Ketika Dhena dan Wildan sedang menikmati makan di sebuah rest area, di saat yang bersamaan, di sebuah kamar hotel tempat Rizal dan Noviar tadi bertemu dan bersitegang kini telah ada seorang wanita yang sedang menggerakkan tubuhnya naik turun di atas tubuh seorang lelaki muda tampan rupawan dalam keadaan telanjang bulat.
Wanita itu bergerak dengan pelan, sementara si pria terlihat menikmati sekali setiap goyangan partnernya.
"Oouuh, gila enak banget, terus sayang kayak gitu sayang, gak usah buru-buru, waktu kita masih banyak..oooh ssssst..." lenguh sang lelaki.
"Uug, mainin terus, aaahh iyaa gitu, pinter banget sih, teruss aaah." Lelaki itu terus mengerang dan mendesah kenikmatan, sedangkan wanitanya lebih banyak diam.
Wanita itu menggigit bibirnya, menahan desahannya. Meskipun dia melakukan ini dengan sedikit terpaksa, tapi tak bisa dipungkiri rasa nikmat perlahan menjalar di sekujur tubuhnya yang kini basah oleh keringat. Tak berapa lama keduanya terkulai lemas.
Sang wanita lebih lemas lagi karena kemarin malam sudah melayani seorang bondong kurus. Siangnya melayani lelaki yang kini juga sedang dia layani. Lelaki yang kini berada di bawah perut sang wanita memang benar-benar lelaki hypersex Dia bahkan sering meminta sang wanita untuk melakukan persetubuhan dengan cara-cara yang sangat tak lazim termasuk memasukan batangnya lewat a**s.
Sang wanita sebenarnya sangat tersiksa, namun demi sebuah misi mau tidak mau dia harus rela melakukannya. Tadi siang sang wanita bahkan sampai singkang jalannya karena batang kejantanannya sang lelaki keturunan Filipina itu sampai dua kali menembus anusnya.
Wanita ini sebenarnya sangat merasa keberatan melayani lelaki yang kini terkulai lemas di sampingnya. Namun karena ada banyak hal yang mesti dia bicarakan maka mau tak mau sang wanita terpaksa mengajak bertemu lelaki hyper itu di sebuah kamar hotel yang sudah terlanjur di pesannya.
"Ndre, terus rencana lu sekarang gimana?" Noviar bertanya dengan suara lemah. Matanya terpejam dan tubuhnya yang lemas dibiarkan telentang tanpa tertutup selembar benangpun.
"Gua tetap dengan rencana semula. Si Dhena kan lagi hamil, dia gak mau menikah dengan si Rizal. Nah gua akan mati-matian menawarkan diri untuk menikahinya," jawab Andrean dengan napas yang masih sedikit ngosngosan.
"Emang lu yakin si Dhena mau menikah sama lu?" Noviar memiringkan wajah menatap Andrean yang masih terpejam menikmati sisa-sisa orgasmenya yang dahsyat.
"Gua bukan orang bodoh, Vi. Dari sekarang kan gua udah abis-abisan ngemanjain si Dhena. Gua yakin dia mau kalau gua ajak nikah. Selain buat menutupi kehamilannya, harga diri dia juga gak mau jatuh dong. Bukankah apa yang gua lakukan sekarang lebih baik dibandingkan dengan si Rizal yang pengangguran itu?"
"Sebenarnya apa sih motif lu menikahi si Dhena yang lagi bunting gitu. Terus Alexa gimana? Gua sebenarnya ngeri-ngeri sedap juga sama keluarga istri lu, Ndre?" Noviar bangkit dari tiduran lalu duduk bersila memandang Andrean yang masih telentang b***l.
"Hahaha, kan motif nya sama aja kaya lu. Balas dendam. Dulu si Dhena mempermalukan gua di depan semua orang. Dia menolak lamaran gua, sampai-sampai gue ditertawakan. Peristiwa itu gak pernah bisa gua lupakan. Sebagai seorang lelaki gua wajib membalas sakit hati gua. Gua akan mempersiapkan pesta yang mewah, dengan undangan yang yang banyak. Dan sesaat sebelum akad nikah, gua akan langsung membatalkan pernikahan itu!"
"Why?"
"Gua akan sampaikan pada semua orang yang hadir, kalau gua gak batal menikahi si Dhena karena dia sedang hamil oleh lelaki lain. Hahahahaha itu sebuah balas dendam yang sangat indah, bukan?" Andrean bangkit dari telentangnya, lalu duduk bersila berhadapan dengan Noviar.
"Hah, gila juga lu, hehehehe" Noviar tersenyum. dia semakin yakin jika Andrean memang benar-benar serius dengan rencananya.
"Makanya, apapun yang terjadi, lu wajib mencegah si Rizal, jangan sampai ada akses ke Dhena. Gua yakin si Dhena gak bakal menggugurkan kandungannya. Dia akan mencari ayah untuk anak itu. Dan sudah pasti gua akan jadi pilihan yang utama."
"Dan itulah saat-saat terindah gua membalas dendam dan mempermalukan si Dhena di depan seluruh undangan yang hadir. Gua jamin seluruh keluarganya akan malu semalu malunya. Ini pasti akan jadi moment yang tak akan pernah bisa dilupakan oleh si Dhena dan keluarganya. Sama seperti saat lamaran gua ditolak si Dhena waktu itu, hahahaha." Andrean tertawa jahat.
"Gila lu cerdas banget Ndre, gue malah gak kepikiran ke situ." Noviar berpura pura memuji.
Dia sangat tahu, lelaki yang kurang kasih sayang seorang ibu biasanya akan mudah bangga dan senang dipuji-puji oleh wanita.
"Yes. Bukankah lu juga sudah memerintahkan si Yoga dan si Rifky untuk menyebarkan gosip itu tentang si Dhena? terus lu sudah bicarakan dengan Pak Abdullah, papanya si Dhena, kalau gua sangat serius mau menikahi anaknya?"
"Aman, semua udah gua atur dan beres. Hanya si Rizal aja yang sedikit melenceng keluar dari rencana. Tapi gua masih punya banyak cara buat naklukin si b******k sok ganteng itu. Pokoknya semua akan indah pada waktunya."
"Apakah si Rizal menolak masuk tim karena masih kurang uangnya? Kalau gitu lu kasih uang yang besar dong. Atau lu datangin keluarga si Rizal. Bukannya mereka sedang butuh modal buat buka warung?" Andrean melebarkan kedua tangannya.
"Nah kalau itu belum gue coba. Lu serius mau ngeluarin uang demi si Rizal?"
"Hahaha, gua sudah menyiapkan berapapun dana yang lu butuhkan, Vi. Tapi bukan demi si Rizal. Demi balas dendam gua sama si Dhena. Lu gak usah ragu dengan uang. Harga diri gua di atas segalanya. Gua cuma mau nunjukin, kalau Andrean tidak serendah yang si Dhena kira. Gua ingin si Dhena menyesal dan menangis darah telah menolak dan mempermalukan gua, hahahahaha."
Andrean turun dari tempat tidur lalu duduk di sofa dengan tubuh b***l. Dia pun menyalakan pemantik lalu membakar rokok yang terselip di bibirnya. Andrean mengepulkan asap dari mulutnya. Setelah memakai kembali bra dan celana dalamannya, Noviar pun turun dari ranjang.
"Lu kasih aja mereka uang yang banyak. Supaya mereka makin setia dan mudah untuk kita atur. Minimal sampai balas dendam kita terlaksana. Setelah itu buang semua gembel jalanan itu sejauh-jauhnya." Andrean menyemburkan asap rokok ke wajah Noviar yang baru saja duduk di sampingnya.
Noviar terdiam sejenak. lalu tersenyum penuh kemenangan. Tawaran Andrean sangat menggiurkan.
Bagaimana tidak?
Dia bisa balas dendam pada Dhena, tanpa harus mengeluarkan serupiah pun uang. Justru dia bisa mengeruk sebanyak-banyaknya harta Andrean juga harta Dhena.
Para kurcaci kere itu cukup dikasih uang tak seberapa dan tubuh moleknya.
Noviar bahkan yakin, jika keluarga Rizal diberi bantuan modal buka warung 20 juta, sudah pasti Rizal akan berterima kasih dan mau masuk dalam timnya.
Keluarga besar Rizal pasti akan mendukungnya dan Rizal tidak akan bisa menolaknya.
"Terus kapan lu mau transfer yang 100 juta lagi, Ndre. Soalnya yang kemarin sudah habis buat biaya operasional dan bagi-bagi sama orang-orang kita termasuk dua kurcacinya si Dhena itu."
"Santai, gua justru akan bermain slow. Biar tidak terlalu mencolok. Kalau perlu, gua pura-pura ngejauh dulu dari si Dhena. Lu atur aja siapa orang yang bisa dipercaya buat nempel terus Dhena.." Andrean tersenyum sumir.
"Oke urusan Yoga sama Rifky sih gampang. Terus uang untuk Rizal gimana?"
"Si Rizal dan si Dhena, wajib saling membenci, terserah gimana pun caranya. Gua percaya sama lu. Duit buat si Rizal entar gua kirim, 50 juta, cukup kan?"
"Sementara cukup, hehehe." Noviar tersenyum lebar.
"Sekarang gue mau tanya. Apakah hanya karena ingin menguasai harta si Dhena, lu ingin menghancurkan si Dhena?"
"Salah satunya."
"Tapi, gua lihat harta suami lu banyak. Sejujurnya gua sedikit curiga, jangan-jangan lu ada di pihak si Dhena yang pura-pura jahat padahal mau ngejebak gua." Andrean menatap Noviar dengan sangat lekat.
Noviar hanya tersenyum misterius.
"Awalnya kan gue gak tahu kalau lu punya dendam sama si Dhena. Setelah kita bertemu beberapa kali baru kan kita sama-sama terbuka kalau kita punya dendam sama Dhena." balas Noviar.
"Ingat Nov! Lu yang pertama ngajak kerja sama dalam lingkaran ini. Jangan sampai gua menyuruh orang untuk membungkam lu. Kalau sampai lu main-main sama gua, itu artinya lu siap kehilangan seluruh keluarga lu."
"Ndre masa sih lu gak percaya sama gue?" Noviar bicara sedikit kesal.
"Kalau kita mau saling percaya, gua harap jangan ada dusta diantara kita. Lu wajib terbuka segalanya sama gue. kalau sedikit saja ada kebohongan, maka lu, anak-anak lu dan suami lu, akan berakhir tragis."
"Oh my God! Andrean. Lu pasti udah percaya sama gue. masa gua udah berjalan sejauh ini lu masih tak percaya?"
"Kita sudah terlanjur melangkah, maka jangan pernah ada dusta diantara kita. Sebenarnya gua bisa menjalankan misi ini tanpa bantuan lu, Nov. Tapi karena lu juga mau balas dendam sama si Dhena, makanya kita jadi sejalan. Tapi apa alasan lu mau balas dendam, sama si Dhena? selama ini lu belum bercerita, wajar dong kalau gua curiga sama lu?"
"Panjang dan rumit banget ceritanya, Ndre."
"Hahaha, gak ada yang panjang atau rumit. Karena lu udah masuk dalam permainan gua, maka kalau ingin selamat hidup lu dan keluarga lu, kita harus kerja sama. Ingat apa yang telah kita lakukan dan kita obrolkan semua sudah gua rekam dengan baik. Lu gak bisa lagi berkelit dari gua, Vi." Mata Andrean makin garang menatap Noviar.
"Oh my God! Andrean!" Noviar sedikit tercekat.
"Hahaha, lu jangan pernah berpikir untuk membodohi gue, Vi. Jangan pula mencoba main-main dengan gua. Ingat, kita sudah setengah jalan. Pengkhianatan sekecil apapun akan menimbulkan dua pilihan, dibunuh atau membunuh, oke!"
"I.... i....iya, Ndre..." jantung Noviar mulai kebat kebit dan wajahnya pucat pasi. Tak menduga dia telah terjebak dalam lingkaran setan yang dia ciptakan sendiri.
"Sekarang lu ceritakan, siapa lu sebenarnya dan apa motif lu ingin balas dendam pada sahabat lu sendiri, si Dhena!"
"Ok, oke gue ceritain, Ndre."
"Ingat, sedikit saja lu bercerita bohong, nyawa lu taruhannya, oke! Sebenarnya dari kemarin-kemarin gua curiga, kalau elu hanya akan ngejebak gua. Tapi gua percaya lu bukan bagian dari tim si Dhena. tapi, kalau sampai bener lu adalah timnya Dhena, maka hidup lu dan keluarga lu, berakhir tragis malam ini juga."
"I...i..iya Ndre, sumpah demi Tuhan, gue akan ceritakan semuanya sejujur-jujurnya."
"Good! Gua paling benci dibohongi, apalagi oleh orang yang sudah gua anggap partner dalam berbagai urusan. Ingat video persetubuhan lu dengan para brondong dan juga dengan gua, akan gua sebar kalau sampai lu berkhianat."
"Iya, gue ngerti kok."
"Lu udah masuk dalam lingkaran setan yang lu ciptakan sendiri, Vi. Maka demi keselamatan lu dan anak-anak lu, kita wajib satu kata dan satu hati. Jangan pernah berbohong atau punya niat untuk mengkhianati, titik!"
^^^