Liburan

1051 Kata
Dua hari kemudian, tepatnya hari Minggu pukul delapan. Pricilla berada di sebuah ruangan asing pertama kalinya. Dia duduk di sebuah kursi berwarna hijau, menatap lekat ke arah papan tulis. Mengamati seorang wanita berhijab biru yang sedang menjadi seorang pembicara. Ya, Pricilla sedang mengikuti sebuah seminar di salah satu hotel di Jakarta. Dia pergi ke sana bersama dengan ibunya. Mereka sama-sama belajar untuk kebaikan dan kemajuan bersama. Sebuah bisnis ada ilmunya sendiri. Ada trik yang harus diciptakan dan diperbarui. Pricilla sadar bahwa dia sudah waktunya untuk memperluas jangkauan pasar. Pantas saja waktu itu usaha yang dibangun mulai berkembang, namun kembali tumbang. Dia sadar karena tidak memiliki trik tersendiri yang kuat dan mampu menarik pelanggan. Selama kurang lebih dua jam, dia mengikuti seminar itu. Sekitar pukul setengah dua belas siang, ibu dan anak itu telah kembali ke rumah. Mereka duduk di kursi ruang tamu, memikirkan dan mencerna kembali ilmu yang baru dipelajari. “Ma, kalau semisal kita ganti cara pengemasan bagaimana?” “Pengemasan ... Tapi, kalau dipikir, kita perlu inovasi untuk produk dulu,” kata ibu Pricilla berjalan ke arah dapur. Wanita itu membawakan air hangat di dalam cangkir. Kemudian, dia kembali duduk di tempat semula. Dia menjelaskan bahwa mereka perlu inovasi agar bisa mengembangkan bisnis yang sedang dibangun ulang. Beberapa saat kemudian, Pricilla menemukan sebuah ide, di mana dia terpikirkan untuk membuat donat kering. Tekstur yang berbeda dari biasanya. Dia juga menyarankan untuk memberi warna-warna pastel pada produk itu agar lebih menarik. Menurutnya, dengan inovasi ini bisa menjangkau pemasaran yang lebih luas. “Cara buatnya?” Cara pembuatan yang belum ditemukan pun menuntut Pricilla berpikir lebih keras. Tapi, dia tidak bisa hanya berteori. Dia pun bergegas membuat adonan donat seperti biasa dalam porsi sesuai dengan kebutuhan riset secara praktik. Dia sadar, adanya sebuah ilmu akan terasa hampa jika tidak melalukan sebuah tindakan. Jika biasanya dia menggoreng, Pricilla mencoba untuk memasukkan adonan donat ke dalam oven. Dia menemukan tekstur yang berbeda, tapi dia kurang puas dengan hal itu. Dia kembali duduk di salah satu bangku. Memejamkan mata beberapa kali, sampai akhirnya dia menemukan cara kedua yang bisa dicoba. Menggorengnya terlebih dahulu, kemudian di masukkan ke dalam oven. Dia mendapatkan tekstur yang berbeda lagi. Dua cara yang sudah dicobanya kurang memuaskan. Ada sesuatu yang tidak disukai dari tekstur itu. Kemudian, dia mencoba untuk mencari resep dan teknik dalam memasak sebuah kue. Akan tetapi, dia belum menemukan cara yang tepat dan cepat. “Pris, yakin hari libur kamu diisi sama donat doang?” “Ya, enggak apa, Ma. Lagian juga bermanfaat untuk masa depan,” katanya sembari tersenyum, tangannya masih berkutat pada ponsel mencari resep lainnya. Sampai akhirnya, waktu sudah menunjukkan pukul setengah empat sore, Pricilla beranjak dari duduknya. Melenggang masuk ke kamar untuk membersihkan diri. Bagaimanapun dia perlu istirahat daripada kelelahan dan berakhir tidak mengenakkan. Pricilla duduk di kursi yang ada di kamar. Dia mengeringkan rambut sembari memikirkan teknik apa yang tepat dan bisa efisien pada saat diterapkan dalam menjalani bisnisnya. Dia merasa sedang membutuhkan sesuatu yang baru agar bisa menjadi unik dan mendapatkan daya tarik dari orang lain. Pricilla mengambil sebuah sisir untuk merapikan rambutnya yang sudah kering. “Apa salah atur suhu panas di oven, ya?” lirihnya sembari melangkah ke dapur. Pricilla mengambil sisa donat yang ada di meja. Dia menyelesaikannya dengan memasukkan ke dalam oven. Dia menggunakan suhu yang lebih rendah dari waktu awal. Akhirnya, dia menemukan tekstur yang lebih baik dari sebelumnya. Dia berhasil memasak donat kering. Dia membawa beberapa donat yang berhasil untuk dihias dengan cokelat dan bahan lainnya. Kemudian, dia membawa ke kamar ibunya agar bisa memberikan masukan. Pricilla tidak menyangka jika ibunya akan menyukai tekstur dan rasa dari donat itu sendiri. Dia telah berhasil membuat sebuah donat yang berbeda. Kini, keduanya berunding untuk menciptakan varian rasa yang akan digunakan dalam membuat donat. Pricilla memiliki sebuah ide untuk menggunakan buah sebagai bahan pendukung. Akan tetapi, dia perlu bahan percobaan terlebih dahulu sampai mendapatkan rasa yang pas. Takutnya, akan terasa aneh jika belum mendapatkan sebuah tester. “Buatnya besok lagi saja. Sekarang kita buat untuk dijual besok pagi,” katanya. Wanita paruh baya itu keluar kamar. Dia mengambil kain celemek, bersiap untuk tempur bersama adonan donat. Bagaimanapun, mereka wajib tetap fokus dengan barang dagangan saat ini, sembari menciptakan sebuah inovasi baru. “Ma, minta sedikit adonan buat dicampur sama buah naga, ya?” Pricilla mengambil buah naga dari dalam kulkas. Mengupasnya dan diletakkan di dalam wadah secukupnya, dicampur dengan adonan dan diuleni kembali sampai kalis. Pricilla tidak membantu ibunya yang sedang menggoreng adonan donat. Tapi, dia fokus dengan adonannya sendiri yang akan dimasukkan dalam oven. Sampai akhirnya, dia telah berhasil mendapatkan tekstur yang sama dengan rasa buah naga. Untuk pertama kali, sudah cukup enak masuk ke mulutnya. Dia membutuhkan bantuan teman-temannya untuk memberikan masukan dan kritikan. “Ma, coba, deh,” katanya memberikan satu donat kering ke ibunya. Sebuah donat berwarna pink ke ibunya. Tentu saja, donat polos, tanpa ada hiasan di atasnya. Ibu Pricilla memberikan masukan, pertama kali cukup dengan dua varian. Original dan buah naga. Pricilla pun setuju dengan itu. Sebab, dia juga perlu riset lagi untuk mendapatkan varian rasa yang baru dan pas dilidah orang-orang. Gadis itu tinggal memikirkan kemasan yang akan digunakan agar lebih aman, sehingga ketahanan produk bisa terjaga dan tidak cepat basi. “Pris, kalau kaya gitu kemasannya bagaimana?” “Kalau menurut Pricilla sih harus diperbarui. Bisa pakai bahan yang kaya makanan ringan dari brand besar yang ada di supermarket. Karena dari bahan seperti itu, produk terjaga. Tapi, biaya juga tidak murah. Saat ini, sih, bisa pakai mika dulu saja, sambil merancang desain dan mengumpulkan biaya.” “Oke. Kenapa kamu tidak pergi sama temanmu?” tanyanya sembari menaburkan gula halus ke beberapa donat. “Lagi malas keluar, tapi libur minggu depan, bakal pergi sih. Ada sesuatu yang mau dibahas kata Anders.” Pricilla melihat jam telah menunjukkan pukul setengah sembilan lebih. Dia berjalan membantu ibunya agar lebih cepat selesai. Waktu sudah malam, sedangkan donat-donat itu perlu sentuhan agar lebih menarik. Bagian menghias adalah bagian paling menyenangkan untuk Pricilla. Dengan cara itu, dia bisa memanfaatkan untuk proses healing. Akhirnya, sekitar satu jam kemudian mereka telah selesai mengerjakan pekerjaan. Mereka bergegas untuk tidur, beristirahat dari aktivitasnya selama satu hari penuh. Tubuh salah satu anugerah yang wajib disyukuri dengan cara menjaga dan merawatnya. Tidur malam, salah satu cara yang digunakan untuk melakukannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN