Janda 8

2395 Kata
Noviar terlahir dari keluarga sederhana, namun demikian kedua orang tuanya sangat peduli dengan pendidikan anak-anaknya. Ibu dan bapak Noviar berprofesi sebagai guru di sebuah sekolah dasar negeri kawasan Depok. Noviar anak ketiga dari lima bersaudara. Dia dianugerahi otak yang sangat encer sehingga dengan mudah mendapat beasiswa untuk bisa kuliah di salah satu universitas negeri ternama yang kebetulan masih berada di kota tempat tinggalnya. Saat ini kedua orang tua Noviar sudah meninggal dunia dan kakak dan adik-adiknya pun sudah berkeluarga. Awal Noviar mengenal Dhena, saat keduanya kuliah. Selain satu jurusan, Dhena pun kebetulan kost di dekat tempat tinggal Noviar. Dalam hitungan minggu saja mereka sudah menjadi sahabat karib laksana Satpam dengan pentungannya. Tak terpisahkan dan saling melengkapi. Selanjutnya Noviar pun sering ikut ke Bandung ke rumah keluarga Dhena. Noviar yang sangat dekat dan akrab dengan Dhena, ditambah sikapnya yang ramah, bersahabat serta tak canggung mengerjakan pekerjaan rumah saat berkunjung ke Bandung, langsung merebut hati keluarga Abdullah. Saat berada di tingkat 2 masa perkuliahannya, Noviar resmi diangkat sebagai anak asuh keluarga Abdullah dengan mendapat fasilitas dan uang jajan yang hampir sama dengan Dhena. Sungguh sebuah anugerah yang tak terhingga. Noviar yang pada awalnya berniat mencari pekerjaan sampingan untuk menopang biaya kuliahnya, bisa melenggang lancar jaya karena mendapat sokongan dana dan fasilitas dari keluarga Dhena. Dia bahkan bisa berbagi dengan kedua adiknya yang masih duduk di SMP dan SMA. Bayu Sutisna, atau biasa dipanggul Mas Bayu, adalah salah seorang kerabat jauh keluarga Abdullah. Dia pun terlahir dari keluarga sederhana dari sebuah kampung di Kabupaten Garut. Saat kuliah di Bandung, Bayu berteman dengan Adit, kakak ketiga Dhena. Bayu yang kalem, cerdas, aktif dalam kegiatan sosial telah lebih dulu menjadi anak asuh keluarga Abdullah. Dia mendapat fasilitas dan perlakuan yang sama seperti Imron, Imam, Adit dan Dhena. Sekilas keluarga Abdullah seperti memiliki enam orang anak. Imron, Imam, Adit, Bayu, Dhena dan Noviar. Kehidupan keluarga besar Abdullah sangat harmonis, romantis dan bahagia. Keempat anak kandung dengan kedua anak asuhnya nyaris tak ada perbedaan. ketika mereka libur dan berkumpul siapa pun akan mengacungkan jempol pada keakraban dan keharmonisan enam bersaudara itu. Waktu terus berlalu. Imron, Imam dan Adit sudah mulai membangun rumah tangganya masing-masing. Dengan bertambahnya tiga menantu, keluarga Abdullah pun semakin meriah. Apalagi ketika Imron dan Iman sudah mempersembahkan masing-masing seorang cucu. Untuk tetap menjalin silaturahmi antar sesama keluarga, setiap sekali dalam satu bulan mereka kumpul di Bandung sambil mengadakan arisan keluarga. Seluruh uang yang terkumpul dari arisan disumbangkan ke berbagai panti asuhan. Adit dan Bayu mulai merintis usaha bersama, hingga keduanya sukses menjadi pengusaha muda di bidang property. Bayu masih membujang. Dhena dan Noviar sudah menjadi Sarjana Pendidikan. Dhena mengajar di STM BM sementara Noviar mengajar di salah satu SMP di Kota Depok. Bapak dan Ibu Abdullah tertawa bahagia karena di masa tuanya telah berhasil mengantarkan semua anak-anaknya pada jenjang kehidupan yang mapan dan mandiri. Semua berjalan normal dan tak ada yang berubah. Namun ketika Dhena memutuskan menikah dengan Rayan, terjadi sebuah peristiwa yang membuka sebuah rahasia besar. Bayu yang sedang menikmati masa jayanya meniti karier membangun sebuah perusahaan dengan Adit, tiba-tiba hidupnya berubah drastis. Dia seperti orang linglung, frustasi dan nyaris meninggalkan kariernya karena merasa hidupnya suram dan tak memiliki arti. Keluarga besar Abdullah terutama Adit, sangat kebingungan dengan keadaan Bayu yang berubah drastis. Mereka sangat prihatin dengan hidup Bayu yang makin hari makin terpuruk tanpa sebab. Usut punya usut akhirnya diketahui sebuah jawaban yang mengejutkan. Bayu frustasi dan putus asa karena Dhena menikah dengan orang lain. Semua tercengang dan tak menduga jika ternyata Bayu mencintai Dhena sejak lama. Demi menyelamatkan masa depan dan membangkitkan kembali semangat hidup Bayu, Pak Abdullah dan Adit berinisiatif menjodohkan Bayu dengan Noviar. Sebuah perjodohan yang sangat mengejutkan dan tidak terlalu bisa diterima Bayu. Perjodohan itu menjadi anugerah berikutnya bagi Noviar, sejak pertama bertemu dengan Bayu, Noviar sudah menaruh hati dan harapannya. Namun dia tak berani mengungkapkannya karena secara diam-diam tahu jika Bayu justru mencintai Dhena. Walau sesungguhnya si Tomboy Dhena tidak peka dan tidak merespon sinyal yang dikirimkan Bayu. Celakanya ketika Dhena tidak peka dengan suara hati Bayu, Sang lelaki pun tidak berani mengungkapkan perasaannya karena minder dan tak merasa tidak sebanding derajatnya. Bayu pun merasa tidak enak hati pada keluarga Abdullah yang sudah dianggap keluarganya sendiri. Sebuah pertautan cinta segitiga yang rumit namun berjalan masing-masing dan tak pernah nyambung karena masing-masing tak berani membuka diri. Bayu akhirnya bersedia menikah dengan Noviar atas saran Pak Abdullah dan Adit. Bayu melakukannya hanya karena demi membahagiakan Pak Abdullah dan Adit, sahabat sejatinya. Semua berjalan sesuai rencana. Anak-anak Pak Abdullah akhirnya sudah menikah. Termasuk anak angkatnya Bayu dan Noviar. Noviar yang bersuamikan seorang pengusaha muda yang sukses, memutuskan berhenti menjadi tenaga pengajar di SMP. Dia bertekad untuk menjadi istri yang terbaik untuk Mas Bayu, lelaki yang paling dicintainya di Garut, kampung halaman suaminya. Pada tahun berikutnya pasangan Bayu Noviar, pindah ke Bogor karena Perusahaan Bayu & Adit membuka cabang di Bogor. Sejak itu hubungan Dhena dan Noviar yang sempat terpisah karena jarak, kembali terjalin dengan sangat harmonis. "Ternyata gue hanya bisa memiliki raganya Mas Bayu, namun hatinya tidak. Cinta Mas Bayu pada si Dhena tidak pernah berubah dan tidak sepertinya tdiak bisa ditawar lagi." Noviar menutup ceritanya dengan membasuh matanya yang berkaca-kaca. "Oh ya?" timpal Andrean dengan wajah yang sedikit melongo. "Ya, gue mencoba bertahan dan terus melakukan segala upaya agar bisa membuat Mas Bayu jatuh cinta sama gue. Bahkan gue mengubah diri menjadi seorang wanita yang energik, fresh, cantik dan menarik. Setidaknya itu yang selalu dipujikan banyak orang sama gue." "Yes, you are sexy and beauty, Nov." "Namun tidak untuk suamiku, Ndre. Hati Mas Bayu tetap belum terbeli. Bahkan hingga anak pertama kami lahir, Mas Bayu masih belum mencintai gue atau setidaknya mengaggap gue ibu dari anaknya." "Serius? Sebegitu keraskah hati suami dan sebasar itukah cintanya pada si Dhena?" "Awalnya gue berharap setelah anak pertama lahir, Mas Bayu akan berubah. Walau belum mencintai gue, ya setidaknya dia menganggap gue. Tetapi Mas Bayu benar-benar egois. Dia mencintai anaknya tapi tidak pada ibunya. Sikap Mas Bayu tambah dingin dan sering membuat gue terluka. Aku benar-benar menjadi istri yang tak dianggap." "Sering menyakiti lu? Masa sih? Setahu gua suami lu super kalem, jarang bicara. Gak mungkin berani menyakiti orang lain, apalagi istrinya." "Di depan semua orang gue sama Mas Bayu adalah pasangan suami istri yang sangat harmonis dan ideal. Namun sesungguhnya hati gue setiap hari menangis dan menjerit karena apapun keadaan gue selalu dibanding-bandingkan dengan si Dhena. Perasaan istri manapun akan terluka dan tak rela jika dibanding-bandingkan dengan wanita lain. Apalagi dengan wanita yang masih dicintai suaminya." Noviar berucap lirih. "Yes, I know!" balas Andrean kemudian terdiam. "Dan setelah tiga tahun gue bertahan dalam siksaan batin, akhirnya menyerah." "Maksudnya?" "Gue minta cerai. Tapi Mas Bayu laki-laki yang super aneh. Dia menolak permintaan gue dengan alasan anak. Lalu gue sampaikan masalah rumah tangga pada keluarga besar Abdullah. Ternyata semua menolak keras perceraian gue, termasuk Dhena. Mereka seolah menuduh gue yang bukan-bukan. Wajar karena di mata mereka Mas Bayu sangat sempurna sebagai suami." "Yes, gua bahkan gak percaya kalau lu berani selingkuh dari suami lu, karena keliatannya kalian sangat ideal dan harmonis." "Di sisi lain Mas Bayu tidak pelit. Sikapnya pun di depan semua orang sangat romantis dan hangat. Tak akan ada yang percaya jika hampir setiap malam gue dianggarkan tanpa disentuhnya." "Oh my God!" Andrean kembali terbelalak. "Sampai tahun ke lima pernikahan, gue masih bisa merasakan jika Mas Bayu menggauli gue itu hanya sekadar menjalankan kewajiban suami. Raganya meniduri gue, namun hatinya tetap membayangkan si Dhena. Beberapa kali dia keceplosan memanggil nama si Dhena saat mencapai puncak, hiks.. hiks.. hiks.. gue terluka Ndre, hiks hiks hiks gue sakit Ndre hiks.. hiks...hiks...." Tangis Noviar akhirnya pecah. "Oh my God," desah Andrean seraya membekap mulutnya. Sebagai lelaki dia pun bisa merasakan, bagaimana terlukanya jika pasangan b******a memanggil nama orang lain saat sedang puncak dalam percintaan. Apalagi ini pasangan sah. Beberapa saat lamanya, Noviar dan Andrean saling terdiam. Sibuk dengan perasaan dan pikirannya masing-masing. "Lima tahun gue jadi istri boneka. Istri yang sama sekali tak dianggap dan hanya sebagai ibu suri rumah saja. Disitulah gue mulai sakit hati dan dendam pada si Dhena. Walau sesungguhnya itu salah, semestinya gue marah pada suami gue." Noviar melanjutkan cerita sedihnya setelah tangisnya benar-benar reda. "Dalam keputusasaan itu, gue mulai menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan dalam komunitas dan perkumpulan ibu-ibu sosialita. Gue tak peduli lagi dengan keluarga. Gue sama suami bahkan jarang bertegur sapa saat berada di rumah. Anak-anak diurus sepenuhnya oleh pembantu. Gue mulai sibuk main dengan para brondong, tentu saja dengan sangat gue rahasiakan." "Oke gue paham. Lu punya anak dua. Lu yakin itu semua anaknya Mas Bayu? bukankah sebelum anak kedua lahir lu sudah mulai main brondong?" selidik Andrean. "Kalau yang pertama gue pastikan 100 % anaknya Mas Bayu." "Yang kedua?" "Kalau yang kedua, gue pastikan bukan anaknya si Bayu. Tapi juga bukan anak salah satu brondong yang pernah tidur sama gue. Lu kan tahu gue ikut program KB demi menjaga jangan sampai hamil oleh brondong-Brondong itu, Ndre." "Terus anak siapa dong?" "Lu jangan kaget....." Noviar menghentikan ucapannya. Kedua bola matanya menatap Andrean dengan sangat tajam dan bibirnya tiba-tiba menyunggingkan senyum aneh. "Anak si Rico?" tanya Andrean. "No. Anak gue yang kedua itu sebenarnya adiknya si Dhena," balas Noviar dengan senyum tipisnya. "What? you tidur juga dengan papanya si Dhena?" seru Andrean setengah berteriak. "Yes, selingkuh yang awalnya gak disengaja. Anggap saja kecelakaan tapi akhirnya terus berlanjut sampai sekarang." "Astaga! Lu beneran sampai sekarang masih hubungan dengan Pak Abdullah? Lu bisa cerita kenapa itu bisa terjadi?" Andrean antusias dan excited dengan berita yang sangat mengejutkannya. Berita yang bisa jadi akan dimanfaatkan sebagai senjatanya kelak. "Ceritanya sangat rumit dan panjang. Gue belum sanggup menceritakannya. Ini sangat rahasia, Ndre." Noviar kembali terdiam. Sementara Andrean walau masih sangat penasaran namun dia berbaik hati untuk tidak memaksa Noviar bercerita. "Sebenarnya, Pak Abdullah ngasih warisan itu bukan karena Mas Bayu atau gue sudah dianggap anaknya sendiri. Tapi memang ada anak dia yang terlahir dari rahim gue." "Oh my God!" Andrean kembali bergumam. "Kalau lu pernah ketemu dengan Kak Imron, Kak Imam atau Kak Adit, kakaknya si Dhena, maka lu akan mengatakan anak gue yang kedua itu mirip mereka. Ya karena memang satu bapak, hehehe." "Amazing! Gila...gila! Sumpah gue gak menduga seperti ini, Nov!" Andrean makin terbelalak dan antusias. "Setiap bulan Pak Abdullah menanggung seluruh kebutuhan anak gue, tapi Mas Bayu sama sekali tidak tahu. Kalau untuk asuransi pendidikan dan lain-lainnya Mas Bayu tahu dan gak ada yang curiga, karena memang sejak lama anak-anak gue sudah dianggap cucunya sendiri oleh Bapak dan Ibu Abdullah." "Nah hidup lu sudah bahagia, banyak brondong and mapan pula. Kenapa lu masih sakit hati dan dendam sama si Dhena?" "Sebenarnya gue juga udah melupakannya. Gue berusaha menikmati hidup yang sekarang dijalani. Gue mulai cuek dengan Mas Bayu, bodo amat dia mau pulang atau enggak, yang penting gue gak kekurangan uang." "Yes, but why sekarang lu masih ingin menghancurkan si Dhena?" "Ndre, sekarang si Dhena sudah jadi janda. Lu bisa ngeliat gimana Mas Bayu bersemangatnya mengurusi segala hal yang berkaitan dengan si Dhena. Gue yakin suami gue itu masih berharap bisa menikah dengan si Dhena. Makanya dia sekarang sedang mengajukan cerai buat gue. Sejak itulah hidup gue mulai terusik kembali dan keberadaan gue mulai terancam. Dendam lama bangkit kembali." "Yes, I know." "Kini si Dhena libur si Bandung rencananya seminggu, dan suami gue tiba-tiba kemarin mendadak mudik ke Garut, entah berapa lama dengan membawa kedua anak gue. Apakah mungkin mereka janjian bertemu di Bandung, sangat mungkin!" 'Oh my God! Pantesan semua biaya design interior toko dan rumah si Dhena, ditanggung full oleh Mas Bayu. Dia bahkan melarang gue mengatakan itu pada siapapun. Sekarang gua ngerti, tampaknya Mas Bayu memang serius ingin menikahi si Dhena. Gue harus segera menghentikannya!' bisik Andrean dalam hati. "Nov, lu bisa cerai sama Mas Bayu. Udah kaya ini, dapat warisan dari Pak Abdullah, walau itu buat anak lu." "Itulah bodohnya gue, Ndre. Semua harta yang gue miliki, termasuk warisan dari Pak Abdullah, atas nama Mas Bayu. Dan Mas Bayu pasti akan membawa anak-anak gue kalau kami cerai. Kalau gue bercerai dengan Bayu, maka gue jatuh miskin. Paling dapat harta gono gini yang gak seberapa." Noviar kembali terdiam beberapa saat. "Lagian, kalau gue cerai malah makin ribet buat gue sendiri." "Kok bisa?" Andrean tak mengerti. "Jatah anak gue dari Pak Abdullah, pastinya jatuh ke Mas Bayu. Kan anak-anak dibawa dia. Selama ini gue menjalin hubungan dengan Pak Abdullah gak ada yang curiga karena gue istrinya Mas Bayu. Nah kalau gue cerai nanti semua orang curiga kalau gue masih dapat apa-apa dari Pak Abdullah." "Lu kan bisa nikah siri dengan Pak Abdullah terus tinggal di tempat yang gak akan ketahuan oleh keluarganya, ribet amat!" "Ndre, Bu Abdullah sudah mulai curiga. Dua tahun terakhir, kemana-mana Pak Abdullah dikawal istrinya. Apalagi sekarang sopirnya si Ilham, kurcacinya si Dhena. Makin susah deh. Jujur aja terakhir gue tidur dengan Pak Abdullah itu setahun yang lalu. Itupun sembunyi sembunyi di Sukabumi, jauh banget kan." "Gila.... Terus rencana lu sekarang gimana? Masih tetep mau balas dendam?" "Kepalang edan. Sebelum Mas Bayu menceraikan, gue harus menguasai seluruh harta si Dhena, kalau perlu hartanya Pak Abdullah juga. Gak peduli si Abdullah mau menikahi gue atau enggak. Gue bisa cari brondong yang lebih gagah. Kalau perlu gue ajak Rizal menikah." "Jadi lu beneran naksir sama si Rizal?" "Naksir berat. Sumpah dari sejak pertama si Rizal dekat dengan si Dhena, gue sudah sangat penasaran dan jatuh cinta banget sama dia." "Hahaha, masa sih lu kalah melulu sama si Dhena." "Itulah yang bikin gue makin sakit hati dan dendam. Suami gue sampai sekarang gak pernah menganggap gue ada gara-gara si Dhena. Eh brondong yang gue taksir pun tetep aja gak bisa move on dari dia." "Tragis banget nasib lu, Vi, hehehe." Andrean terkekeh. "Dan yang lebih tragis lagi, Pak Abdullah gak mau nikahin gue, karena gak enak sama si Dhena. Penyakit banget kan si Dhena buat hidup gue, hahahahaha." Noviar mentertawakan nasibnya. "Rumit juga ternyata hidup lu, Vi." "Gue udah capek Ndre, sepuluh tahun hidup dalam sandiwara. Pura-pura baik pada semua orang, bibir tersenyum, padahal hati gue menangis dan terluka. Gue bahkan punya anak dari Pak Abdullah, namun warisannya gak sebanding dengan anak-anak yang lainnya. Mulai sekarang gue mau berontak. Kalau pun gue harus hancur, maka keluarga Abdullah pun harus hancur sekalian, titik!" "Gila, sadis juga! Sakit hati memang bisa merubah orang jadi lebih sadis dari setan sekalipun." "Yes!" Noviar membenarkan ucapan Andrean. ^^^
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN