Seminggu sejak kejadian itu Alya seakan menghindari Reza. Setiap Reza menanyakan keberadaan Alya, semua teman sekelas Alya selalu menjawab tidak tahu. Mereka seakan-akan kompak untuk tutup mulut dan tidak memberi tahu keberadaan Alya pada Reza.
Reza ingin mendengar penjelasan Alya mengenai kalung yang dia gunakan. Reza sangat yakin kalung itu adalah kalung yang sama dengan kalung yang dia berikan untuk Alina. Dan Reza juga yakin kalau Alya sedang berbohong saat dia mengatakan kalau dia bukan Alina.
Reza masih kurang puas dengan penjelasan Alya tempo hari. Dia sangat yakin kalau gadis itu adalah Alina. Tapi Alya tetap bersikeras kalau dia bukanlah Alina. Akhirnya setelah sekian lama termenung di depan ruang lukis, Reza memutuskan untuk pergi dari tempat itu dengan menyimpan kekecewaan yang dalam.
Saat Reza pergi, Alya keluar dari persembunyiannya. Sejak dia melihat Reza berdiri di ruang lukis, Alya memilih untuk bersembunyi di balik tembok yang berada cukup jauh dari tempat Reza berdiri.
Alya memilih menghindari Reza karena Selly mengancamnya untuk membuat Alya lumpuh seumur hidup. Alya jelas tidak mau hal itu terjadi. Dia tidak mau menambah beban untuk Mamanya kalau dia harus lumpuh di sepanjang hidupnya. Dan juga kalau dia lumpuh, dia tidak dapat lagi mengerjakan aktivitas yang di sukainya. Seperti melukis.
“Maafin gue Za.. Ini juga demi kebaikan elo.. Gue sadar, gue gak berguna di kehidupan lo.”
***
Selly sudah bersiap-siap untuk pergi ke taman yang di jadikan tempat untuk bertemu dengan teman masa kecil Alya. Alya memang mempunyai janji untuk bertemu dengan teman masa kecilnya 9 tahun yang lalu, tepat pada hari ini. Tepat pada usia Alya yang menginjak 17 tahun pada hari ini.
Selly sangat yakin kalau teman masa kecil Alya adalah orang yang sangat tampan. Entah dari mana pemikiran itu muncul di benaknya. Tapi naluri Selly tidak pernah salah. Dan dia tau akan hal itu.
Sudah hampir 30 menit Selly menunggu teman masa kecil Alya itu. Dan sudah beratus-ratus kali pula Selly melirik jam tangan hitam metaliknya. Selly sangat tidak suka di suruh menunggu selama ini. Saat Selly hendak berbalik untuk pulang, Selly melihat sebuah mobil sedan warna silver metalik berhenti di depan taman itu.
Selly yang merupakan anak orang kaya sangat tahu berapa harga mobil tersebut. Harganya sangat mahal, bahkan sampai miliaran rupiah. Dan Selly sudah melonjak kegirangan karena ternyata teman masa kecil Alya adalah orang kaya.
Selly kembali duduk di bangku panjang itu saat dia melihat cowok itu mengedarkan pandangannya ke seluruh taman. Selly memang tidak melihat dengan jelas wajah laki-laki itu. Karena laki-laki itu memakai topi berwarna biru dan menutup matanya dengan kacamata hitam.
Satu kata yang diberikan Selly untuk cowok itu. Keren!
***
Reza menatap sekeliling taman itu. Dia mencari-cari sosok Alina. Hari ini adalah hari di mana Reza akan bertemu dengan Alina, sesuai janji mereka 9 tahun yang lalu. Hari itu juga Reza ingin membuktikan bahwa Alya adalah Alina. Dan dia sangat yakin kalau Alya-lah yang akan bertemu dengannya di taman ini.
Mata Reza berhenti di satu titik. Dia melihat seorang perempuan sedang duduk di bangku taman. Bangku yang dulu sering dia duduki bersama Alina. Reza yakin kalau perempuan itu adalah Alina. Karena itulah Reza mendekati perempuan itu dengan mantap.
Reza menyentuh pelan bahu wanita itu. “Alina.” Panggilnya pelan.
Selly menoleh ke samping, saat ada seseorang yang menyentuh bahunya. Selly merasakan hatinya berdetak cepat saat laki-laki itu menyentuhnya. Selly memberikan senyuman manis pada cowok itu. Dugaan Selly memang benar, ternyata cowok yang ada di depan tadi adalah teman masa kecil Alya.
Reza tersentak kaget saat melihat wanita itu berbalik. Reza terkejut karena ternyata wanita itu adalah Selly. Bukan Alya, seperti yang ada di benaknya tadi. Dengan cepat Reza menjauhkan tangannya dari bahu Selly.
“Selly!?” Pekik Reza terkejut.
Selly menatap cowok di depannya dengan kening berkerut. Kenapa cowok di depannya ini bisa tahu namanya. Dan kenapa Selly seperti mengenali suara cowok itu. Selly memperhatikan wajah laki-laki itu sekali lagi dengan seksama. Sepertinya Selly mengenali wajah laki-laki itu. Selly tanpa sadar memekik senang setelah yakin siapa yang ada di hadapannya kini.
“Reza…” Selly langsung memeluk Reza.
Reza berdiri mematung saat Selly memeluknya. Saat itu dia begitu shock sampai-sampai tidak merasakan saat Selly memeluknya. Bagaimana mungkin Selly adalah teman kecilnya. Bagaimana mungkin Selly adalah Alina. Sifat mereka berdua berbeda jauh.
Ya ampun! Ternyata teman masa kecil tuh kaki roda adalah Reza!! Astaga! Gak mungkin banget! Gue mesti manfaatin keadaan ini buat ngerebut hati Reza! Tekad Selly dalam hati.
“E… elo... Al... Alina…?” Tanya Reza terbata-bata.
Selly sempat bingung saat Reza memanggilnya Alina. Tapi kemudian dia tersenyum dan kembali memeluk Reza. “Iya, gue Alina. Temen masa kecil elo.”
“Gue gak percaya!!” Erang Reza dan mendorong tubuh Selly.
“Ini buktinya.” Selly menunjukkan kalung di lehernya pada Reza. Kalung yang dia sita dari Alya.
Saat itu Reza benar-benar merasakan tubuhnya tengah di guncang oleh gempa berkekuatan tinggi. Hatinya terasa hancur. Apalagi setelah memastikan kalung yang diperlihatkan Selly padanya. Reza semakin merasa hidupnya berakhir saat itu juga.
“Gak…” Reza menggelengkan kepalanya sambil berjalan mundur. “Enggak! Ini gak mungkin!!”
“Apanya yang gak mungkin, Za? Bukannya ini adalah salah satu bukti kalo gue adalah temen masa kecil lo?”
Reza menggeleng-gelengkan kepalanya tanda dia tak percaya. “Lo bukan Alina! Dan gue yakin itu!!”
“Reza, gue Alina! Lo gak tau apa nama lengkap gue? Sellylna Hanisfa Praya. Nama gue ada unsur nama Alina. Dulu elo selalu manggil gue dengan nama kecil gue tanpa tau nama lengkap gue.” Kata Selly berusaha mencocokkan alur ceritanya dengan cerita Alya tempo hari dan menyamarkan namanya.
“Ta… tapi...”
Selly menatap lekat-lekat mata Reza. Mencoba membuat cowok itu percaya pada kata-katanya. “Za, gue gak pernah menyangka kalo elo adalah teman kecil gue. Gue selama ini deketin elo karena gue selalu berharap elo adalah temen kecil gue. Dan ternyata dugaan gue bener, Za.” Sahut Selly penuh perasaan.
Awalnya Reza sama sekali tidak percaya dengan kata-kata Selly. Tapi begitu melihat keseriusan dari ekspresi dan nada bicara Selly, mau tidak mau akhirnya Reza mau mempercayai kata-kata Selly. Saat melihat Reza mempercayainya, Selly terlihat senang karena cowok itu dapat dengan mudah dia bohongi.
“Gue sayang sama elo Za. Dari kecil sampai sekarang…”
Reza menatap Selly dengan kaget. Mestinya saat itu Reza merasa senang karena ternyata Selly yang merupakan Alina, ternyata menyukainya. Tapi saat itu entah kenapa Reza merasakan hatinya sangat perih. Hatinya begitu terluka mendengar kata-kata dari Selly yang begitu keras menampar batinnya.
“Dari dulu... sampai sekarang… gue juga sayang sama Alina…”
***
Alya menatap bulan di atas sana. Air matanya tersamarkan oleh tetesan air hujan yang jatuh membasahi pipinya. Malam itu hujan turun dengan deras, anginnya sangat kencang. Seharusnya hari ini Alya merasa bahagia. Karena hari ini adalah hari ulang tahunnya dan juga hari ini adalah hari dimana dia akan bertemu lagi dengan Reza.
Tapi, harapan yang selama ini ada di hatinya, harus terkubur rapat-rapat. Hari ini Selly-lah yang menggantikannya untuk menemui Reza. Karena Selly-lah yang memakai kalung itu. Semenjak Selly mengambil kalung Alya, Alya merasa sangat bersalah. Dia merasa bersalah karena tidak dapat menyelamatkan kalung itu dari tangan Selly.
Mama Alya memergoki Alya sedang duduk di dekat jendela kamarnya. Hari ini Mama Alya sudah lebih dari tiga kali memergoki Alya yang sedang melamun sambil menatap ke luar jendela.
“Kamu kenapa Al?” tanya Mama Alya sambil menyampirkan selimut hangat di tubuh Alya yang mulai kaku karena kedinginan.
“Aku gak kenapa-napa, Ma.” Jawab Alya tanpa menoleh.
“Jangan bohong sayang. Mama yang membesarkan kamu, jadi Mama tau betul kalau kamu sekarang lagi sedih. Cerita sama Mama, Alina.”
Tanpa di duga, Alya langsung memeluk pinggang Mamanya dan menangis sambil terisak-isak.
“Kamu kenapa Alina? Kamu kenapa?” Tanya Mamanya khawatir.
“Alina sedih Ma, Alina sedih...”
“Sedih kenapa? Cerita sama Mama, Nak.”
“Hari ini adalah hari dimana aku berjanji dengan Reza untuk bertemu, Ma. 9 tahun yang lalu Alina dan Reza berjanji untuk bertemu kembali saat Alina sudah berusia 17 tahun di taman yang biasa jadi tempat bermain kami, Ma.”
“Lho? Bukannya itu bagus Nak?”
“Tapi masalahnya adalah yang ketemu Reza bukan aku, Ma!” pekik Alya frustasi.
“Ma... maksud kamu?” tanya Mama Alya bingung.
Alya kemudian menceritakan semua kejadian yang menimpanya. Mulai dari Selly yang mengganggunya, pertemuan dengan Reza, dan saat Selly mengambil kalungnya. Semua itu Alya ceritakan pada Mamanya tanpa mengurangi atau menambahkan cerita yang sebenarnya. Mama Alya manggut-manggut dan sesekali terlihat terkejut saat mendengar tindakan kekerasan yang diterima putrinya itu.
“Jadi kalau bener Reza adalah temen masa kecil Alina, pasti sekarang Selly yang ngaku kalau dia itu adalah Alina, Ma. Alina mesti gimana Ma? Alina sedih kalau Reza ternyata berada sedekat ini dengan Alina. Alina gak mau Reza dekat-dekat sama orang kayak Selly.”
“Kamu sayang sama Reza?”
“Ya sayanglah Ma. Kalau gak sayang, Alina mana mau temenan sama Reza.”
“Maksud Mama bukan sayang yang seperti itu, Alina.” Kata Mamanya dengan gemas.
“Jadi apa dong?”
“Apa kamu mencintai Reza? Apa benar kamu menyayanginya hanya sebatas teman? Tidak lebih?” Tanya Mama Alya. Persis seperti hakim yang mengintrogasi terdakwanya.
Alya terdiam saat Mamanya menanyakan tentang hal itu. Sesuatu hal yang dia sendiri juga tidak tahu apa jawabannya. Karena sampai sekarang dia juga ragu apakah yang dia rasakan pada Reza adalah cinta atau sekedar rasa sayang terhadap sahabatnya.
“Alina gak tahu, Ma. Menurut Mama gimana?” Alya mencoba meminta pendapat pada Mamanya.
Mama Alya mengangkat bahu. “Mama tidak tahu sayang. Karena semua jawaban itu hanya hati kamulah yang tau. Tapi dari semua yang Mama lihat di diri kamu, Mama dapat menyimpulkan kalau kamu mencintai Reza lebih dari seorang sahabat. Kamu menyayangi Reza lebih dari itu, Sayang. Tapi, Mama juga tidak tahu kebenarannya. Karena semua itu hanya kamu dan hatimulah yang tahu.”
“Alina bingung Ma.”
“Bingung kenapa, Sayang?.”
“Alina bingung karena Alina sulit menafsirkan perasaan Alina sama Reza. Alina memang merasa nyaman sama Reza. Tapi Alina ragu, kalau ternyata perasaan ini bukan cinta, Alina ragu kalau ternyata perasaan ini hanya sekedar rasa kekaguman Alina pada Reza. Lagi pula, Alina kan juga tidak tau pasti apakah Reza yang ada di sekolah adalah Reza teman masa kecil Alina.”
“Kalau benar Reza yang sekarang bersekolah di sekolahmu adalah Reza yang merupakan teman masa kecilmu. Apakah kamu akan merasa bahagia? Apakah kamu akan rela melihat dia bersama dengan Selly?”
“Alina tidak tahu Ma.”
“Mungkin sekarang kamu tidak tahu, tapi besok, kalau kamu melihat Reza bersama dengan Selly. Kamu akan tahu jawaban atas semua pertanyaan Mama ini.”
***
Selly merasa hari ini adalah hari yang paling membahagiakan untuknya. Setelah sekian lama berharap banyak pada cowok impiannya. Akhirnya keinginannya untuk mendapatkan cowok itu dapat terpenuhi.
Bahkan pagi ini saja Selly di kejutkan dengan kehadiran Reza yang sudah menunggunya di depan pagar rumahnya. Dengan senang Selly berlari dan langsung masuk ke dalam mobil Reza. Dan untuk pertama kalinya Selly melihat Reza tersenyum.
Tersenyum manis yang hanya untuk dirinya. Senyuman yang selama ini selalu di harapkan Selly. Senyum yang selama ini melembutkan jiwanya yang kasar. Selly tidak menyangka kalau ternyata Reza sangat mencintainya.
Ralat. Reza begitu mencintai Alina. Reza bersikap demikian pada Selly karena Selly mengaku kalau dia adalah Alina. Karena Selly memakai kalung yang pernah di berikannya pada Alina. Kalung yang di rebut paksa dari Alya.
Mengingat nama Alya, seketika saja Selly langsung merasa muak. Dia tidak menyangka ternyata gadis cacat itu adalah teman masa kecil Reza. Dan itu berarti gadis cacat itu adalah orang yang dicintai Reza.
Selly sempat merasa bersalah karena dia membohongi Reza dengan megatakan kalau dia adalah Alina. Tapi rasa bersalah itu langsung Selly buang jauh-jauh dari benaknya. Karena sikap manis Reza sudah membutakan segala perasaan bersalahnya.
Dia tidak mau rasa bersalahnya ini membuat kebahagiaannya menghilang. Dia tidak mau momen-momen yang sedari dulu dinantikannya itu harus menghilang begitu saja. Dia tidak akan pernah membuat hal itu terjadi.
“Selama ini kamu tinggal di mana?” Tanya Reza memecah keheningan di antara mereka.
Selly terlihat gelalapan. Dia benar-benar tidak tahu apa yang mesti dia jawab. “Ehm, gu... gue... gue tinggal di... ehm... Oh iya, gue tinggal di Bali... Tempatnya keren banget! Iya gue tinggal di Bali selama ini.”
Reza tidak terlalu memperhatikan jawaban Selly yang sedikit terbata itu. “Oh, kapan lo pulang ke Jakarta?”
“Ehm, gue pulang lagi sebelum masuk SMA.”
“Sebelum masuk SMA?” Tanya Reza tak percaya. “Bukannya elo itu udah dari SMP sekolah di yayasan Majasriya?”
Mati gue. Kok nih cowok bisa tau sih?
Selly menepuk pelan dahinya. “Oh, ya ampun!” Selly pura-pura seperti teringat sesuatu. “Gue lupa. Gue balik ke Jakarta sejak kelas 9 SMP! Ya ampun, kok gue bisa lupa ya? Hehe.”
“Ya ampun, gitu aja lupa. Gimana sih lo, Al?”
“Ha? Al? Lo manggil gue Al?” Selly menunjuk dirinya sendiri.
“Iya, gue kan udah terbiasa manggil elo Alina. Karena dari dulu juga gue kenal elo dengan nama Alina.”
Ya ampun! Kok gue b**o banget sih?! Kalo gini caranya, Reza bakalan curiga kalo gue bukan Alina yang asli. Bisa-bisa dia tau kalo sebenernya Alya adalah Alina yang asli.
“Kok diem Al?”
“Ah, ehm, nggak papa kok.”
Reza melirik Selly yang terlihat tidak tenang itu. Berkali-kali Reza melihat Selly mengubah posisi duduknya untuk mendapatkan posisi yang nyaman. Selly benar-benar terlihat seperti orang yang dirundung kegelisahan. Seperti seorang yang sedang menyembunyikan sesuatu.
Alina kenapa sih? Kok aneh banget? Kayak gelisah gitu. Apa jangan-jangan Selly bohong sama gue? Apa jangan-jangan bener dugaan awal gue kalau nih orang bukan Alina?! Tapi kenapa bisa Selly make kalung itu? Tapi gimana dengan Alya? Dia juga punya kalung yang sama dengan yang gue dan Selly pake. Duh, kok jadi runyam kaya gini sih?
Reza menatap kalung yang di pakai Selly dengan penuh tanda tanya. Di satu sisi dia sangat amat yakin kalau Alya adalah Alina. Tapi, bagaimana dengan Selly? Gadis itu memakai kalung yang sama dengan yang dia pakai. Dan Selly juga sepertinya tidak berbohong.
Bagaimana pun juga Reza tidak akan semudah itu percaya dengan kata-kata Selly. Karena itulah, kemarin saat di taman, Reza banyak bertanya tentang masa kecilnya. Dan Reza terpaksa yakin kalau Selly adalah Alina. Karena Selly menjawab pertanyaan Reza dengan mulus tanpa kurang suatu apapun.
Kalau dia bukan Alina, kenapa gadis itu bisa menjawab pertanyaannya dengan mudah?!
***
SMA Majasriya geger karena Selly menggandeng erat tangan Reza memasuki kantin. Bahkan adegan itu terus di perlihatkan Selly semenjak mereka baru datang ke sekolah tadi pagi.
Alya juga turut melihat saat Selly mengandeng tangan Reza. Bahkan Selly dengan sengaja menunjukkan kemesraan itu di depan Alya, seolah-olah menyadarkan gadis itu agar tidak lagi berniat mendekati Reza. Karena Reza adalah miliknya seorang.
“Gimana bisa lo deket sama Reza? Setau kita-kita, dia kan anti banget deket sama elo.” Bisik Dea saat Selly sudah berhasil mereka tarik dari sisi Reza.
Selly menatap kedua temannya itu dengan penuh kemenangan. Dan sangat bangga. “Itu hal mudah buat gue! Bukannya dulu gue udah pernah bilang sama lo berdua kalau Reza pasti bakal jatuh di pelukan gue. Dan ucapan gue sekarang terbukti, kan?”
“Gila! Ternyata perjuangan gila lo selama ini membuahkan hasil. Ck! Elo emang pantes ngedapetin Reza setelah yang lo lakuin selama ini.” kata Anti penuh kekaguman.
Selly membusungkan dadanya dengan bangga. “Iya dong. Gue gitu. Sellyna.” Selly menepuk-nepuk dadanya. Membanggakan diri karena berhasil menaklukan Reza.
“Elo mau kemana Sel?” tanya Anti saat melihat Selly hendak pergi dari meja khusus mereka di kantin.
“Toilet.” Jawab Selly singkat tanpa menoleh.
Sebenarnya Selly tidak mengarahkan kakinya menuju toilet. Tapi dia lebih mengarahkan kakinya untuk menuju ruangan itu. Ruangan tempat orang yang sangat begitu dia benci. Orang yang sangat ingin dia enyahkan dari muka bumi ini.
Selly masuk ke ruangan itu setelah meyakini kalau orang yang dicarinya sedang berada di dalam ruangan itu. Selly sebenarnya sangat kagum pada lukisan yang ada di dalam ruangan itu. Tapi rasa gengsinya membuatnya tidak pernah mengakui secara jujur kekagumannya itu.
“Hei, kaki roda!” Panggil Selly dengan sinis.
Alya menoleh karena dia sangat yakin kalau dialah yang sedang dipanggil saat itu. “Selly? Ada apa Sel?”
“Gak usah sok baik deh elo sama gue! Pake nyapa-nyapa gue segala!”
“Ehm, ma... maaf Sel...”
“Udah! Gak usah minta maaf. Gue gak butuh maaf dari lo. Gue kesini cuma mau bilang sesuatu hal yang penting sama elo.”
“Apa itu Sel?”
“Elo pastinya udah tau kan kalo kemaren gue yang gantiin elo buat nemuin temen masa kecil lo itu. Gue gak nyangka ternyata temen masa kecil lo itu adalah Reza.”
Bola mata Alya membesar maksimal. “Apa? Ja… jadi... Reza…”
“Iya, dia temen masa kecil lo! Gak nyangka gue ternyata dia nolak gue selama ini gara-gara dia cinta sama temen masa kecilnya itu. Dan lo tau sendiri kalau temen masa kecilnya itu adalah elo. Tapi, karena gue yang ngaku kalo gue adalah temen masa kecilnya. Otomatis gue yang sejak saat itu akan ada di hati dia. Gantiin elo!”
“Ja… jadi… di... dia…”
“Nih kalung elo!” Selly melemparkan kalung Alya sehingga kalung itu terjatuh di dekat kaki Alya. “Gue udah gak butuh lagi kalung itu. Karena gue udah berhasil dapetin cowok yang gue incer. So, sesuai janji gue ke elo. Gue balikin tuh kalung jelek ke elo. Maaf ya, kayaknya elo bener-bener harus lupain Reza. Karena mulai detik ini Reza akan selalu jadi milik gue. Bukan elo!!” Selly menekankan semua kata-kata yang dia keluarkan.
“Ngerebut dia dari elo itu sangat mudah Alya. Semudah membalikan telapak tangan dan seperti mengambil permen dari anak kecil. Maaf ya Alya. Ups! Alina maksud gue. Maaf ya, gue harus gantiin posisi lo di hati Reza. Bye…”
Selly meninggalkan ruangan itu tanpa pernah sekalipun menghentikan tawanya. Dia benar-benar merasa puas karena telah berhasil merebut kebahagiaan Alya.
Alya melepas kepergian Selly dengan hati pilu. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Reza benar-benar teman masa kecilnya. Dan dia juga tidak menyangka ternyata Reza menyukainya sejak dulu sampai sekarang.
Selly tidak tahu kalau sedari tadi, sejak dia memulai bercerita mengenai Reza, Alya sudah berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. Sekuat tenaga Alya menahan agar Selly tidak mengetahui kondisi hatinya yang terluka itu.
Setelah Selly pergi, Alya menumpahkan seluruh air mata yang sedari tadi ditahannya. Air mata itu dia biarkan tumpah untuk mengobati sedikit luka di hatinya yang semakin ternganga lebar itu. Alya merasa hatinya sangat sakit saat Selly mengatakan kalau sekarang dia akan menggantikan posisi Alya di hati Reza.
Alya tidak mau hal itu terjadi. Dia tidak mau Reza melupakannya. Akhirnya Alya sadar apa arti dari semua perasaannya selama ini. Alya sadar kalau dia mencintai Reza. Bukan cinta monyet, apalagi cinta sesaat. Tapi cinta yang benar-benar tulus dari hatinya.
Alya berteriak sekencang mungkin dan melempar semua benda yang ada di dekatnya. Dia tidak tahu kenapa dia merasa sangat marah. Dia tidak tahu kenapa hatinya terasa begitu sakit. Dia tidak tahu ternyata begini sakitnya. Begitu sakit saat mengetahui orang kita cintai mencintai orang yang salah.
“Hu... hu... Alina itu aku, Za... Bukan Selly! Kenapa kamu semudah itu percaya perkataan Selly? Kenapa kamu percaya kalau Selly itu aku? Kenapa Za? Padahal aku selalu menunggumu. Padahal akulah orang yang kau tunggu selama ini! Akulah Alina! Bukan dia!!”
Alya menjerit-jerit histeris. Dia tidak tahu harus bagaimana lagi melampiaskan rasa sedihnya pada saat itu. dia hanya ingin ada yang tau seperti apa rasa sakit yang sekarang dia rasakan.
Saat sedang di landa kebimbangan, tanpa sengaja mata Alya menatap sebuah benda kecil yang entah sejak kapan ada di dekat lukisannya yang khusus dia buat untuk Reza. Kemudian melintaslah sebuah ide di benak Alya.
Mungkin dengan ini kamu bisa tau kalau aku adalah Alina..