[Dirga]
Dirga : (video)
Dirga : Aku akan menjemputmu. Tunggu aku.
Usai membaca notifikasi pesan masuk pada layar ponsel, Thea yang masih memegangi sebelah pipinya seketika menyeringai, apalagi saat melihat Andri tiba-tiba muncul mengekor pada ibunya yang kini sedang berdiri di hadapan Thea.
“Ibu benar. Bahkan jika kamu tidak ingin menyumbangkan sumsum tulangmu kepada Bunga, kamu tidak perlu sampai hati menuduh orang yang tidak bersalah hanya untuk membalas dendam padanya!” Sambung pria itu tiba-tiba. “Bukankah kita keluarga? Kenapa kamu sampai hati melakukan hal itu?”
“Keluarga? Sejak kapan kalian menganggapku keluarga? Bahkan selama aku tinggal dengan kalian, kalian hanya menganggapku pesuruh, dan seseorang yang bisa dimanfaatkan suatu hari nanti. Apa aku salah?”
Maya memincingkan mata. “Thea! Jangan menuduh kami seperti itu!”
Thea mendesah pelan. “Menuduh? Apa aku tidak salah dengar?”
Wanita paruh baya bernama Maya itu mengacungkan jari telunjuk tepat pada wajah Thea. “Kamu yang tidak baik, tapi malah menuduh putriku penyebab masalah. Bukankah sebaiknya kamu pergi dan mengklarifikasi semuanya? Atau ... Apa perlu aku melaporkan balik atas pencemaran nama baik?”
Tangan Thea seketika bergetar menahan amarah saat mendengar perkataan tersebut. “Ha! Pencemaran nama baik? Yang benar saja, Bu!”
“Thea, kamu hanya perlu mengakui bahwa kamu memfitnah Bunga. Cukup katakan itu pada pihak berwajib. Tidak perlu panjang lebar seperti ini! Apa itu sulit?” celetuk Andri lagi.
“Aku benar-benar muak mendengar kata-kata seperti itu keluar dari mulutmu, Andri! Itu terlalu menjijikan,” ujar Thea mencebik. “Lagipula, untuk apa aku datang ke kantor polisi dan mengatakan seperti yang baru saja kamu katakan? Aku tidak membuat laporan palsu, dan yang melaporkan ke kantor polisi pun bukan aku, termasuk bukti kuat yang polisi kantongi. Jadi, untuk apa semua itu dilakukan? Apa kalian berdua tidak pernah terpikirkan untuk bertanya langsung pada yang bersangkutan? Bunga pasti tahu! Dan ... Ya, mungkin jika sudah mendengar cerita sebenarnya, kalian sendiri yang akan merasa malu sudah mengataiku seperti ini.”
“Dasar wanita rendahan!” umpat Maya kesal. Ia benar-benar tidak terima anak-anak kesayangannya menjadi jelek di mata orang, apalagi setelah ini Bunga pasti jadi bulan-bulanan para mahasiswa di kampus.
“Ya, aku memang rendahan. Seperti yang selalu ibu katakan setiap harinya. Aku juga bodoh, dan tidak pantas hidup di bawah nama keluarga kalian,” balas Thea menyindir.
Andri tiba-tiba maju, dan bergantian dengan sang ibu menunjuk-nunjuk Thea di depan umum. “Jika kamu tidak memiliki bukti apapun, artinya kamu–“
Thea segera memotong dengan memperlihatkan sebuah video yang dia dapatkan beberapa waktu lalu dari sang calon suami, dan memutarnya di depan Andri dan Maya. Raut wajah pria itu seketika berubah, dan dalam gerakan cepat ia bergerak untuk merebut ponsel tersebut. “Kamu harus menghapus semuanya sekarang juga!” Perintah Andri tanpa sadar dengan suara yang sangat rendah.
Sayangnya, gerakan tangan Thea bahkan jauh lebih cepat dari Andri, dan wanita itu segera menyembunyikan ponsel itu di belakang punggung.
“Loh, kenapa aku harus menghapusnya? Ini bukti. Dan aku memegang bukti ini untuk melindungi diriku sendiri. Kamu tidak punya hak untuk memerintahku!” balas Thea.
“Dasar anak tidak tahu diuntung! Sebenarnya, kamulah penjahat sesungguhnya. Bukan putriku!” umpat Maya menjadi-jadi.
Wajah Andri berubah pucat, sementara orang-orang yang kini sedang menonton kejadian tersebut mulai berbisik-bisik antara satu dan yang lainnya. Termasuk Jela. Mereka mulai sadar, bahwa urusan antara Thea dan keluarganya tidak sesederhana yang dipikirkan. Terlalu kompleks, sampai orang-orang tidak mungkin bisa dengan mudah memahaminya.
“Apa aku perlu memutarnya lagi, Bu? Agar Ibu bisa lebih jelas melihatnya,” tanya Thea. “Atau ... Apaperlu aku meminta tolong seseorang untuk mencarikan bukti lain yang lebih jelas?”
Sebenarnya, siapa yang ada di belakang Thea hingga dia bisa seberani ini? Andri membatin.
“Thea, kamu benar-benar kejam memfitnah putriku di depan banyak orang seperti ini.” Maya sudah kehabisan akal untuk mempermalukan balik Thea di depan banyak orang. Yang dia pikirkan saat ini hanyalah, bagaimana caranya agar Thea tidak menunjukkan bukti dari kamera cctv yang dia dapatkan itu kepada polisi, dan orang-orang.
“Aku tidak sebodoh yang Ibu pikirkan. Aku bukan Thea yang dulu, yang bisa kalian tindas setiap harinya!”
Tepat setelah mendengar itu, Maya kembali menampar Thea cukup keras, dan menarik lengan wanita itu dengan kasar. “Dasar perempuan gila! Jangan berlebihan!”
Thea masih sempat menyeringai. “Ibu ingin bercanda denganku? Atau ... Ibu memang sengaja mempermainkanku?”
“Kalian semua bisa menilai sendiri, bukan? Anak haram ini bahkan tidak diharapkan oleh orang tuanya dan ditinggalkan sejak dia masih kecil di panti asuhan!” Maya menunjuk Thea sambil menatap orang-orang yang sedang menonton perdebatan mereka. “Jika saya dan suami tidak mengadopsinya dari panti asuhan, dia mungkin sudah menjadi orang dalam gangguan jiwa karena disiksa di tempat seperti itu! Aku berbaik hati mengadopsinya, tapi sekarang, seperti inikah balasannya?”
Saat mendengar itu, mata Thea memerah, menahan amarahnya yang memuncak. “Aku mohon, berhenti menguji batas kesabaranku, Ibu!” ucap Thea dengan nada bicara begitu penuh penekanan.
Jela, yang sedari tadi hanya diam memperhatikan perdebatan tersebut seketika membulatkan mata. Dia tidak menyangka jika Thea mempunyai latar belakang keluarga seperti itu. Benar-benar memprihatinkan.
Maya berdecak, “batas? Kamu hanyalah anak yang tidak diinginkan, tetapi kamu berani membicarakan batasan dengan ibu angkatmu?”
“Ibu angkat yang juga membuat neraka untukku?” tanya Thea. Wanita itu memicingkan matanya sambil menatap ibunya dengan tajam. “Mulai detik ini, sampai seterusnya, aku, Galathea Lyra sudah bukan lagi anak angkatmu–Ibu Maya dan Bapak Rudi yang terhormat. Jadi, aku sarankan Ibu berhenti mencoba menguji batas kesabaranku, sebelum aku membongkar segalanya!”
“Membongkar? Ha! Kami adalah keluarga baik-baik! Tidak ada aib yang perlu kami sembunyikan!”
Thea tersenyum miring. “Ah ... Benarkah? Lalu, bagaimana dengan kasus penipuan yang Ibu lakukan? Mengatasnamakan amal kepada anak yatim piatu ini, padahal kalian menyiksaku setelahnya?”
“Kamu ... Benar-benar iblis!” umpatnya sambil berbalik dan pergi meninggalkan tempat tersebut.
Melihat ibunya pergi dengan amarah penuh, Andri segera meraih lengan Thea dengan paksa, dan menariknya mendekat. “Kenapa kamu sampai berbuat sejauh ini? Ayah dan Ibu yang membesarkanmu! Tidak seharusnya kamu–“
Belum sampai ia melanjutkan perkataannya, bahunya sudah lebih dulu ditarik ke belakang dan begitu ia menoleh untuk melihat siapa yang melakukannya, satu pukulan keras mendarat dengan baik di atas pipi kirinya, hingga darah segar tiba-tiba keluar dari sisi bibir.
“Mas Dirga ....” Gumam Thea sembari tersenyum.
***