Episode 6 : Mengenai Izin Nikah Lily

1213 Kata
“Setiap orang akan berubah jika sudah mendapatkan apa yang diinginkan, terlebih kalau sudah menyangkut urusan uang sekaligus kepuasan.” Episode 6 : Mengenai Izin Nikah Lily *** “Duduk, Ly. Kita ngobrol sebentar.” Lily menjadi tegang seiring rasa jenuh yang juga mulai bersemayam menyelimuti benaknya. Dan Lily mulai malas menanggapi apa yang akan Des lakukan kepadanya. Lantaran Lily tak kunjung duduk, Des pun menepuk-nepuk kursi sebelah keberadaan wanita itu. Kursi kecil persis di sebelah Des duduk. Dan meski terlihat enggan, Lily memilih untuk duduk sambil memangku nampan yang dipegangnya erat menggunakan kedua tangan. “Kamu dipaksa orang tuamu untuk menikah? Biasanya kalau orang kampung begitu. Ada umur dikit langsung buru-buru nikah.” Des bertanya dengan hati-hati Lily langsung membalasnya dengan menggeleng lemah. Dahi Des kian berkerut. Ia menaruh kaki kanannya di atas kaki kirinya. “Terus, kenapa kamu tiba-tiba mau menikah?” Dea sungguh penasaran, kenapa Lily mendadak akan menikah? “Kamu enggak pernah keluar untuk kencan, tapi tiba-tiba mau nikah? Kamu mau nikah sama siapa? Selama ini punya calon, pacaran lewat ponsel, LDR-an, begitu?” tebak Des masih saja merasa aneh dengan rencana pernikahan Lily. “Semudah itu, cinta dan rasa nyaman kamu dapatkan?” tambah Des. “Yang namanya menikah enggak main-main, lho, Ly. Sebisa mungkin cukup sekali dalam hidup kita. Dan kalaupun kita enggak punya calon yang cocok, enggak apa-apa enggak nikah, asal kita happy.” Des mencoba meyakinkan. Memang serumit itu jika berhubungan dengan pria bernama Desendra. Namun, Lily tidak menyangka izin nikahnya sampai dibahas panjang lebar oleh Des. “Nikah itu hak semua orang. Semua orang pasti akan menikah.” Lily sadar, jika gaya bicaranya kali ini terdengar ketus dan ia belum pernah melakukannya kepada Des. “Tapi kamu harus memilih pasangan yang benar, Ly. Enggak harus kaya, yang penting orangnya tanggung jawab. Syukur-syukur kalau dia juga sudah punya rumah dan pekerjaan tetap.” Des sengaja menjeda lanjutannya. Ia memastikan perubahan ekspresi wajah Lily. Sayangnya, tidak ada perubahan berarti di wajah wanita itu. “Calonmu seperti itu?” ujarnya kemudian. “Aku tidak pernah main-main dengan semua keputusan yang kuambil. Mana mungkin aku memilihnya tanpa alasan, apalagi sampai sembarang memilih, kan?” “Seberapa jauh kamu mengenalnya?” balas Des tegas, nyaris tidak memberi balasan Lily jeda. “Des ini!” gumam Lily mulai merasa kesal sendiri. “Setiap orang akan berubah jika sudah mendapatkan apa yang diinginkan, terlebih kalau sudah menyangkut urusan uang sekaligus kepuasan,” tahan Des. “Dan kedua faktor itu akan menentukan ketulusan seseorang, Ly!” lanjutnya. Melihat ekspresi Des sekarang, pria itu terlihat marah. “Dia pria bertanggung jawab. Dia juga sangat menjaga keluargaku. Mengenai berubah tidaknya, itu sudah menjadi konsekuensiku.” Des mendengkus hingga terdengar mendesah. Pria itu berangsur mencondongkan tubuhnya pada Lily. “Ly, aku sudah menganggapmu sebagai keluargaku. Dan aku ingin yang terbaik untukmu terlebih urusan jodoh!” Des mulai terlihat frustrasi. Pria itu menatap Lily dengan memohon. “Des, kuhargai semua yang kamu lakukan, termasuk hubungan kita selama ini. Namun, aku dan calon suamiku sudah berkomitmen. Kami sudah mempersiapkan semuanya dari jauh-jauh hari.” Lily masih berusaha memberikan pengertian. “Sebulan lagi kami akan menikah!” lanjutnya. Des hanya diam, tetapi kemudian pria itu menjadi sampai memalingkan wajah dan terlihat sangat kecewa. “Mengenai penggantiku, aku sudah menyiapkannya,” ucap Lily dengan gayanya yang terlewat tenang. Akan tetapi, apa yang terjadi kini membuat d**a Des terasa sangat sesak. Des pun sampai bingung, kenapa itu sampai terjadi? “A—” Lily menghentikan penjelasannya, lantaran dari dalam rumah terdengar seruan pecah. Seperti piring dan sendok yang jatuh. Setelah saling tatap karena merasa terkejut sekaligus cemas, Lily dan Des kompak beranjak dari tempat duduk mereka. Des memimpin langkah diikuti Lily. Keduanya berjalan tergesa menuju ruangan di seberang yang langsung mereka masuki. Di kamar yang keduanya masuki, tak jauh dari nakas, piring dan gelas telah pecah terkapar di lantai, berikut sendok dan makanannya. Dan yang membuat mereka makin cemas, tak lain keberadaan wanita tua yang meringkuk di sebelahnya. “Ma!” Des segera berlari menghampiri wanita tua itu. Tak kalah panik, Lily langsung membantu Des mengangkat tubuh Tya—si wanita tua. Keduanya cukup kerepotan lantaran tubuh Tya begitu kaku bahkan untuk sekadar bergerak. Setelah berhasil membuat Tya berdiri, Des langsung membopong tubuh sang mama menuju ranjang, di sebelah mereka. Tak kalah cemas dari Des, Lily pun buru-buru keluar meninggalkan kebersamaan. Dan Lily kembali sambil membawa baskom berisi air berikut handuk kompres, tak kurang lima menit dari kepergiannya. Lily menggunakan baskom berikut handuknya untuk membersihkan wajah, tangan, berikut sebagian pakaian yang Tya kenakan. Tya menitikkan air mata dan tidak berani menatap Des maupun Lily. Tya terus menepis tatapan penuh kecemasan dari keduanya. Tubuhnya yang untuk digerakkan saja kaku, ia kerahkan untuk menghindari kedua sejoli itu. Nuansa kalang kabut yang sempat melanda Des dan Lily berubah menjadi haru. Wajah Des menunduk sedih dihiasi banyak sesal, ketika Lily menatap pria itu. Hal tersebut pula yang membuat Lily merasa bersalah. Dengan perasaannya yang menjadi diselimuti sesal dan merasa bertanggung jawab atas apa yang menimpa Tya, Lily menarik helai tisu di nakas dan memberikannya kepada Des. Des menerimanya dan menggunakan tisu tersebut untuk mengelap air mata sang mama, sedangkan Lily segera merapikan pecahan piring berikut yang berserak di sekitarnya. Suasana sunyi membuat keadaan menjadi terasa dingin. Des tak bersuara dan tidak seperti biasa, bahkan beberapa saat lalu, ketika meraka sedang sibuk membahas izin menikah Lily. Des tak banyak tanya apalagi sampai marah, meski mamanya yang memang strok, hanya sendirian di kamar, tanpa penjagaan layaknya biasa. Entah karena telanjur sangat marah, atau justru akan langsung mengambil tindakan. Tindakan tegas keteledoran pekerjan Lily selaku asisten pribadi Des, yang mengurus semuanya, termasuk mengenai urusan rumah berikut isinya, tanpa terkecuali perihal Tya. “Mama lapar. Tapi Mbak yang ditugaskan Lily, pemalas. Orangnya enggak respek kayak Lily. Kalau enggak main hape, ya cuma diam. Kesannya Mama ini jompo yang bisa diperlakukan seenaknya ….” “Namun, mau bagaimana lagi? Mama enggak mau Lily merasa terbebani. Kita harus bahagia untuk pernikahannya, apalagi selama ini, kita sudah sangat merepotkan Lily.” Meski marah bahkan kecewa, tetapi Tya sangat menginginkan kehadiran Lily dalam hidupnya. Bahkan, ia tidak benar-benar rela Lily meninggalkan keluarganya. Pandangan Tya yang buram akibat matanya yang basah lantaran air matanya tak henti mengalir, menatap cemas Des. Apa yang akan terjadi pada putra kesayangannya dan ia ketahui sangat ketergantungan pada Lily, jika Des hidup tanpa Lily sedangkan hingga detik ini, Des tak kunjung mau menikah? Tya berharap, Des memiliki pendamping yang tepat sebelum Lily yang begitu tahu tentang keluarga mereka terlebih tentang Des, benar-benar pergi. Bagi Des, ia sekeluarga memang selalu mengandalkan Lily. Inilah yang terjadi ketika wanita itu tiba-tiba akan pergi. Apa jadinya jika Lily benar-benar pergi bahkan untuk selama-lamanya dari kehidupan mereka? Pengakuan Tya yang terlontar tepat ketika Lily baru akan menutup pintu kamar Tya, membuat raut Lily dipenuhi rasa bersalah. Tubuh Lily mendadak lemas cukup sempoyongan, sedangkan tatapannya turun, menatap kosong nampan berisi pecahan piring berikut alat makan, selain makanan dan tisu kotor. Des dan Tya tidak mengetahui Lily mendengar obrolan mereka. Hanya saja, ketika Des tidak sengaja menoleh ke belakang, saat itu juga pria itu mendapati Lily. Wajah Lily dipenuhi ekspresi bersalah. Dan Lily yang terlihat merasa sangat bersalah, buru-buru menepis tatapan Des. Des menelan ludah, melepas kepergian Lily dengan perasaan campur aduk. Bersambung ....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN