Pulang

1099 Kata
Beberapa hari kemudian, di tengah teriknya matahari, Pricilla duduk di teras dengan tenang. Dia menikmati setiap cahaya yang menerangi bumi. Hatinya berdebar menunggu seseorang. Bibirnya tersenyum lebar menunggu ibu yang sudah lama tidak berjumpa. Lima belas menit kemudian, tepatnya pukul setengah satu siang. Pricilla melihat seorang wanita yang sudah berdiri di hadapannya. Dia meletakkan tas berisi pakaian, kemudian memeluk Pricilla dengan erat. Mereka saling melepas rasa rindu yang sudah menggebu. Mereka masuk ke dalam rumah, duduk di ruang tamu menikmati air minum dengan nyaman. Semilir angin yang meneduhkan, menambah kenikmatan yang tiada tara. Waktu yang tetap berjalan tidak akan disiakan. Mereka mengobrol banyak hal untuk mengembalikan kehangatan yang lama tidak dirasakan. Sesekali saling tertawa untuk melepaskan semua rasa yang tertahan. Pricilla memeluk ibunya dengan manja. “Ma, kapan balik kerjanya?” tanya Pricilla sembari mengusap wajah yang baru saja dijadikan tempat berlabuh seekor nyamuk. “Kalau mama pikir, lebih baik tidak kembali. Kita jalani usaha lagi saja,” jawabnya dengan tersenyum manis. Beberapa waktu kemudian, mereka bersiap untuk pergi jalan-jalan mengisi waktu berdua. Apalagi, jalan-jalan yang bermanfaat, sebab mencari bahan baku untuk kembali berusaha. Pricilla bersyukur bisa kembali lagi bersama ibunya. Mereka akan berjualan kembali untuk tetap menyambung hidup. Berbisnis makanan merupakan salah satu bidang yang paling digemari. Selain mudah dijangkau oleh pasar, modal yang dikerahkan juga relatif ringan. Namun, perlu diketahui bahwa persentase kerugian juga tinggi, sebab ada kemungkinan basi dan lainnya. Jadi, sebelum benar-benar membuka sebuah usaha, diperlukan riset pasar mencangkup ketahanan produk, harga, dan lainnya. Sama halnya dengan Pricilla hari ini, dia tidak hanya pergi dan belanja saja. Dia pun memanfaatkan waktu untuk bertanya-tanya kepada beberapa pedagang yang ada. Tentu saja, sesuai dengan makanan yang akan dia buat. Tidak hanya mencari tahu tentang hal-hal yang perlu ia ketahui, tapi juga mengamati bentuk, warna dari sebuah produk. Hal ini akan memudahkan Pricilla dalam menciptakan kreasi baru. “Apa sudah selesai?” tanya ibunya yang sedang membayarkan barang pembelian. Pricilla mengangguk. Dia sudah cukup puas dengan hasil riset di pasar. Dia juga sudah mendapatkan sebuah ide untuk memodifikasi makanan yang ada jauh lebih menarik. Tapi, dia juga perlu mengadakan sebuah percobaan dari berbagai segi, terutama rasa dan bentuk. Hari ini, dia akan membuat sebuah donat dengan hiasan yang berbeda. Dia akan menggunakan toping dari makanan lain. Kali ini, Pricilla menggunakan oreo dan stik cokelat untuk menghias donat. Tidak lupa, dia juga tetap menggunakan beberapa toping yang sudah ada di pasaran, tetapi dengan motif yang berbeda dan jauh lebih keren. Beberapa waktu kemudian, Pricilla dan ibunya duduk di ruang makan. Mereka menikmati hasil makanan yang sudah dibuat. Menurut mereka, rasa dan hasil hiasan sudah baik. Hanya saja, bentuk donat yang belum rapi menjadi sebuah tugas tersendiri bagi Pricilla. “Soal bentuk, mama saja yang buat,” kata Pricilla hampir menyerah. Sebab, sudah beberapa kali dia mencoba, namun selalu gagal. “Loh, kok gitu?” tanya ibunya dengan bercanda. Dia menggelengkan kepalanya sembari tersenyum. Ibu Pricilla berharap anaknya bisa lebih mandiri dalam menjalankan usaha. Walaupun, dia tetap membantu dan berperan dalam bisnis yang akan dimulai kembali. Walaupun, sebenarnya sudah dimulai kembali oleh Pricilla beberapa hari yang lalu. Kembalinya ibu Pricilla cukup membuat gadis SMA itu merasa bahagia dan tidak kesepian lagi. Dia berjanji tidak akan menyusahkan ibunya lagi. Dia cukup fokus untuk menyelesaikan masalah di sekolah yang sudah berabad-abad belum selesai, sekolah, dan bisnis yang akan dikerjakan. Dia juga tidak akan merasakan malu atau apa ketika turun jalan untuk menjajakan barang dagangannya. Tidak ada kesuksesan tanpa pengorbanan. Setiap kesuksesan, pasti akan ada sesuatu yang direlakan bahkan dihilangkan. Sama halnya dengan Pricilla yang harus siap meninggalkan waktu untuk bermain-main. Keesokan harinya, Pricilla berangkat ke sekolah dengan membawa makanan yang sudah dibuat sejak pukul tiga dini hari. Dia menitipkan ke kantin, dia juga mengambil uang hasil dagangan beberapa waktu lalu. Tidak banyak, tapi lumayan untuk menambah isi celengan. “Pris, ibu pulang?” tanya Anara yang tiba-tiba ada di belakangnya. Mereka berjalan ke kelas bersama. “Iya, ayo ke rumah,” jawabnya. “Oke, tapi minta kue,” canda Anara. Kebetulan, hari ini memang dia ada rencana untuk membuat kue. Lebih tepatnya, belajar lagi membuat kue dengan cita rasa yang pas. Dia mengajak Anara untuk datang ke rumah sepulang sekolah nanti. Tidak ada kata menolak, apalagi Pricilla bisa menjadikan Anara sebagai pemberi saran dan kritikan atas kue yang dibuatnya nanti. Jadi, bisa dibilang saling menguntungkan. Mereka duduk di kursi masing-masing untuk menunggu guru yang akan mengampu di jam pertama. Tapi, ternyata tidak ada guru yang masuk. Mereka sibuk dengan diri sendiri. Ada yang saling ngobrol, ada yang nonton, ada juga yang tertidur pulas. Pricilla salah satu pasukan tidur di kelas saat jam kosong. Rasanya, nyaman saja tertidur di ruang kelas, apalagi setelah semalaman dia begadang. Sampai akhirnya, jam istirahat pun tiba. Ketujuh anggota geng luoji pun telah duduk rapi di kantin. Berada di salah satu meja yang menjadi tempat markas. Mereka menikmati bakso sembari menyimak pembicaraan siswa lain. Ternyata, kasus pencurian ponsel beberapa waktu laku sudah selesai. Di mana pihak sekolah memilih untuk mengganti rugi daripada nama baik sekolah tercemar di luar sana. Sebenarnya, keputusan dari sekolah bisa dikatakan tidak baik. Di mana membebaskan pelaku begitu saja, tanpa diusut sampai tuntas. Bisa saja hal itu akan terjadi kembali suatu saat nanti. Apalagi, pencurian sudah termasuk pada tindak kejahatan. Geng luoji sendiri memang nakal, kejahatan pun pernah dilakukan, tapi mereka tidak pernah lepas begitu saja dari tanggung jawab. Rasanya tidak adil, geng luoji mendapatkan hukuman yang sulit, sedangkan pelaku pencurian itu tidak mendapatkan sanksi apa-apa. Bahkan, terasa dibebaskan dan tidak ada penjelasan siapa pelakunya. “Pris, kalau gue kepala sekolah ... Bakal diusut sampai kelar. Masa dibebaskan begitu saja,” kata Agnetha sembari meneguk air putih dari gelasnya. Anders dan Raynar memilih diam. Begitu juga dengan yang lainnya. Mungkin, menjadi manusia lebih baik diam. Cukup memikirkan diri sendiri dan menjalankan kewajiban sendiri-sendiri. Tapi, sikap individualisme pun tidak baik. Bisa saja merusak hakikat manusia sendiri. Fungsi dari manusia sosial bukan semata-mata untuk saling membutuhkan. Tapi, lebih daripada itu. “Sudahlah, makan saja.” Anders menuangkan sambal ke dalam mangkuknya. Dia terlihat begitu lahap menikmati makan siang. Tidak lama kemudian, ada seorang siswa yang mencari Anders. Katanya, ada seorang guru yang membutuhkan bantuan dari Anders untuk mengoperasikan sebuah komputer. Apa tidak bisa lain waktu? Anders merasa kesal karena jam istirahat akan berkurang, bahkan bisa saja habis untuk membantu orang lain. Bukan tidak Ikhlas, tapi dia butuh jam itu untuk mengisi perut. “Bilang ke guru itu, gue bakal ke sana pas jam pulang.” “Tapi ... Harus sekarang,” lirihnya tanpa melihat ke arah Anders. Anders membanting sendok ke meja. Melangkah pergi dari kantin.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN