Love 12

1147 Kata
Selly tengah memata-matai Diana yang sedang asik sarapan dengan Abian di kantin kampus. Dari seminggu yang lalu Selly sudah setia menjadi mata-mata Diana tentunya tanpa sepengetahuan Diana dan yang lain. Selly masih penasaran pada cewek yang bernama Diana itu. “Benar-benar sangat mirip dengan Alya.” Gumam Selly kesal sambil menatap ketus pada Diana. “Diana? Kenapa lo?” Tanya Abian bingung dengan tingkah Diana. “Gak tau nih. Tiba-tiba gue ngerasa ada yang ngawasin gue.” Ucap Diana sambil memegangi tengkuknya yang sudah dingin. “Ngawasin kaya gimana?” “Ngeliatin gue dari jauh atau kayak lagi mata-matain gue, Bi.” Lanjut Diana sambil menatap setiap penjuru kantin kampus. Mata Diana kini menangkap mata Selly yang terkejut saat mata Diana menatapnya. Buru-buru Selly membuang mukanya agar Diana tidak menyadari bahwa Selly tengah menatapnya dan selalu mengikutinya selama seminggu yang lalu, sampai-sampai Selly melupakan Reza. “Bi, elo liat deh cewek yang di sana.” Ucap Diana pada Abian sambil menunjuk ke arah di mana Selly masih menatap Diana tajam. Abian menatap Selly, sambil tersenyum Abian berbisik pada Diana. “Itu cewek yang pingsan kemarin kalau gak salah.” Ucap Abian menahan tawa. “Jadi cewek itu yang pingsan kemarin?” Balas Diana terkejut dan di balas anggukan oleh Abian. “Siapa namanya?” Tanya Diana penasaran. “Selly. Sellylna Hanisfa Praya. Yah sebenernya namanya itu Sellyna Hanisfa Praya.” Jelas Abian pada Diana. “Yang bener yang mana? Sellylna? Atau Sellyna?” Ucap Diana binggung. “Elo mau tau ceritanya?” Ucap Abian membuat Diana penasaran. “Hm, boleh, deh.” Diana memandang Abian dengan pasti dan bersungguh-sungguh. “Yang gue denger dulu, ya. Waktu mereka masih SMA, Si Selly itu ngejer-ngejer cowoknya yang sekarang. Kalau gak salah mereka itu anak dari salah satu donatur sekolah mereka. Dan kabarnya juga si Selly itu dapetin cowoknya itu pakek cara licik.” Jelas Abian panjang lebar dan mengecilkan kata ‘licik’. “Maksudnya? Gue sama sekali gak ngerti. Dan siapa cowoknya?” “Kayanya kamu pasti kenal, soalnya kamu satu fakultas sama cowoknya, malahan satu kelas.” Jelas Abian lagi. “Namanya Rezariko Marindas. Biasa di panggil Reza. Gara-gara dia juga gue tersingkir jadi cowok populer di kampus.” Lanjut Abian sambil memajukan bibirnya kesal. “Elo ini, gue nanya serius, eh, elo malah nyangkutin masalah peribadi lo.” Dumel Diana kesal. “Haha, sori deh.” Di balik itu Hendra juga tengah memperhatikan Diana dan Abian. Lebih tepatnya memata-matai, sama seperti Selly. “Kenapa tuh cewek deket sama si ketua komite ya?” Gumam Hendra penasaran. “Gue harus tau kenapa tuh cewek bisa mirip semirip miripnya kaya Alya.” Ucap Hendra kembali sambil menggepalkan tangannya. *** “Makasih ya, Bi, udah jadi bodyguard gue hari ini.” Terukir senyum bahagia di raut wajah Abian saat melihat Diana tersenyum padanya. “Ngapain lo senyum-senyum kayak gitu?” Tanya Diana bingung melihat wajah Abian yang berubah merona. “Enggak kok. Jadi sekarang elo mau kemana?” “Gue mau ke…” Diana menghentikan ucapannya saat melihat Merry melambaikan tangannya di depan pintu masuk kampus. “Merry!?” Pekik Diana sontak membuat Abian terkejut. “Merry? Siapa?” Tanya Abian binggung. “Hei, Din. Ke mall yuk?” Ajak Merry setelah berada di hadapan Diana dan juga Abian. “Eh siapa nih?” Tanya Merry tiba-tiba. “Halo, perkenalkan saya Abian Ramadhan.” Ucap Abian. Merry tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Abian. Sedangkan Diana dan Abian terheran heran saat melihat tawa Merry yang tertawa entah karena apa. “Abian? Biasa aja kali perkenalannya jangan terlalu formal-formal amat.” Ucap Merry menahan tawanya. “O… oh iya.” Balas Abian gugup. “Merry. Merry Anatasya Budiman. Dan kalau ngomong sama gue gak usah seformal gitu. Cukup kaya elo ngomong sama Diana.” Kini Merry mengulurkan tangannya mengambil tangan Abian yang tadi terheran-heran dengan tawa aneh Merry. “Anatasya? Bukannya nama elo juga ada Anatasya-nya ya Din?” Tanya Abian heran. “Kami ini sepupu Abian. Dan ini anaknya Paman aku.” Jawab Diana mengejutkan Abian yang sudah sedikit tenang. “Apa!?” *** “Elo liat gak tadi? Muka cowok elo? Gue ikut shock banget ngeliat tampangnya yang gak percaya kalau gue ini anak ketua yayasan, ya wajar sih. Wajah gue sama Papa gue itu beda banget.” Tawa Merry girang. “Udah gue bilang Abian itu bukan cowok gue Merry.” “Gue gak yakin. Pasti tuh cowok, cowok elo. Udah deh ngaku aja sama gue, gue akuin selera lo ngalahin gue.” Ucap Merry ngawur. Tapi Diana tidak terlalu menghiraukan ucapan Merry dan masih sibuk dengan kegiatannya memotongi daging steak pesanannya tadi. Sebenarnya Merry mengajak Diana pergi ke mall hanya untuk melepaskan kesal saja. Yang Diana dengar Merry habis berantem berat sama tunangannya. Dan kabarnya juga pernikahan Merry yang tinggal dihitung hari akan batal. “Cowok itu memang gila!” Teriak Merry mengejutkan Diana yang sedang konsentrasi dengan ceritanya. “Huh. Kebiasan banget sih. Kuping gue lama-lama jadi b***k gara-gara deket sama elo.” Gerutu Diana kesal. “Gue lagi kesel.” Ucap Merry membulatkan matanya kesal. “Dan gue ikut kesel gara-gara elo!” Pekik Diana tak kalah menakutkannya dari pada Merry. “Diana! Di sini gue kan mau curhat sama elo. Kenapa elo jadi ikut kesel juga, sih!?” Oceh Merry makin geram. “Udahlah, gue gak mau berantem sama elo Mer.” Ucap Diana singkat sambil memainkan minumannya. Suasana pun menjadi berubah, dua-duanya diam membisu tanpa kata. Diana sibuk dengan aktivitasnya dan Merry-pun sibuk dengan aktivitasnya sendiri. “Siapa cewek yang lagi sama dia?” Ucap berbarengan dua orang yang berada di kiri tempat Diana dan Merry duduk. Dengan cepat keduanya saling memandang. “Selly!?” “Hendra!?” “Ngapain lo di sini.” Ucap mereka kembali bersamaan. “Gue lagi mata-matain tuh cewek.” Ucap Selly ketus sambil menunjuk ke arah Diana sambil duduk di samping Hendra. “Lho, gue juga sama dan kenapa elo duduk di sini?” Tanya Hendra saat sadar kalau Selly sudah duduk di sampingnya. “Ssstt.” Ucap Selly menaruh jarinya di bibirnya memberi tahu Hendra supaya diam, karena Diana tengah menatap mereka. “Siapa sih mereka? Kayanya gue pernah liat.” Ucap Diana binggung. “Siapa?” “Apa?” Diana terkejut mendengar ucapan Merry. “Siapa yang elo maksud itu?” “Itu dua pasangan yang ada di sebelah kiri dari kita duduk.” Ucap Diana hampir berbisik pada Merry. “Kayaknya mereka lagi ngeliatin kita deh.” “Jangan-jangan mereka suruhan Mas Anton!?” Pekik Merry terkejut. “Masa? Kayaknya gak mungkin, deh. Oh iya, kalau yang ceweknya itu Selly, salah satu mahasiswi di kampus gue. Kalau gak salah sih iya, soalnya gue pernah liat dia di kampus.” Ucap Diana saat tau bahwa perempuan itu adalah Selly yang pernah diceritakan oleh Abian. “Oh, gue kirain suruhannya Mas Anton. Syukur deh.” Gumam Merry lega.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN