Pricilla duduk di ruang tamu bersama ibunya. Belum sempat mengganti pakaian, dia melihat Alya yang duduk dengan wajah banjir air mata. “Mama kenapa?” tanyanya dengan lembut.
“Prissy, Mama sudah tidak bekerja lagi. Terus, ke depannya kita bakal seperti apa?” ujarnya sembari mengusap air matanya.
Pricilla berjalan ke kamar tanpa menjawab pertanyaan ibunya. Mengambil pakaian ganti untuk mengganti seragamnya. Kemudian, mengambil celengan berbentuk tabung untuk diberikan kepada Alya.
“Mam, Prissy percaya dan yakin kita bisa melewati semua ini. Mama, tahu enggak kalau masakan Mama itu enak banget. Ini, aku ada sedikit uang untuk mencoba jualan,” kata Pricilla memberikan uang kepada Alya.
“Terus, bagaimana dengan uang buku dan lain-lain?” tanyanya.
“Santai saja. Prissy masih bisa mencarinya nanti.”
Pricilla beranjak ke kamar. Mengambil ponsel yang tertinggal di meja kamarnya. Membuka konten masak di internet untuk mencari referensi masakan yang bisa dijual di pasaran.
“Ini ... Mama coba bikin masakan ini,” kata Pricilla sembari memperlihatkan video tutorial membuat donat. “Ma, nanti kita bikin kreasi baru. Bisa dengan bentuk atau toping,” sambungnya.
Alya terdiam mendengar penuturan putrinya. Walaupun sebenarnya tidak paham dengan makna perkataannya. Setidaknya, Alya menjadi pendengar yang baik.
“Ma, coba ikut Prissy,” katanya sembari menggandeng lengan ibunya. Masuk ke dapur di rumahnya. Dapur yang tidak semewah milik temannya, tapi dapur itu yang akan menjadi bukti kesuksesannya kelak.
Pricilla mengambil baskom dan garpu. Menuangkan telur, sepucuk sendok pengembang dan sedikit garam. Mengaduk sampai telur berwarna putih seperti krim. Kemudian, menambahkan gandum. Adonan diuleni sampai kalis. Kemudian, ditutup rapat dengan kain tunggu sampai mengembang.
Beberapa saat adonan telah mengembang dengan sempurna. Pricilla mencoba untuk membentuk donat dengan bentuk yang berbeda. Dia membentuk adonan menjadi bentuk bulan sampai adonan habis. Kemudian, menggoreng dengan minyak sampai matang.
Menggunakan toping misis dan kristal-kristal dengan begitu indahnya menghiasi donat bulan itu. Sebuah inovasi baru yang akan dia coba untuk memulai bisnis. “Mama, coba dulu,” katanya sembari memberikan satu biji donat yang sudah di hiasnya.
“Enak, Pris, tapi teksturnya kurang baik,” kata Alya, “ehm, ini kurang lembut lagi,” sambungnya menjelaskan.
Pricilla tersenyum manis. Soal rasa dan tekstur masih bisa diperbaiki sembari terus belajar. Terpenting, mau berusaha dan tidak menyerah. Pricilla mengangguk lalu membungkus donat buatannya untuk dibagikan kepada warga sekitar. Ya, pikirnya sebagai tester agar memikat mereka untuk menjadi pelanggannya.
Setelah selesai, Alya dan Pricilla kembali ke rumah. “Berarti, besok dicoba lagi, tambah ragi sama air sedikit,” kata Pricilla setelah duduk di ruang tamu.
“Terus, kalau sampai uang habis?” tanya Alya dengan lirih.
“Mulai besok kita buat untuk dijual. Mama yang bikin adonan. Prissy yakin kalau tangan Mama akan tepat membuat masakan. Nanti, Prissy yang menghias,” kata Pricilla sembari berlalu.
Mengambil air wudu. Masuk ke kamar untuk menjalankan ibadah tiga rakat. Kemudian, masak tempe bersama Alya untuk menu makan malam. Setelah selesai, mereka duduk berdua di bangku panjang yang ada di dapur.
“Pris, Mama sebenarnya bingung. Tapi, beruntung punya kamu yang selalu memberi solusi di saat merasa buntu,” ucapnya, “Mama harap kamu selalu menjadi putri Mama yang penuh rasa empati dan rendah hati,” sambungnya.
“Aamiin, Ma, maafin Prissy kalau banyak salah,” lirihnya.
Alya beranjak untuk memeluk putrinya. Selama beberapa detik mereka berpelukan, kemudian kembali menyantap makan malam yang penuh kesederhanaan. Bersyukur masih bisa makan lezat walau dari bahan pokok yang dianggap remeh. Padahal, tempe memiliki kandungan gizi yang baik.
Keesokan harinya, lebih tepatnya pukul tiga dini hari. Alya dan Pricilla telah siap untuk memulai membuat donat. Mereka membentuk donat berbentuk lingkaran seperti biasa, donat bola berisi cokelat lumer, dan berbentuk bulan. Menghiasi dengan berbagai toping yang tersedia di rumah.
Tepat pukul lima, mereka telah selesai membuat donat. Pricilla beranjak mandi untuk bersiap ke sekolah. Sedangkan, Alya melanjutkan masak untuk sarapan. Sekitar pukul enam pagi, Pricilla berangkat dengan membawa setengah dari keseluruhan bungkus untuk dititipkan di warung dan kantin sekolah. Dia percaya pada Tuhan yang akan membantunya keluar dari masalah finansial keluarga. Mungkin, dagangan ini salah satu jalan yabg diberi dari Tuhan.
“Pak, permisi Prissy mau titip donat boleh?” tanya Pricilla, “Eh ... Bapak apa kabar? Sehat, kan ya?” sambungnya.
“Alhamdulillah, sehat. Boleh sini donatnya,” jawabnya, “Lama ya kita tidak bertemu. Apa kabar teman-temanmu?”
“Alhamdulillah baik, Pak. Oh iya ini harga satuannya dua ribu. Bapak bisa jual dua ribu lima ratus. Saya permisi, Pak,” katanya.
Pricilla pergi melanjutkan jalan ke sekolah. Buru-buru masuk ke kantin untuk menitipkan kepada salah satu penjaga kantin di sana. Kemudian, masuk ke kelas. Duduk di bangkunya melepas jaket kesayangannya. Kemudian mengambil buku untuk mengerjakan tugas rumah yang belum dikerjakan. Bukan Pricilla kalau mengerjakan tugas dengan menyalin milik orang lain, dalam waktu lima belas menit pun dia bisa mengerjakan soal dengan benar.
Kepada seluruh siswa dimohon masuk ke kelas masing-masing ....
“Pris, lo enggak ada apa-apa, kan?” tanya Anara yang duduk di belakangnya. Tangan Anara masih menyentuh pundak kanan Pricilla.
“Kenapa, Ra?’ jawabnya kembali bertanya.
“Aneh, tumben lo enggak ngerjain tugas,” jawab Anara sembari mengambil uang dari saku rok sekolah. “Ini kalau lo butuh uang.” Anara memberikan satu lembar uang warna merah kepada Pricilla.
“Terima kasih, Ra. Gue lagi berusaha buat menghasilkan uang sendiri. Gue jualan donat di kantin, gue titipin sama Bu Marni,” jawab Pricilla kembali menghadap ke depan.
“Pris, lo jualan donat? Nanti deh gue borong,” kata Agnetha sembari tersenyum. Memberi semangat untuk temannya. Fungsi dari sebuah pertemanan adalah saling mendukung hal positif yang dikerjakan oleh yang lain. Selain itu, sahabat juga seharusnya ada di saat kondisi terpuruk dari temannya. Tapi, harus berhati-hati jika sudah menjalin sebuah hubungan bernama sahabat. Sebab, sahabat bisa menjadi musuh terbesar dalam hidup. Bisa saja menghancurkan kehidupan.
“Ha ha, terima kasih, Tha. Tapi, lo borong, makannya bagaimana?” timpal Pricilla.
“Tenang, bagi-bagi ke sekelas atau bisa bagi-bagi ke anak jalan,” jawabnya lirih karena guru yang akan mengajar hari ini telah masuk ke kelas.
Guru itu masuk hanya mengingatkan untuk berdoa dan memberi tugas yang harus diselesaikan. Tidak lama kemudian, izin keluar kelas untuk menghadiri rapat ke dinas. Hal itu benar-benar membuat seisi kelas berbahagia. Jam kosong bagi pelajar adalah kado terindah melebihi hadiah dari brand terkenal yang terkesan mahal. Karena, dengan jam kosong mereka bisa melanjutkan mimpi yang semalam belum selesai atau berbincang bersama teman.
Asyik pada kegiatannya sendiri, sampai tidak sadar jika ada sesuatu yang terjadi. Tiba-tiba ada dua orang siswi yang berdiri di depan kelas. Mereka baru selesai dari kamar mandi. Suaranya yang tidak jelas itu membuat seisi kelas penasaran.
“Teman-teman ... anu di sana ada anu,”