bc

Sirena (INDONESIA)

book_age18+
1.1K
IKUTI
12.0K
BACA
goodgirl
CEO
princess
drama
sweet
like
intro-logo
Uraian

Dave Abraham, seorang pria tampan yang mempunyai kekayaan melimpah lebih memilih menghabiskan hari-harinya untuk menjadi seorang penyanyi di sebuah cafe sederhana daripada mengurus perusahaannya.

Kecintaannya pada musik mempertemukannya dengan seorang gadis cantik yang bisu dan tuli. Dave jatuh cinta pada pandangan pertama dengan gadis bernama Sirena. Sikap polos dan kesederhanaan yang Sirena miliki membuat Dave selalu jatuh cinta lagi, lagi dan lagi.

Namun cinta yang dimiliki oleh Dave diuji saat sebuah rahasia tentang Sirena terungkap, akankah Dave bisa menerima Sirena kembali?

chap-preview
Pratinjau gratis
PAKSAAN
Tokoh utama dalam n****+ ini adalah Dave Abraham & Sirena dan semua n****+ aku berkaitan ya, kalian bisa juga baca n****+ yang lain seperti : My Sexy Prince 1 atau 2 : Brian Abraham (Kakak dari Dave Abraham) & Vallery Queenzell Cinta Pertama Sang Bandar : Arthur Abraham (Keponakan dari Dave Abraham) & Harley Wilson Ratu Di Pangkuanku : Perrie Abraham (Keponakan dari Dave Abraham) & Tony Wilson ----- Los Angeles, 14 Desember 2015 ----- "Dave, kembali ke mansion!" Perintah seseorang dari balik telephon. "No, Dad," ujar Dave begitu pelan dan tenang menjawab kemauan dari sang ayah, Smith Abraham. "Jangan membangkang seperti kakak dan adik mu." d**a Smith sudah naik turung saat ini. Dave menghela nafas panjang. "Dad, aku tidak pernah menolak kemauan Daddy selama ini. Tapi tolong untuk kali ini saja jangan memaksa ku." "Ini semua demi kebaikan mu!" Smith kembali frustasi saat membujuk putra keduanya itu. "Aku tidak tertarik, Dad." Tangan kanan Dave tengah sibuk membersihkan gitarnya sedangkan tangan kirinya menggenggam telephon, dimana terdapat panggilan berlangsung pada telephon itu. "Dave, Daddy tidak mungkin memberikan tanggung jawab pada kakak atau adik mu, mereka sudah mengurus perusahaannya masing-masing." Tangan Dave berhenti bergerak. "Aku tidak suka dunia bisnis, Dad. Tolong mengertilah," ujar Dave memelas, berusaha membuat hati ayahnya melunak. "Apapun jawaban mu kau harus tetap mengurus perusahaan itu." Smith terus mendesak kemauannya itu pada putranya. Dave mengusap wajahnya dengan kasar. "Aku akan tetap dengan dunia musik ku, Dad. Titip salam ku untuk Mommy, selamat malam, Dad." setelah mengatakan itu Dave segera meletakkan gitarnya lalu berjalan ke arah tempat tidur. Sejenak Dave memejamkan matanya namun sebuah ide gila melintas dalam pikiran Dave, ia segera bangkit dari tidurnya lalu mengambil smartphone miliknya yang tergeletak di atas nakas. Dave menggulirkan layar pada smartphone itu, mencari sebuah nama yang berhubungan dengan ide gilanya tersebut. Dave menekan tombol hijau pada layar tersebut, beberapa detik kemudian terdengar suara seorang pria dari seberang telephone. "Hallo." Jawab pria itu. "Tolong bantu aku." Setelah beberapa detik tidak terdengar jawaban dari seberang telephon membuat Dave menjauhkan wajahnya dari smartphone tersebut, Dave mengernyit ketika melihat panggilan masih berlangsung. "Hallo, Vinic?" Terdengar suara seseorang yang tengah menguap. "Hum?" jawab seorang pria bernama Vinic Abraham dengan lesu, jauh di seberang sana Vinic tengah berbaring di tempat tidurnya yang berukuran king size. "Bantu aku," pinta Dave sekali lagi sedangkan Vinic mengerjapkan matanya berulang kali. "Bantu apa?" tanyanya dengan suara parau. "Besok pagi aku harus ke Spanyol, tolong carikan tiket pesawat malam ini juga." Mendengar perintah dari Dave sang kakak membuat Vinic melonjak kaget dari tempat tidurnya, jika beberapa menit yang lalu ia masih terbaring dalam tidurnya, berbeda dengan saat ini yang sudah duduk dengan kedua kaki terselonjor ke depan. Vinic terkejut bukan karena Dave akan ke Spanyol, namun ia terkejut saat sang kakak menyuruhnya untuk mencari tiket pesawat malam itu juga. Vinic mencebik. "Kenapa harus pagi-pagi sekali? Kenapa tidak memakai jet pribadi milik Brian saja?" tanya Vinic dengan nada kesal, kakak mereka yang bernama Brian Abraham memiliki jet pribadi, tapi kenapa Dave pusing-pusing menyuruhnya mencarikan tiket pesawat. "Aku tidak mau bertemu dengan Daddy," jawab Dave dengan nada yang begitu gusar. Vinic menautkan kedua alisnya. "Kenapa?" tanya Vinic dengan polos membuat Dave semakin frustasi, ia salah memilih Vinic untuk membantunya saat ini, pria itu bukan membantu tapi memberikannya beberapa pertanyaan seperti sedang wawancara. Harusnya ia memilih Brian yang lebih bijaksana untuk membantunya, bukan Vinic sang adik yang selalu kelewat heboh. "Daddy menyuruhku untuk mengurus perusahaannya," jawab Dave dengan lesu sedangkan Vinic kembali terlonjak kaget mendengar jawaban dari sang kakak. "Itu bagus!" ujar Vinic terdengar begitu antusias. "Bisakah kau mendukung ku?" tanya Dave dengan frustasi, ia merutuki dirinya sendiri yang meminta bantuan pada Vinic. "No," jawab Vinic dengan enteng, Vinic merasa bahwa kakak nya itu harus keluar dari dunia musiknya yang tidak menghasilkan apa-apa karna Dave bernyanyi untuk dirinya sendiri. "Kau mau aku merusak perusahaan lingerie mu itu?" Suara Dave terdengar begitu tenang namun bisa membuat jantung Vinic berdetak begitu cepat. "Kau benar-benar tahu kelemahan ku!" dengus Vinic dengan kesal, sebenarnya Vinic tidak masalah jika Dave merobek semua lingerie yang ada di perusahaannya, namun jika hal itu terjadi, sama saja ia tidak bisa melihat beberapa wanita cantik yang berlenggak-lenggok memperagakan lingerie keluaran terbaru dari perusahannya seperti model-model Victoria Secret. "Jadi bagaimana?" tanya Dave untuk memastikan jika adiknya tersebut mau membantunya dalam ide gila itu. Vinic menghela nafas panjang. "Baiklah." Jawaban dari Vinic membuat Dave senang. *** Keesokan paginya Vinic sudah menjemput Dave di apartemen milik Dave, bangunan yang menjulang tinggi dengan total empat puluh lima lantai itu memang benar milik Dave, meskipun pemberian dari sang ayah. "Kau sudah dapat tiketnya?" tanya Dave setelah memasuki mobil milik Vinic, pertanyaan Dave membuat Vinic memutar kedua bola matanya. "Jika belum, aku tidak mungkin menjemput mu sekarang," jawab Vinic kemudian melajukan mobilnya menuju bandara. "Aku tidak tahu apa yang akan Daddy lakukan jika ia tahu kau kabur seperti ini," ucap Vinic saat mereka tiba di bandara. Dave tersenyum lalu menepuk bahu Vinic. "Aku akan baik-baik saja, Daddy tidak terlalu seram jika dibandingkan dengan Mommy " ujar Dave yang begitu tahu siapa yang lebih menyeramkan diantara kedua orang tuanya saat Dave tanpa sengaja mengetahui sebuah rahasia. Vinic yang tidak mengerti dengan jalan pikiran sang kakak hanya mengendikkan bahunya dengan acuh, ia sedikit tidak peduli dengan sikap Dave yang begitu tenang menghadapi sang ayah, berbeda dengan Vinic yang selalu senam jantung saat ia sudah berurusan dengan ayahnya itu, karna Smith tidak tanggung-tanggung mengancam Vinic dengan perusahaan lingerie sebagai kendalinya untuk mengatur putra terakhirnya itu. "Hati-hati," perintah Vinic saat sang kakak hendak meninggalkan nya, Vinic segera memeluk sang kakak keduanya itu, se-berengsek apapun seorang Vinic, ia tidak akan bisa jika berjauhan dengan salah satu anggota keluarganya. Dave menepuk punggung Vinic. "Aku tidak ditelan bumi, okay?" pertanyaan sakartis Dave membuat Vinic memukul pelan pundak kakaknya itu. "Cepatlah, sebelum Daddy-" "DAVE!" Suara bariton seorang pria yang begitu mengerikan ditelinga Vinic membuat Vinic menghentikan kata-katanya. Vinic menoleh ke arah suara tersebut, berbeda dengan Dave yang menatap tajam ke arah Vinic karna ide gilanya terancam gagal. Smith berjalan tergesa-gesa menghampiri kedua putranya. Ia menggeram marah menatap tajam Dave. "Kau mau kemana, huh?!" tanya Smith pada Dave dengan mata berapi-api. "Umm, kabur," jawab Vinic yang membuat Smith semakin menggeram menahan kekesalannya. Vinic yang mendapati tatapan tajam dari Smith langsung menutup mulutnya. "Benar kau ingin kabur?" tanya Smith lagi kepada Dave. Dave menghela nafas, ia selalu tenang jika berhadapan dengan siapapun sebelum emosinya meledak yang membuatnya mengusap wajahnya dengan frustasi. "Yes, Daddy." Dua kata dari mulut Dave sukses membuat pria paruh baya itu naik pitam. "Jika kau benar-benar ingin kabur, semua harta atas namamu akan Daddy ambil!" Deg Perkataan itu membuat Dave menegang seketika namun ia kembali tenang, ia sudah hafal dengan bagaimana sifat ayahnya, itu hanya gertakan saja. "Ambil saja, Dad," ucap Dave dengan tenang lalu bergegas meninggalkan Vinic, Smith dan juga beberapa anak buah Smith.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
55.1K
bc

HURTS : Ketika Hati Yang Memilih

read
118.3K
bc

Me and My Broken Heart

read
35.1K
bc

A Million Pieces || Indonesia

read
83.0K
bc

Dua Cincin CEO

read
232.2K
bc

CEO Pengganti

read
71.5K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.6K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook