Tepat pukul setengah dua siang, Pricilla bersama dengan ibunya berkeliling kota untuk mempromosikan produk buatannya. Ada beberapa yang sudah mendapatkan tuannya, ada juga yang masih menumpuk di kotak. Pricilla memasuki warung demi warung untuk menawarkan produk. Dia juga menawarkan sebuah kerja sama, di mana Pricilla menitipkan donat kering dengan penjual mengambil keuntungan sendiri. Beberapa warung menerima penawaran dengan alasan ketahanan produk yang lumayan lama.
Beberapa menit kemudian, mereka bergegas mencari taksi untuk kembali ke rumah. Mereka sudah memiliki rencana untuk melanjutkan keliling di esok hari. Pricilla pun sudah merencanakan untuk mengikuti sebuah acara bazar di kota, minggu depan. Di sana dia memiliki kesempatan yang luas untuk mengenalkan produk-produknya.
Selain sibuk dengan urusan pendidikan, Pricilla sudah disibukkan dengan urusan bisnis. Dia menginginkan setelah lulus, dia sudah siap dengan kehidupan yang lebih berat. Apalagi, mencari pekerjaan tidak semudah yang dipikirkan. Jadi, dia sudah memutuskan untuk bertekad untuk menekuni sebuah bisnis makanan ringan.
Dalam usaha atau bisnis, membuat sebuah produk memang mudah, tapi mengembangkan branding merupakan hal yang paling sulit dan membutuhkan konsistensi. Atas kesibukannya, Pricilla berjanji tidak akan melupakan sekolah dan menduakan pendidikan. Baginya, antara bisnis dan sekolah harus bisa berjalan secara seimbang.
“Ma, aku mau bersih-bersih dulu,” katanya melangkah memasuki ruang pribadi.
Tepat pukul delapan malam, Pricilla dan ibunya duduk di ruang makan. Mereka menikmati makanan yang sudah tersedia di atas meja. Suasana sepi masih saja terasa, padahal mereka sudah mengisi waktu luang dengan berbincang. Meski begitu, Pricilla berusaha untuk menghangatkan dan merekatkan kehangatan bersama sosok wanita paruh baya di sampingnya.
Hari sudah berlalu. Kini, Pricilla dan ibunya sedang berdiri di depan meja untuk menawarkan produk kepada pengunjung bazar. Bersyukur ada beberapa varian yang sudah terjual. Acara itu berlangsung dengan megah dan terlihat mewah. Apalagi, dengan adanya acara bazar, sangat membantu pelaku UMKM untuk mengembangkan bisnis. Menjangkau trik penjualan yang lebih luas lagi.
“Mama mau menyiapkan pesanan salah satu teman,” katanya masuk ke dalam tenda.
Pricilla melayani beberapa pengunjung yang mendekati tenda. Dia menjelaskan tentang produk donat keringnya dengan benar. Dia juga menjelaskan bahwa makanan yang diproduksi halal dan menggunakan bahan berkualitas, sehingga kualitas tidak perlu untuk diragukan.
Pricilla terkejut dengan seorang ibu yang memesan seratus bungkus dengan alamat sebuah panti asuhan di kota. Beliau sudah membayarkan atas pesanan itu dengan penuh. Pricilla mengerti dengan tujuan ibu itu, Pricilla akan memberikan sepuluh bungkus sebagai bonus.
Pesanan itu dikirimkan minggu depan. Jadi, setelah acara bazar selesai, Pricilla hanya fokus atas produk untuk pesanan-pesanan yang sudah masuk. Dia bersyukur dengan nikmat dan rezeki yang hadir di hidupnya melalui bisnis UMKM ini.
Walaupun memiliki beasiswa untuk masuk ke universitas, Pricilla bangga bisa mendapatkan uang sendiri untuk persiapan masuk ke jenjang perguruan tinggi nantinya. Dia mulai menabung dari hasil jualan donat.
Waktu sudah berjalan dengan cepat. Acara sudah selesai sejak dua jam yang lalu. Kini, kedua wanita itu hanya menikmati waktu untuk beristirahat. Tidak dipungkiri tubuh mereka kewalahan dalam melayani pengunjung selama sehari penuh.
“Mama tidur ya,” ujarnya.
Pricilla mengangguk lalu melangkah ke kamar. Duduk di kasur membuka ponsel. Dia meminta bantuan dari Agnetha dan Anara untuk mengemas produk mulai minggu depan. Daripada mencari orang lain, lebih baik Pricilla mengajak kedua temannya untuk mendapatkan uang jajan tambahan.
Gadis itu tertidur dengan tenang. Dia mendengar suara ayam yang sudah berkokok. Artinya, waktu sudah cukup pagi untuk beraktivitas. Tidak ada orang sukses yang bangun di hari yang sudah siang. Pricilla bergegas mengambil air wudu untuk menjalankan salat sepertiga malam. Setelah itu, dia bergegas mandi untuk pergi ke sekolah.
Materi sekolah yang sudah selesai, mereka dipulangkan lebih awal. Selama beberapa hari ini, mereka hanya belajar dan mengulang materi kembali, tanpa ada pemaksaan harus mengikuti. Hari ini, Pricilla memutuskan untuk ikut pembelajaran sampai pukul sepuluh siang. Dia bergegas pergi ke kota untuk mengambil uang dari warung-warung yang dititipi produk beberapa hari lalu.
“Terima kasih, Bu,” kata Pricilla menerima sejumlah uang.
“Sama-sama, Mbak. Oh iya, kalau produknya masih ada, bawa ke sini lagi, ya. Soalnya semenjak ada produk dari Mbak warung saya jadi lebih ramai pembeli,” katanya.
Pricilla tersenyum, lalu pergi meninggalkan warung itu. Dia melangkahkan kaki untuk berkeliling menjemput uang hasil produk. Kemudian, tepat pukul setengah empat sore, Pricilla sampai di rumah dengan selamat. Dia membersihkan diri, lalu menemui ibunya untuk memberikan uang itu kepadanya. Pricilla tidak mau mengambil satu lembar pun, sebelum ibunya sendiri yang memberinya.
Dua hari lagi, dia harus pergi membeli bahan dan perlatan tambahan. Jadi, waktu yang ada akan dimanfaatkan dengan baik untuk belajar. Dia sadar, mendapatkan beasiswa dan diterima kuliah di perguruan tinggi bukanlah sebuah kemenangan yang akhir. Bahkan, semua itu hanyalah awal dari perjalanan Pricilla uang yang akan dimulai.
“Hari ini kamu libur?” tanya ibu membuat teh di dapur.
Gadis itu hanya mengangguk, lalu duduk di sebuah bangku. Mengamati ibunya, wajah dari wanita itu yang akan memberikan semangat agar Pricilla bisa berhasil sukses dan mengangkat derajat keluarga. Dia tidak ingin melihat orang tua hidup susah di hari tua.
“Ma, kalau Mama capek, istirahat saja. Nanti biar aku yang belanja bulanan,” kata seorang gadis yang masih setia dengan baju tidur berwarna kuning.
Sekitar pukul tujuh, gadis itu pergi ke kamar untuk belajar sebuah materi. Di mana materi itu yang akan dipakai untuk ujian. Tapi, dia merasa tidak perlu begitu ambis untuk belajar. Cukup seperlunya di bagian yang kurang mengerti. Biasanya, jika belajar terlalu ngoyo, materi yang sudah dipelajari tidak akan ada apa-apanya alias hilang karena rasa gugup.
“Ini uang untuk belanja,” kata ibunya mengulurkan sejumlah uang.
Pricilla bersiap untuk pergi ke pasar. Sekalian, dia ingin mencari sesuatu untuk adik-adik yang tinggal di jalanan. Walaupun hanya alat tulis, setidaknya hal itu bisa membantu mereka untuk belajar. Sebuah barang sederhana yang tidak berharga bagi anak-anak jalanan.
Setelah selesai belanja, dia kembali ke rumah. Meletakkan belanjaan di kulkas, kemudian membungkus alat tulis menjadi beberapa bagian, sesuai jumlah anak jalanan yang sudah dia anggap seperti adik sendiri. Kemudian, dia tidak lupa membawa donat kering yang masih tersedia di rumah untuk ikut dibagikan.
Sekitar pukul setengah sebelas siang, dia pergi dengan menaiki taksi. Menemui anak-anak yang sedang duduk di bawah jembatan sembari menikmati nasi bungkus masing-masing. “Hai, apa kabar?” tanya Pricilla dengan suara lembutnya.
Gadis itu membagikan barang yang sudah dibawa. Satu anak mendapatkan satu bungkus. Pricilla tidak hanya memberikan barang itu lalu pergi. Dia juga menanyakan tentang hari-hari anak-anak itu. Pricilla ingin menjadi seorang pendengar untuk mereka dengan baik. Tapi, masih saja di antara mereka tidak ada yang ingin bercerita.
“Kak, terima kasih. Tapi, setelah ini, Kakak tidak perlu ke sini lagi,” ujar seorang anak laki-laki dengan kaos berwarna merah yang sudah lusuh.