Kesempatan

1850 Kata

Sore hari, Nirina sudah kembali lagi seperti biasanya. Menebar senyum pada semua orang rumah. Ah, Nirina benar-benar pandai bersandiwara. Nirina sedikit menyesali sudah menangisi Tio tadi. Sudah sering disakiti, harusnya Nirina sudah terlatih tapi tetap saja. Air mata dengan tidak tahu malu mendesak keluar. Berjam-jam menangis membuat matanya agak bengkak. Pastilah sekali melihat akan tahu bahwa dirinya baru saja menangis. Untung saja orang rumah memilih diam pura-pura tidak ada yang terjadi. Ini lebih baik. “Oh iya Na. Tadi ada yang ke sini. Bilangnya sih tangan kanan mama kamu,” ucap nenek Anah memberi tahu Nirina akan kedatangan seorang pria yang mengaku sebagai tangan kanan mendiang Diana. Tangan kanan yang katanya mengurus semua usaha peninggalan Diana. Sebelum meninggal, Diana mema

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN