Esok harinya, setelah pertemuan membahas masalah pengecekan staf pengajar, Wiliam mengajak Filiae makan siang bersama. Awalnya Filiae ragu-ragu, tapi setelah ia pikirkan lagi, Filiae menyetujuinya. Lebih baik mencoba menjalin hubungan baik dengan Wiliam. Bagaimanapun juga, kini mereka adalah partner dan lagi jika Filiae ingin memperoleh informasi mengenai pria itu, lebih mudah bila mereka berhubungan baik bukan?
Dan berakhirlah mereka di sebuah restoran keluarga, keduanya makan dalam diam, tidak ada pembicaraan apa pun selain bertanya menu pesanan masing-masing. Namun entah kenapa suasana diam keduanya justru memberi rasa nyaman tersendiri bagi Wiliam. Pria Druid itu terus menatap Filiae yang tengah sibuk sendiri membaca sebuah n****+, ada rasa kerinduan yang amat dalam setiap kali ia menatap gadis itu. Sejak pertemuan pertama mereka, Wiliam selalu merasa seolah ada ikatan antara ia dan Filiae.
Hal yang tidak masuk akal jika dipikirkan kembali. Mereka bahkan baru saling mengenal satu sama lain ditambah lagi, meskipun mereka adalah makhluk immortal, kaum mereka tidak memiliki mate. Berbeda dengan beberapa ras lain, makhluk immortal seperti Werewolf dan para Elf. Harusnya tak ada alasan bagi perasaan seperti itu untuk hadir.
Tanpa ia sadari, Wiliam tersenyum-senyum sendiri menikmati memperhatikan Filiae. Filiae yang jengah merasa terus diperhatikan oleh Wiliam mulai kehilangan kesabarannya, belum lagi pria itu terus saja tersenyum, senyuman yang membuat jantungnya bergejolak. Gadis itu kemudian menutup n****+ yang tengah dibacanya, meletakkan buku tersebut di atas meja dan berbalik menatap Wiliam.
"Ada apa denganmu, William!? Apa maksud tatapan itu!" tanya Filiae setengah memprotes.
"Hmm... tidak ada salahnya menikmati suatu keindahan bukan?" jawab William santai.
Filiae mengerutkan alisnya, "kamu mencoba merayuku? Tidakkah kamu sadar bahwa aku bukanlah siswi remaja yang senang digoda. Aku adalah Witch berumur lebih dari 1.000 tahun."
"Wow... aku tidak tahu itu. Penampilanmu terlihat seperti berumur 500 tahun, tapi itu bukan masalah, karena umurku juga sudah lebih dari 1.000 tahun."
Sejujurnya Wiliam sedikit terkejut mendengar umur Filiae, penampilannya terlihat cukup muda untuk Witch seumurnya. Bagaimanapun makhluk immortal juga punya batas umur, mereka bisa tumbuh, menua dan mati. Terkecuali bangsa Demon yang tidak bisa menua, tidak bisa mati, dan bahkan tidak bisa meneruskan keturunan karena hukuman kutukan yang diberikan oleh Sang Pencipta. Semua itu karena kekejaman mereka yang telah membantai habis bangsa Fallen Angel, menyisakan Madam Yudea seorang diri di masa lalu.
Masa hidup bangsa Witch sendiri berkisar antara 3.000 hingga 5.000 tahun. Tergantung seberapa murni darah mereka, tapi ada juga kasus tertentu yang membuat mereka bisa hidup lebih lama. Sedangkan kaum Druid sendiri hanya hidup hingga umur 80 hingga 90 tahun karena garis darah kaum Druid lebih mendominan ke arah manusia ketimbang makhluk immortal. Kecuali untuk kasus Wiliam, keabadiannya itu masih menjadi misteri hingga saat ini.
"Jangan bercanda, Wiliam. Meski demikian aku tidak tertarik untuk bermain-main dengan rayuanmu! Kita ini partner, tidak lebih," ucap Filiae tegas, jujur saja gadis itu cukup terpesona oleh Wiliam, tapi ia tahu reaksi itu didapat karena jiwa murni Wiliam, bukan karena perasaannya sendiri.
Mendengar kata-kata tegas gadis itu membuat Wiliam merasa sedih, seolah-olah cintanya baru saja ditolak. Tunggu dulu! Apakah aku telah jatuh cinta kepada Filiae? Bisikan di kepalanya membuat Wiliam terdiam sibuk dengan pemikirannya sendiri.
"Wiliam, kamu mendengarkanku?" hingga Filiae bingung sendiri, ia kembali bertanya saat ia sadar bahwa Wiliam baru saja mengabaikan ucapannya. Pria itu hanya diam, tapi ketika Wiliam mendengar panggilan Filiae, pria itu kembali berfokus dengan gadis di hadapannya, meninggalkan pikirannya yang sudah penuh dengan berbagai kemungkinan itu.
Wiliam kemudian tersenyum tulus, mengeluarkan kata-kata dari dalam hatinya, "aku tidak bercanda Filiae, setiap kali menatap kamu, aku merasakan kerinduan seolah-olah kamu dan aku memiliki suatu ikatan jauh di masa lampau." Wiliam menyentuh dadanya tepat di atas jantungnya saat mengucapkan kata-kata manis itu, ia tersenyum tulus menatap gadis di hadapannya.
Tanpa disadari, Filiae juga melakukan hal yang sama, gadis itu menyentuh dadanya tepat di atas jantungnya seperti yang dilakukan oleh Wiliam, matanya bertukar pandang dengan Wiliam. Hangat dan nyaman, perasaan yang begitu menenangkan. Itulah yang dirasakan keduanya. Namun, entah apa yang memicunya, darah Filiae berdesir, kekuatannya bergejolak tanpa bisa dikontrol, mendadak gadis itu menjerit kesakitan.
"Argh... sakit!" Filiae mencengkeram erat dadanya meringis menahan sakit, entah kenapa jantungnya seolah sedang remukkan.
Wiliam yang melihat itu bergegas mendekati Filiae yang berada di seberang mejanya. Dengan panik pria itu mencoba menggendong gadis itu, ia harus membawanya ke tempat Green bersaudara. Bangsa Elf sangat ahli dalam pengobatan. Akan tetapi, ketika tangannya telah menyentuh kulit Filiae....
"Argh...!?" Wiliam terjatuh, ia mengerang kesakitan. Jantungnya ikut merasakan sakit yang dirasakan oleh Filiae, seolah-olah mereka berbagi rasa sakit bersama. Keadaan menjadi kacau, mereka bisa mendengar manusia yang berada di restoran itu tengah panik mengira bahwa mereka berdua terkena serang jantung. Kericuhan pun terjadi tanpa bisa dicegah, tapi rasa sakit yang menggerogoti Wiliam maupun Filiae membuat mereka tidak mampu berbuat apa pun selain mengerang dan menjerit menahan rasa sakit. Tidak lama setelah itu, keduanya kehilangan kesadaran mereka.
∞
Sementara itu, di tempat lain Madam Yudea yang tengah menghabiskan waktunya menikmati makan siang di kediamannya menghentikan kegiatan itu segera. Ia merasakan aura hitam yang lepas kendali dari arah pusat kota. Seketika itu juga, wanita tua itu segera memanggil beberapa Elves, salah satu dari pasukan ras Peri.
Betapa terkejutnya, Madam Yudea menemukan Wiliam dan Filiae yang tengah tidak sadarkan diri di sebuah restoran yang terletak di tengah kota. Samar-samar wanita tua itu merasakan sedikit aura hitam menyeruak keluar dari diri Filiae, ia langsung mengerti bahwa aura hitam yang dirasakannya tadi berasal dari gadis Witch itu.
Madam Yudea kemudian meminta para Elves yang mengikutinya segera membawa kedua makhluk immortal tersebut ke kediamannya yang terletak tidak jauh dari area sekolah, sementara dirinya sendiri terpaksa harus tinggal lebih lama di restoran itu guna memberi penjelasan dan meminta maaf kepada pemilik restoran dan para pengunjung.
Setelah menyelesaikan urusannya di restoran itu, Madam Yudea buru-buru kembali ke kediamannya dan langsung memeriksa Wiliam dan Filiae satu per satu. Ketika wanita tua itu selesai memeriksa keduanya, ia kembali dikejutkan dengan kenyataan yang mengerikan. Bagaimana mungkin di antara dua ras berbeda ini bisa memiliki ikatan seperti itu? Itukah sebabnya Filiae mendapatkan kutukan itu... ternyata semua ini saling berkaitan. Wanita tua itu hanya bisa membatin mendapati rahasia yang seharusnya terkubur bersama kematian sahabat lamanya, Ratu Zealia. Kini terungkap di depan matanya saat takdir mempertemukannya dengan Wiliam dan Filiae.
Demi Sang Pencipta... apa yang kamu pikirkan, Ratu Zealia. Sampai-sampai mengikat Wiliam dan Filiae dengan kutukan seperti ini? Belum cukupkah kamu memaksa mengubah takdir Wiliam dengan memberikan pria itu keabadian? Sampai Filiae cucumu sendiri pun kamu permainkan takdirnya?
∞
Filiae mengerjapkan matanya, ia terbangun di sebuah ruangan yang asing. Jantungnya tidak lagi merasa sakit, tapi tubuhnya terasa begitu lelah seolah-olah seluruh tenaganya habis terkuras. Gadis itu terduduk di atas tempat tidur di mana ia terbangun, kepalanya ia jatuhkan di atas lututnya yang ia tekuk. Filiae berdiam diri mencoba mengumpulkan kembali tenaganya. Ia bahkan tidak merasa cemas walau terbangun di tempat yang asing, karena samar-samar ia bisa merasakan keberadaan Madam Yudea di rumah ini.
Tempat ini begitu sunyi dan nyaman. Dipenuhi aura murni dari para ras terberkati, ia yakin sangat banyak Elves dan Fairy di sini. Filiae harus ingat untuk berterima kasih kepada wanita tua itu nanti.
Sementara itu, Wiliam yang telah sadar terlebih dahulu saat ini tengah duduk di salah satu kursi kayu di kamar yang sama dengan Filiae, pria itu terus memperhatikan Filiae yang baru saja sadar dalam diam.
Setelah kejadian di restoran tadi, Wiliam dapat merasakan bahwa ikatan di antara Filiae dan dirinya bukan hanya perasaannya semata. Ikatan itu ada dan semakin kuat. Hanya saja ia tidak tahu kapan dan ikatan apa yang telah terjalin di antara mereka. Sihirkah? Atau ada ikatan lain? Yang jelas, Wiliam tak tahu.
Apakah Filiae mengetahuinya? Harusnya gadis itu telah menyadari adanya ikatan aneh di antara kami, mengingat indra-indranya yang lebih peka dibandingkan denganku, batin Wiliam. Harusnya itu hanya suara dalam kepalanya, tapi entah kenapa Filiae justru dapat mendengarnya, gadis itu segera menyadari kehadiran Wiliam dan menjawab pertanyaan pria itu dengan suara lantang.
"Aku tidak tahu, Wiliam, tapi ya, saat ini aku sadar memang ada suatu ikatan sihir di antara kita," ucap Filiae mantap. Betapa terkejutnya Wiliam, "bagaimana mungkin kamu bisa membaca isi hatiku? Adakah sihir seperti itu?" ia segera menoleh dengan wajah pias.
Filiae menggelengkan kepalanya, ia bangun dari tempat tidur nyamannya, dengan langkah gontai ia berjalan mendekati Wiliam. Namun sayangnya, karena keadaan tubuhnya yang sangat lemah, Filiae terjatuh.
Wiliam dengan sigap menolongnya. Tangan pria itu melingkar manis di pinggang ramping Filiae, tubuh keduanya saling berhadapan dalam jarak yang tipis. Pandangan mereka pun bertemu, rasa nyaman dan kehangatan yang tadi dirasakan oleh mereka kembali terasa. Hanya sentuhan kecil, tapi mampu membuat Wiliam maupun Filiae lupa segalanya, seolah waktu terhenti.
"Ehem!" suara dehaman terdengar, kontan membuat Wiliam dan Filiae tersadar, dan dengan segera menjauh satu sama lain.
"Madam Yudea," sapa Wiliam begitu melihat siapa yang tengah berdiri di depan pintu. Wanita tua itu tersenyum membalas sapaan Wiliam.
"Bagaimana keadaan kalian?" tanya Madam Yudea cemas.
"Baik, Madam," jawab Wiliam.
"Tenagaku seolah hilang dan kekuatanku tidak terkontrol, apa kamu tahu apa yang sebenarnya kami alami, Madam Yudea? Ah... dan terima kasih," ucap Filiae.
Ketimbang berkata baik-baik saja, gadis itu lebih merasa penasaran dengan apa yang baru saja dia alami, juga dengan ikatannya bersama Wiliam. Harusnya wanita tua di hadapannya mengetahuinya, mengingat bangsa Fallen Angel adalah ras paling tua di antara makhluk immortal. Ditambah lagi, hidup mereka tidak memiliki batas umur selama mereka tidak terbunuh. Terutama Madam Yudea yang sudah hidup lebih dari 10.000 tahun.
Wanita tua itu menggelengkan kepalanya pelan, tersenyum tipis. "Tidak, saat aku menemukan kalian, kalian sudah tidak sadarkan diri. Begitu aku memeriksa kalian, aku tidak menemukan sesuatu yang ganjil, daripada pingsan kalian lebih terlihat seperti sedang tertidur." Madam Yudea memberikan penjelasan yang terdengar logis agar tak mengundang kecurigaan Filiae yang peka, tapi tentu saja semua itu bohong. Wanita tua itu mengetahuinya, hanya saja ia merasa lebih baik ia menutup mulutnya rapat-rapat. Tidak ingin membongkar rahasia sahabatnya yang telah beristirahat dengan tenang.
Filiae kemudian mengembuskan napasnya pelan, kini semakin banyak hal yang harus dipikirkannya. Sementara Wiliam masih sibuk menerka-nerka kenapa Filiae bisa membaca isi pikirannya.
∞
Beberapa hari telah berlalu sejak insiden itu, kegiatan belajar mengajar di Britania High School telah berjalan dengan normal kembali. Pelaku pembunuhan itu belum juga ditemukan, bahkan anggota dewan siswi telah mengecek ulang seluruh staf pengajar. Namun sayangnya Vampire yang mereka cari tidak ada di antara orang-orang itu. Hal itu tentu membuat Filiae harus berpikir lebih keras, belum lagi masalah Wiliam.
Saat itu, setelah pembincangan kecil dengan Madam Yudea, seorang Fairy datang menginterupsi pembicaraan mereka karena ada sedikit masalah dengan penyakit tanaman yang membuat Wiliam panik dan langsung pergi meninggalkan Filiae bersama dengan Madam Yudea. Sejak itu juga, mereka berdua belum mendapatkan kesempatan untuk membicarakan kembali mengenai ikatan mereka dan alasan kenapa Filiae tiba-tiba saja dapat mendengar suara hati Wiliam.
Setelah termenung cukup lama dengan pikirannya, akhirnya Filiae sampai juga ke taman belakang sekolah. Tempat janjian bertemu dengan Green bersaudara guna membahas langkah berikutnya mengenai masalah Vampire ini.
"Hei! Noel, Noa," sapa Filiae ketika kakak beradik itu telah sampai di hadapannya.
"Hei, Filiae," balas Green bersaudara serempak.
Tanpa berbasa-basi terlebih dahulu, “baiklah, karena kita semua telah berkumpul mari mulai rapat ini," Noel langsung memulai pembahasan.
"Tunggu dulu, Noel! Di mana Wiliam?" tanya Filiae yang heran, bukankah Wiliam bagian dari tim mereka?
"Wiliam ada urusan penting dengan bangsa Dryad dan Fairy mengenai masalah penyakit tanaman. Sebagai kaum Druid yang hidup menyatu dengan alam, hal itu adalah masalah serius baginya. Wiliam telah angkat tangan dari masalah Vampire ini, jadi mulai sekarang kita bertiga yang akan menanganinya," jelas Noel.
Mendengar itu, wajah Filiae langsung ditekuk, dahinya mengerut, tanpa sadar ia mengembuskan napas berat. Itu artinya ia tidak akan bertemu Wiliam dalam waktu dekat, ada satu bagian dalam hatinya yang berteriak tidak senang mengenai kabar ini. Filiae merindukan Wiliam, ia ingin pria itu berada dekat dengannya.
Tidak... tidak... aku merindukannya karena ikatan yang terjalin di antara kami, bukan karena aku memiliki perasaan khusus padanya. Pikiran Filiae langsung melantur ke mana-mana, melupakan niat awalnya membicarakan masalah Vampire.
Melihat kelakuan Filiae yang tidak fokus, Noel hanya geleng-geleng kepala dan tertawa geli. Gadis Elf itu tahu bahwa Filiae memikirkan Wiliam, Noel cukup peka untuk sadar bahwa diam-diam di setiap pertemuan mereka Wiliam dan Filiae saling melirik satu sama lain. Sedangkan Noa yang tidak sadar sama sekali, ia kehilangan kesabarannya melihat Filiae yang termenung melamun. Akhirnya Noa pun berteriak, "Filiae, fokus! Fokus, Tuan Putri!"
"Hah? Apa?" tanya Filiae bingung, baru tersadar dari lamunannya.
"Huft! Yang serius Filiae. Jangan melamun, mari mulai rapatnya," omel Noa sambil berkacak pinggang.
Muka Filiae memerah, ia merasa malu dengan kelakuannya, baru kali ini pikirannya begitu bercabang. "Maafkan aku," sesal Filiae, merasa bersalah.
"Sudah-sudah, mari mulai rapatnya. Hari sudah mulai sore," Noel dengan tenang berusaha menengahi sebelum Noa kembali sewot.
"Baiklah." Membuat Noa menerima tanpa protes lagi.
Setelah itu, ketiganya memulai diskusi mereka dengan tenang dan serius. Selama hampir satu jam saling menyampaikan laporan penyelidikan masing-masing, hingga Noa menunjukkan selembar kertas berisikan biodata salah satu staf pengajar.
"Daniel Black, guru musik siswi tingkat tiga, ia sudah bekerja dua tahun di sini. Hasil penyelidikanku menunjukkan bahwa dia tidak bahaya, ia bersih, seorang manusia. Namun perlu diawasi karena sifatnya terlalu m***m dan cukup sering pria ini menggoda siswi yang dibimbingnya," jelas Noa menerangkan.
Filiae yang mengenali wajah pria di kertas biodata itu segera merampas paksa kertas itu dari tangan Noa, dilihatnya kembali foto itu, memastikan apakah benar pria ini yang ia tabrak dulu. Hal itu tentu membuat Noa yang sifatnya memang pemarah, langsung berteriak.
"Apa yang kamu lakukan Filiae, mengganggu presentasiku!?" ucapnya ketus.
"Tidak. Maafkan aku, Noa. Pria ini yang aku maksud, aku yakin sekali bahwa dia seorang dari bangsa Vampire. Bisakah kita mengeceknya kembali atau langsung menjebaknya?" jelas Filiae. Kontan membuat suasana yang tadinya tenang menjadi ricuh, setelah itu berbagai pendapat pun dilontarkan mereka bertiga bergiliran, saling memberi masukan dan berakhir dengan rencana untuk menjebak Daniel Black.