“Lo dari mana saja sih?” tanya Tio dengan nada suara agak tinggi. Lelaki itu sekuat tenaga menahan amarahnya. Mengepalkan tangan sampai buku-buku jarinya memutih. Tio tidak mau kelepasan sampai bermain tangan. Bagaimanapun juga, Nirina seorang perempuan. Nirina menaikkan satu alisnya. “Habis main. Memang kenapa?” balik tanya. Apa sih salahnya, Nirina kan memang habis main dengan teman barunya. Kenapa Tio yang marah? Bukannya itu baik? Nirina jadi bisa selangkah lebih maju. Bisa juga perlahan terlepas dari Tio. “Kenapa sampai malam? Ke mana saja? Telepon enggak diangkat, pesan enggak dibalas. Apa sih mau lo itu?” geram Tio. Sedari pulang sekolah tadi ke rumah Nirina. Menunggu gadis itu sampai sekarang, jam tujuh malam. Tio diserang rasa khawatir saat gadis itu tidak kunjung pulang dan p