.
Rasa lelah mulai menguasai dirinya dan beberapa menit kemudian Jungkook sudah terlelap di atas sofa.
******
"Jungkook-ah, ini interview tentang keinginanmu untuk memasuki dunia akting. Kau harus ingat, jika mereka bertanya kau ingin bekerja sama dengan siapa, jawablah Taehyung."
Jungkook sudah merasa jengkel karena manajernya itu mengulang kalimat itu berkali-kali.
"Aku tahu." Jawabnya acuh.
Moodnya yang sudah buruk dari pagi makin diperburuk oleh manajernya yang memaksanya itu. Badan Jungkook terasa pegal-pegal karena kesalahannya yang tertidur di atas sofa semalam.
Jungkook menebar senyum sepanjang acara talk shownya. Terkadang ia akan tertawa menjawab pertanyaan dari pembawa acara. Hingga sampai pada pertanyaan yang sudah ditunggu-tunggu olehnya, atau mungkin lebih tepatnya oleh manajernya.
"Aku mendengar kau ingin mencoba bakat aktingmu. Apa itu benar?"
"Iya. Aku tak akan puas jika hanya menari dan menyanyi. Aku juga ingin mencoba dunia akting jika aku beruntung."
"Apa kau mempunyai target ingin bermain film dengan siapa?"
Jungkook mengembangkan senyumnya kemudian menjawab, "Aku ingin dengan Taehyung sunbaenim."
"Wow! Pilihan yang sungguh berani. Apa ada alasan khusus kau memilihnya?"
"Hmm.." untuk yang satu ini sudah jelas Jungkook tidak diajari untuk menjawab apa oleh manajernya. Sampai ia teringat perkataan manajernya itu di van kemarin. "Kurasa semua orang juga tahu. Dia tampan dan berbakat. Aku tak mau menyia-nyiakan kesempatan jika aku bisa berperan bersamanya di sebuah film."
Jungkook melirik sekilas ke arah manajernya yang berdiri tak jauh dari kameramen. Senyum puas terlukis di wajah manjernya itu.
"Aahh, ternyata daya tarik Taehyung-ssi sudah menghipnotis artis baru kita ini." Ucap si pembawa acara ke arah kamera.
Jungkook hanya bisa menggerutu dalam hati. Pembawa acara kembali menoleh pada Jungkook. "Lalu apa yang akan kau rencanakan selanjutnya?"
"Mungkin menunggu tawaran akting." Canda Jungkook sembari tertawa pelan.
Jungkook bisa bernafas lega saat acara talk show itu akhirnya selesai. Acara talk show itu akan ditayangkan malam harinya. Entah apa reaksi masyarakat keesokkan harinya. Jungkook tidak peduli. Yang penting dia sudah melaksanakan tugas dari manajernya.
Jungkook merasa ia sedang memancing entah siapapun itu untuk mempertemukannya dengan Taehyung, dalam sebuah proyek film.
.
.
Dan dugaannya benar-benar terjadi...
Pagi-pagi sekali manajernya menggedor pintu apartemen Jungkook. Jungkook yang masih mengantuk membuka pintu apartemennya dengan malas. Manajernya langsung masuk seperti banteng mengamuk begitu pintu terbuka. Jungkook hanya bisa melongo.
"Hyung. Kenapa pagi-pagi sekali? Jadwalku kan baru ada nanti siang. Ini masih pukul tujuh." Jungkook menguap lebar.
"Sini Jungkook-ah." Yoongi menarik lengan Jungkook yang terlampau lambat menghampirinya yang duduk di sofa. "Impianmu terwujud! Ada tawaran bagus untukmu."
Jungkook hanya memandang manajernya dengan mata yang hampir terpejam lagi.
"Ada peran bagus untukmu! Bacalah!" dengan girang manajernya menyerahkan satu naskah tebal ke pangkuan Jungkook.
Jungkook membukanya dengan malas. Matanya melebar saat mendapati dirinya ditawari sebagai pemeran pembantu tokoh utama. "Hyung! Ini..."
"Ya, peran yang kau inginkan. Dan kau harus tahu siapa pemeran tokoh utamanya."
Perasaan Jungkook mulai tidak enak. "Jangan katakan.."
"Yak! Taehyung! Kau tahu naskah ini aku dapat dari siapa?" Jungkook sudah tak mau menduga-duga lagi. Moodnya langsung memburuk. "Aku mendapatkannya dari manajer Taehyung! Taehyung sendiri yang ingin kau memerankan ini, dan sutradara sudah setuju. Ah, dia pasti menonton interviewmu kemarin. Dia..."
Jungkook tidak mempedulikan ocehan manajernya itu dan malah melenggang kembali ke kamar. Yoongi yang menyadari ketidaktertarikan Jungkook dengan tawaran itu langsung mengomel pada Jungkook.
"YAA! Jungkook-ah, kau tidak boleh menolak tawaran bagus ini. Ini hanya kesempatan sekali seumur hidup. Kesempatan ini belum tentu datang lagi."
"Aku tak mau tahu, hyung. Tolak tawaran itu." Rengek Jungkook dari kamarnya.
"YAA!" manajernya makin murka. "Pikirkanlah dulu. Aku ingin mendengar keputusanmu secepatnya. Maksimal besok! Akan kutinggalkan naskah ini di meja ruang tamu."
Jungkook bisa mendengar suara pintu apartemennya terbuka kemudian tertutup kembali. Perlahan Jungkook mengintip dari ambang pintu kamarnya, ruang tamunya sudah sepi tak ada tanda-tanda manajernya masih duduk di sofanya. Sambil menggaruk-garuk kepalanya, Jungkook menghampiri naskah yang tergeletak di atas meja, dengan malas. Jungkook membuka bagian sinopsis dan membacanya.
Film yang berceritakan tentang persaudaraan dan perselingkuhan. Dimana pemeran utamanya adalah pria. Pemeran utama pria memiliki adik laki-laki yang umurnya tak beda jauh. Pemeran utama pria memiliki brother complex terhadap adiknya. Si adik ternyata menyimpan perasaan terhadap kekasih sang kakak dan mereka berselingkuh di balik punggung si pemeran utama pria.
Jungkook menggaruk-garuk tengkuknya. Jika ia menerima tawaran ini, dia akan menjadi adik si pemeran utama pria, yang diperankan oleh Taehyung. Sebenarnya perannya cukup menantang. Tapi Jungkook masih merasa enggan untuk menerima tawaran itu, karena Taehyung ikut turut andil dalam pembuatan film ini.
...brother complex...
Dua kata yang menarik perhatian Jungkook. Bagaimana mereka, atau lebih tepatnya Taehyung, akan memerankan seseorang yang memiliki brother complex jika mereka saja dalam dunia nyata tidak akrab sama sekali?
"Dia artis yang berbakat." Ucapan Yoongi hyung terngiang di telinganya.
Yah, dia pasti artis yang profesional jika namanya begitu dikenal.
Peran itu tidak akan sulit baginya, gumam Jungkook.
Tapi bagaimana dengan Jungkook?
Jika ia menerima tawaran ini, dia harus tahan berperan 'sok akrab' dengan Taehyung.
Tapi jika ia menolak tawaran ini, dia harus siap 'dibuang' oleh manajernya.
Bagaimana ini?
TeBeCe