PART 2

1085 Kata
Madrid, 16 Desember 2015   Dave merebahkan tubuhnya setelah perjalanan yang cukup melelahkan, ia menumpukan lengan kanannya pada kedua mata hingga ia hampir terbawa ke alam mimpi namun dering smartphone nya membuat Dave menghela nafas pelan dan mengangkat panggilan itu. "Hm?" tanya Dave dengan malas. "Saya sudah memastikan jika Mr. Smith Abraham tidak tahu tentang kafe anda yang berada di Madrid, Tuan Dave" ujar seseorang di seberang telefon membuat Dave tersenyum. "Buen trabajo, gracias Adriano(kerja bagus, terima kasih Adriano)" "Bien, Señor(baik, Tuan)" Dave bangkit dari tidurnya dan tersenyum mengingat ayahnya tidak mengetahui tentang kafe tersebut, kafe yang ia bangun sendiri tanpa sepengetahuan ayahnya. Ternyata kafe itu ada gunanya juga saat keadaan seperti ini, dengan kafe itu aku masih bisa menghasilkan uang untuk hidup ku kedepan karna Daddy benar-benar menarik semua fasilitas yang ku dapatkan bahkan uang yang ada di tabungan ku. gumam Dave dalam hati. Dave bangkit dari duduknya, ia melupakan keinginannya untuk beristirahat. Dave mengambil sebuah kunci mobil yang berada di nakas samping tempat tidur lalu berjalan ke arah parkiran apartement dan menyalakan mobil klasiknya yang berwarna hitam, lagi-lagi mobil itu adalah asetnya yang tidak diketahui oleh Smith Abraham sang ayah. Ia sangat bersyukur karna Adriano benar-benar bisa ia percaya untuk menjaga semua aset yang ia miliki di Spanyol namun tidak diketahui oleh ayahnya, Smith Abraham. Dave telah merencanakan ini semua dari jauh-jauh hari, ia tahu bagaimana jalan pikiran ayahnya itu, ia sudah menduga bahwa akan ada masanya ia diperintah untuk mengurus salah satu perusahaan milik ayahnya. Dave melajukan mobilnya menuju kafe miliknya, kafe dengan gaya klasik dengan bagian depan bangungan tergambar jelas sebuah lukisan yang sama persis dengan tato yang ada di tubuh Dave, diantara Brian dan Vinic hanya ia yang menggemari tato dan tindik, Dave memiliki beberapa tato di tubuh dan tangannya.   Dave turun dari mobil klasik miliknya lalu berjalan memasuki kafe tersebut beserta sebuah gitar yang berada di tangannya. Ia membuka pagar pintu yang sangat besar dari kafe itu, Dave berjalan ke arah panggung dan menyiapkan beberapa peralatan musik yang ada di sana, malam nanti ia akan bernyanyi di kafe tersebut. Saat ia menegakkan sebuah mic tatapannya terhenti mengamati seorang gadis yang tengah berbincang dengan orang kepercayaan nya yang senantiasa menjaga kafe tersebut selama Dave berada di Los Angeles. Dave mengamati gadis itu, gadis dengan rambut ikal, berwajah cantik, dan memiliki senyum yang sangat manis bagi Dave. Gadis itu mengenakan kaos berwarna abu-abu yang mencetak jelas bagaimana lekuk tubuhnya, wanita itu juga mengenakan sebuah bunga berwarna merah yang terselip diantara rambut dan telinganya, membuat Dave tertarik. Gadis yang unik. ujar Dave dalam hati. Ia masih mengamati gadis yang tengah berbicara dengan Mateo itu, sesekali Dave mengernyit dari kejauhan melihat gerakan tangan gadis itu yang bergerak seperti membentuk sebuah pola. Dave menyunggingkan bibirnya tersenyum dengan tipis masih memperhatikan wanita itu. ----- Malam harinya Dave kembali ke kafe itu setelah beberapa jam beristirahat menghilangkan penat karena beberapa jam duduk di kursi pesawat. Dave melajukan mobilnya seperti biasa dan sesampainya di kafe tersebut ia segera menghampiri Mateo yang tengah berada di dapur mengarahkan beberapa pelayan kafe yang tengah menyiapkan hidangan untuk pelanggan. "Sepertinya malam ini sangat ramai" ujar Dave membuka percakapan membuat Mateo menoleh. Pria berambut ikal tersebut terkejut melihat kehadiran Dave, Mateo segera membungkukkan tubuhnya di hadapan Dave, membuat Dave tidak suka lalu menegakkan bahu Mateo. Dave merasa tidak sepantas jika pria paruh baya itu terlalu menghormati seseorang sepertinya yang jauh lebih muda daripada Mateo yang sudah berumur bahkan rambutnya telah beruban semua, Mateo jauh lebih tua dibandingkan dengan ayahnya. "Aku tidak suka melihat mu memperlakukan ku seperti itu, Paman" ucap Dave sedikit menegaskan rahangnya. Mateo menunduk. "Maafkan saya, Tuan. Sudah menjadi kewajiban saya untuk menghormati Tuan Dave" ujar Mateo membuat Dave tersenyum. Dave menepuk bahu pria tua tersebut yang membuat Mateo mendongak. "Tidak apa, Paman. Kali ini aku maafkan" ujar Dave seraya tersenyum. Mateo tersenyum melihat senyuman di wajah tuannya. "Anda benar-benar ingin mengisi acara malam ini, Tuan Dave?" tanya Mateo dengan hati-hati karna ia sedikit ragu dengan keputusan Dave yang akan bernyanyi di kafe tersebut setiap malam hingga Smith bisa menerima keputusannya. "Bernyanyi sudah menjadi hobiku, Paman" ucap Dave seraya tersenyum lembut. Mateo sangat bersyukur memiliki seorang majikan seperti Dave, pria muda itu berbeda diantara dua saudaranya yang terlihat tegas dan berwajah dingin. "Bisakah ku mulai saat ini?" tanya Dave kepada Mateo yang langsung diiyakan oleh pria paruh baya tersebut. Dave berjalan ke arah panggung, ia melihat beberapa pengunjung yang ada di sana, beberapa wanita terlihat melempar senyum menggoda kepada Dave dan pria itu membalas nya dengan sebuah senyuman juga, bukan tanpa alasan, tapi sudah menjadi kebiasaan Dave untuk bersikap ramah terhadap siapapun. Dave membenarkan sebuah mic di hadapannya dan memposisikan sebuah gitar yang menggantung pada bahunya dengan benar agar nyaman saat dimainkan. "Buenas noches(selamat malam)" sapa Dave membuka suaranya di malam itu, membuat semua pengunjung sontak menolehkan pandangannya ke arah panggung, tempat Dave berdiri. "Quiero cantar una canción esta noche para ti, espero que te guste(aku ingin menyanyikan sebuah lagu malam ini untuk kalian, semoga kalian menyukainya)" semua pengunjung yang  ada di sana langsung bertepuk tangan dengan meriah mengawali sebuah lagu yang akan Dave nyanyikan malam ini. Di tengah-tengah nyanyiannya, tanpa sengaja Dave melihat wanita yang ia lihat tadi siang saat ia memasuki kafe, ia sedikit tersenyum namun sedikit merutuki dirinya sendiri yang lupa menanyakan nama wanita itu pada Mateo, mengingat bahwa tadi siang pria paruh baya itu tengah berbicara dengan wanita itu. Dave menyanyikan sebuah lagu romantis yang tidak ia sadari seperti menggambarkan rasa tertariknya pada wanita itu. Diakhir lagu Dave berkata jika lagu itu ia persembahkan pada wanita cantik yang mengenakan kaos putih yang tak lain adalah seorang pelayan di kafe miliknya, Dave mengangkat topi yang sejak tadi ia kenakan kepada wanita itu dari jauh namun wanita itu terlihat tak mempedulikan perkataan Dave dan segera berlalu dari sana. Dave segera mengenakan topinya kembali setelah wanita itu mengacuhkan Dave. Ia semakin tertarik dengan wanita itu, wanita yang sangat unik, yang tidak terlalu terpengaruh oleh sikap ketertarikan dari Dave, wanita itu berbeda membuat Dave tertarik dan menyukainya. Dave turun dari panggung dan berjalan mencari Mateo namun pria itu tidak ada, selang tak lama kafe tersebut tutup karna waktu telah menunjukkan pukul satu dini hari, tutupnya kafe tersebut menyisakan Dave sendiri di samping mobilnya tanpa bertemu dengan wanita yang sudah membuat perhatiannya hanya terpusat pada wanita itu. Dave memasuki mobilnya lalu kembali ke apartement tempatnya menginap, Dave segera merebahkan tubuhnya dan berharap esok hari bisa mengetahui identitas wanita itu karna selama ini kafe tersebut benar-benar diurus oleh Mateo tanpa campur tangan Dave.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN