LoD_18

1115 Kata
Mungkin Mas Dimas mengerti dan bisa membaca situasi terhadap kekhawatiranku akan keselamatan aku dan keluargaku, maka setelah dia bilang tidak akan menempatkanku dalam bahaya, aku bilang juga ke Mas Dimas, menegaskan lebih tepatnya, “Jangan seret-seret aku ke dalam masalahmu, ya, Mas. Aku kenal sama kamu dan Mas Viko sebatas untuk mengerjakan proyek ini saja.” Dan setelah perbincangan kami selesai, aku segera menutup teleponku. Data yang aku tarik dari form yang dihasilkan dari link yang diklik sudah selesai didownload. Aku melihat, dari sepuluh orang yang kata Kakak tadi ikut klik link, hanya masuk data delapan orang saja, dua orang lainnya, tidak masuk. Aku masih mencari, dimana letak erornya program ini. Padahal ini program yang sederhana sekali, baru sepuluh orang yang klik link, linknya sudah ngaco begini datanya, “Kak, aku minta nama dan nomor handphone ke sepuluh temanmu itu, donk. Mau aku cocokan sama data yang aku tarik dari form yang dihasilkan dari klik link itu.” Aku mengirim pesan begitu ke Kakak. Karena kalo memang ada yang gak terdata begini, ada tiga kemungkinan, sinyal si viewer yang klik link tidak stabil, sehingga ketika menyimpan data tidak terekam, kemungkinan kedua, belum selesai si viewer klik submit sudah meninggalkan laman webnya atau kemungkinan yang terakhir, penyimpanan datanya yang habis. Tapi, masa iya, baru sepuluh orang yang mengakses web ini, udah down aja webnya? Atau karena harus ada back up data yang lumayan banyak, servernya jadi down? Kalo memang iya, berarti padahal ram server yang aku gunakan sudah delapan giga bite, dan untuk data sederhana seperti ini sih, harusnya gak jadi masalah. Tidak berapa lama, pesan dari Kakak masuk, dan ada sepuluh nomor yang dikirimkan, aku membuka web tersebut, lalu mendownload response yang masuk, untuk mencocokkan dengan ke sepuluh nomor yang tadi Kakakk kasih. ternyata benar saja, dua nomornya lagi tidak masuk ke data base. Jadi aku kembali mengulang untuk mengecek satu per satu langkah mana yang mungkin terlewat olehku, aku masuk ke web, lalu mencoba membuat lagi form baru, lalu mengisikan data-data yang aku butuhkan sesuai dengan apa yang Kakak minta, nama viewer, daerah viewer berasal mulai dari kecamatan, kabupaten, dan provinsi, lalu umur, jenis kelamin, sudah menikah atau belum, dan dari mana si viewer mendapatkan link ini. Setelah selesai memasukkan data tersebutaku memilih tab untuk responses agar bisa kelihatan jika data yang aku masukkan sudah terekam di sana. setelah keluar linknya, aku kembali meminta Kakak untuk mengisi lagi form tersebut. “Aku udah mencoba mereset ulang dan membuat link baru, dicoba lagi, ya, Kak. Tapi pastikan sinyal internetnya lancar, terus bilang ke temen-temen Kakak sama ke viewer Kakak juga nanti, ketika masih proses penyimpanan data, mereka jangan keluar dari webnya atau membuka tab lain. Diam dulu sampai ada keterangan “Berhasil” dan checklist, ya. terus nanti, kalo ada tanda bintang yang merah, berarti itu harus diisi, ya. Kalo masih merah berarti belum terisi dengan benar. Kalo gak terisi dengan benar, tombol submit gak akan berfungsi, mau diklik berapa kali pun, akan kembali mengarah ke data yang belum terisi.” Ucapku pada Kakak, tidak berapa lama, pesan balasan dari Kakak masuk, “Oke. Kakak sama temen-temen coba lagi, ya. Makasih, Adek.” Dan sementara menunggu hasil uji coba dari Kakak, aku kembali menginput data untuk proyek Pak Danar, benar-benar butuh ketelitian. Satu aja yang terlewat bisa membuat aku harus mengulang lagi proses inputnya dan ini memakan waktu yang cukup lama. Belum lagi kalo internet jaringannya gak stabil, gak tersimpanlah, harus ngulang lagi inputnya. Dua jam kemudian, aku baru selesai meng-input lima ratus item dari total lima ribu item yang ada, ini sih kalo sendirian, butuh waktu berhari-hari. Bakal lama selesainya. Tidak berapa lama, pesan dari Kakak masuk, “Dek, Kakak sama temen-temen udah nyoba klik linknya lagi, coba dicek, ya, Dek. Nomornya sesuai dengan sepuluh nomor awal yang tadi Kakak kasih ke kamu.” Mengalihkan mataku yang lelah dari melihat printilan banyaknya item produk yang dijual perusahaan Pak Danar, aku kembali mengambil data dari link tadi, mencoba mencocokkan nomor-nomor yang masuk dan yang dikasih Kakak tadi, akhirnya data terisi dengan benar, setelah memastikan semua, aku menelepon Kakak, “Kak. Udah oke semua, datanya juga udah terekam dengan benar, terus nomornya udah masuk semua. Menurutku, dibatasi aja, kali, ya, Kak. Per hari yang bisa klik link tersebut hanya lima ratus orang, misalnya. Hal ini untuk mengantisipasi agar servernya gak down karena kebanyakan diakses. Soalnya, aku setting back up sistemnya per dua belas jam sekali. Jadi setelah dua belas jam, aku akan narik data, menghapus cache yang ada, biar gak penuh dan gak lemot.” Kakak tertawa, “Dek, kamu ini ngomong sama Kakak panjang lebar gitu, kayak Kakak ngerti aja. Pokoknya diatur aja sama kamu, Kakak terima beres. Terus, Kakak setuju juga, tuh, per hari dibatasi aja maksimal lima orang yang klik link, jadi siapa cepat dia dapat.” Aku juga menjelaskan ke Kakak, “Nanti ketika Kakak promosi, sampaikan juga, ya, hanya untuk lima ratus orang pertama yang bisa klik link, setelah itu, link akan otomatis tidak bisa diklik. Besoknya, baru kita buka lagi.” Dan penjelasanku di-iya-kan oleh Kakak, “Sip. Terus, Dek, terus. Hari ini udah masuk tiga sponsor besar yang mau ikut program ini, nah, lusa, mereka minta kita datang ke kantor mereka untuk menjelaskan konsep dan cara kerja webnya, kamu bisa, kan?” aku menimbang-nimbang, sebenarnya sehari itu berharga banget untukku, “Ini kita ke tiga perusahaan itu, ya, Kak?” Kakak menjawab, “Betul. Jadi lusa kita langsung menuju ke kantor tiga perusahaan tersebut. Kalo deal, mereka siap kasih produk untuk sponsor dan Kakak juga dibayar honornya untuk mengulas produk mereka di media sosial yang Kakak pake untuk promote link itu. Gimana, lumayan, kan?” aku tersenyum, mendengar suara Kakak yang penuh semangat gini, sepertinya tidak ada masalah yang tidak selesai sama dia, “Oke, deh, boleh. Tapi jangan pagi-pagi, ya. Soalnya aku ada proyek lainnya juga yang bakal buat aku begadang dan gak bisa bangun pagi. Daripada nanti aku gak konsen ngejelasin karena ngantuk, lebih baik kita ke sananya siang.” Setelah sepakat dengan jadwal promo itu, Kakak menutup teleponnya, dan pintu kamarku diketuk, “Dek. Tante boleh masuk, ya.” suara Tante Andriane di luar sana, jelas Tante bakal nawarin aku makan, “Masuk aja, Tan.” Ucapku menjawab pertanyaanya, “Kamu kebiasaan, kalo udah di depan laptop, selalu lupa makan. Ini dimakan dulu, baru kerja lagi.” Rupanya Tante udah membawakan makan dan jus jambu merah dingin di gelas. Aku tersenyum dan mengucapkan terima kasih ke Tante, “Tante emang paling pengertian jadi orang. Makasih, ya.” setelah Tante keluar, aku langsung melahap makanan tadi, pantas saja aku udah gak konsen ngerjain data-data ini, beberapa kali salah mengetikkan nama produk, rupanya lapar sudah menderaku sejak tadi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN