"Jadi apa yang dia lakukan kali ini?"
Saat ini Reksa masih berada di kantornya. Lelaki tampan itu baru saja keluar dari ruang meeting. Ia malah dikagetkan dengan kabar dari Troy, bahwa gadis nakal itu telah menyerang teman kuliahnya. Padahal Reksa baru saja selesai meeting, selama hampir dua jam. Banyak masalah di cabang kantornya yang lain. Mereka para karyawan itu meminta di naikan gajih. Sedangkan saat ini keadaan perusahaan memang sedang tidak stabil.
"Nona menyerang anak laki laki. Mereka saat ini pingan dan berada di rumah sakit." keluh Troy lagi.
"Aku akan menemuinya. Di mana dia sekarang?"
"Dia berada di kantor kampus. Mereka tidak mengijinkan nirvana keluar dari kampus. Karena mereka menunggu pihak wali yang datang terlebih dahulu. Tuan Ethan sedang berada di jepang bersama nyonya Klarisa. Mereka sepertinya memang tidak bisa datang dengan cepat."
"Saya tau, saya akan segera ke kampus." Reksa menutup ponselnya, kemudian berjalan cepat ke arah lift. Namun Monika menahannya. "Tuan mau ke kampus dengan keadaan kacau seperti ini?" tanya nya.
Reksa terhenti dan menatap Monika datar. "memangnya kenapa?" tanya nya. Duh, tatapan Reksa itu sungguh mematikan untuk Monika. Namun ini harus ia jadikan kesempatan. Ia mendekat dan merapikan dasi dan juga jasnya "Tuan harus selalu rapi." tangannya sengaja diperlambat, agar ia bisa leluasa berdekatan dengan laki laki tampan menawan itu. Reksa menghela napas dalam, karena sekertarisnya itu seolah berlama lama menyetuhnya. Namun meski begitu, Reksa tidak pernah memarahi sekertarisnya itu. Karena menurutnya Monika memang sedang menolongnya.
"Baiklah, monika. Apakah sudah selesai?" tanya Reksa kesal.
Monika terkekeh pelan. "Maaf, tuan. Sekarang sudah selesai. hati hati, tuan." ujarnya.
Reksa mengangguk, dan berjalan memasuki lift. Ia harus segera bertemu dengan si nakal itu. Sampai di kampus, tentu saja Reksa menjadi perhatian para gadis gadis kampus. Mereka bahkan ada yang menabrak taman kampus, karena sedang membawa motor metiknya, malah melihat Reksa memasuki kampus.
"Itu pangeran dubai bukan sih?" keluhnya sembari menyeimbangkan motornya kembali.
"Kampus nyewa model buat apaan ya? pasti mahal banget."
"Aku enggak mau pulang dulu, pokoknya. Aku mau lihat cowok itu dulu."
"Heran banget, ko ada cowok se ganteng itu. Emang emaknya makan apa ya?"
"Aku enggak muluk muluk. Dijadiin istri ke seratus juga mau, kalau modelannya kaya gitu mah."
"Aneh banget, wajahnya kaya siluman."
"Itu beneran cowok atau bukan sih? ko aneh gantengnya kaya buatan gitu?"
"Aku bayangin berada dipelukannya. Alamaaaaaak!"
Ya ... mau bagaimana lagi, Reksa itu ciptaan yang sempurna. Meski memang tidak ada yang sempurna di dunia ini. Tapi melihat Reksa, itu semua terbantahkan. Melihat langkah jenjangnya yang memasuki koriddor kampus, laksana seorang model papan atas yang sedang berjala di atas red carpet.
Yang dibicarakan tetap berjalan lurus dan tanpa menoleh ke kanan dan ke kiri. Ia tentu saja, tahu kalau saat ini sedang menjadi perhatian para gadis kampus. Namun tujuannya datang ke sana bukan untuk itu. Si gadis nakal yang sedang berada di ruangan kantor sana, pasti sedang cemas. Dan Reksa tidak bisa tenang kalau tidak segera bertemu dengannya.
"Tuan reksa! mari silakan masuk."
Bu Endang, pihak kampus menyambutnya, ketika Reksa masuk ke dalam ruang kantor itu. Dan ia melihat Nirvana yang bangun, lalu berjalan cepat dan memeluknya erat. Membuat mereka berdua menjadi sebuah tontonan gratis. bagaimana tidak, kalau seorang Reksa yang tampan dan gagah itu, membalas pelukan sang gadis dengan tidak kalah eratnya.
"Ehem!"
dehaman Bu Endang, mau tidak mau membuat Reksa melepaskan pelukannya pada Nirvana. Mengajak gadis itu duduk dengan tanpa melepaskan genggaman di tangannya. "Saya sudah mendengar apa yang terjadi, dari orang kepercayaan saya. Saya akan meminta maaf pada keluar dan juga menanggung semua pengobatannya." ujar Reksa.
"Ikhs! yang salah bukan Vana!" Rengek Nirvana. mana rela ia melihat Reksa meminta maaf pada mereka, karena jelas jelas di sini yang salah bukan lah dirinya. Nirvana di ganggu oleh kakak angkatannya itu. Mereka hampir saja melecehkan Nirvana. Dan Nirvana tidak mau menerima itu tentu saja. Sehingga yang dilakukannya adalah dengan menyerang mereka oleh jarum jarum itu.
"Mereka mau lecehin vana! mereka pikir vana bodoh! enggak ada yang percaya sama Vana!"
Kesal Nirvana hampir menangis. "Di negara kita kalau ada korban pelecehan yang melawan pasti akan dihukum, kalau ada korban perampokan yang melawan, pasti di hukum dan dipenjara. Jadi negara kita ini maunya, kita kalau dilecehkan harus pasrah sampai hamil, gitu? oh ... tentu saja karena hukum kita memang lemah ha ha ha!"
Apa yang dikatakan Nirvana membuat seluruh dosen yang ada di sana terdiam.
"Iyakan pak, bu? kalau gitu, lain kali kalau ada yang lecehin saya. Maka saya akan pasrah sampai ham--"
"Ayo pergi!" Reksa meraih tangannya dan mengajaknya keluar.
"ENGGAK!" Nirvana menyentak tangannya reksa. "Aku pantas mendapatkan keadilan! aku pantas melaporkan laki laki itu. Aku bahkan pantas membunuh mereka! aku punya bukti CCTV. Silakan kalian laporkan aku atas kekerasan di kampus. Namun aku juga akan melaporkan ke lima laki laki itu tentang perundungan dan pelecehan. INGAT ITU!"
"Ayo!" Reksa kembali meraih tangan gadis itu dan membawanya keluar dari kantor. Dan Nirnava mulai menangis manja seraya berjalan ogah ogahan. Kedua kakinya di hentak hentakan seperti anak kecil. Reksa tau apa yang akan dilakukan gadis itu setelah ini. Ia akan menyerangnya dan mereka akhirnya akan bertarung di sebuah hutan.
Lalu Reksa akan mengalah dengan beberapa cidera. karena kalau sampai Reksa tidak mengalah, maka pertarungan mereka tidak akan pernah selesai.
***
"AKU BENCIIII! AKU BENCIII!"
Gadis itu memberikan serangan brutal pada reksa. Jarum jarum itu berseliweran laksana meteor yang menyala dan hendak memakan mangsa. Kalau saja yang jadi lawannya bukan Reksa. Maka tentu saja ia akan menjadi sebuah sate yang siap disantap.
"AKU ENGGAK SALAH! MEREKA YANG SALAH!"
Dia juga melemparkan pisau pisau kecil yang tersembunyi di balik rok panjangnya. "AKU AKAN MEMBUNUH MEREKA SEMUA! AKU AKAN MEMBUNUH MEREKA!"
Karena lelah, akhirnya ia berguling guling dan terus berteriak seperti orang yang sedang kesurupan. Dan Reksa hanya terdiam melihat tingkah anak itu.
"AKU BILANG AKU ENGGAK SALAH. TAPI PIHAK KAMPUS ENGGAK PEDULI. YANG MEREKA PEDULI LELAKI ITU SAJA LALU MEMBAWA MEREKA KE RUMAH SAKIT. HARUSNYA MEREKA BIARKAN SAJA KE LIMA LAKI LAKI ITU MATI DAN MENERIMA HUKUMAN DARI ALLAH. "
"AKU TUH ENGGAK PERNAH GANGGUIN ORANG! AKU SELALU MENGHORMATI SIAPAPUN. TAPI KALAU DILECEHKAN AKU ENGGAK MAU!"
"MEREKA DOSEN TAPI SAMA BRENGSEKNYA! ENGGAK ADA YANG BELAIN AKU DIKAMPUS. MEREKA SEMUA MENYALAHKAN AKU! MEREKA b******k!"
"AKU ENGGAK MAU KULIAH LAGI! AKU ENGGAK MAU PERGI KE SANA LAGI!"
"Aku benci ..." gadis itu akhirnya menangis sendiri. Nirvana merasa bahwa semua orang kampus memang membenci dirinya. Mereka menganggap bahwa Nrivana itu berbeda dari mereka. Sehingga mereka memperlakukan Nirvana dengan berbeda pulan. Padahal bedanya di mana, Nirvana pun tidak tahu. Karena di kampus pun tidak ada satu pun teman perempuannya yang mendekatinya dan mau berteman dengannya. Mereka seolah takut dan merasa bahwa Nirvana itu bukan lah gadis yang baik.
"Mereka enggak mau jadi temen aku ... apa salahku ..."
Mengusap wajahnya yang basah, gadis itu terlihat sangat sedih dan sendirian. Reksa yang tidak tahan dengan perasaannya yang juga ikut terhanyut. Ia pun mendekat, ikut duduk di rerumputan itu dan meraih gadis itu untuk ia dekap. Mengusap wajahnya dan menepuk pundaknya dengan lembut. Membiarkan gadis itu berada di dalam dekapnya dan menangis se jadi jadinya.
"Aku ... enggak jahat ... aku enggak jahat."
Reksa memilih diam dan membiarkan gadis itu mengatakan semua unek uneknya.
"Aku udah ditinggalkan mamah dan papah. Mereka juga jahatin aku ... apa salahku ..."
Reksa masih tetap diam. Ia merasa tidak perlu bicara. Karena yang diperlukan gadis itu saat ini adalah keberadaannya di samping gadis itu.
"Mereka mungkin ngira aku ini bodoh huhu ... mereka jahat ... hu hu hu!" dia kembali menangis.
"Kak reksa enggak kaya mereka kan? kak reksa percaya sama aku kan?"
Reksa mengangguk dan meraihnya ke dalam dekapan. Namun Nirvana mendorongnya. "Kak Reksa sayang kan sama Vana? sayang banget kan?"
Reksa menatap gadis jelita yang sekarang sudah dewasa itu. Dulu dia masih kecil dan Reksa selalu menggendong, memberikan makan, dan juga membuatkan s**u kalau mamahnya sedang sibuk. Reksa sepenuhnya menjaga gadis itu tanpa bosan dan tanpa rasa marah, meski dia sangat rewel dan juga membuatnya lelah. Setiap pulang sekolah, yang ia cari bukan lah Celsy, yang merupakan adik kandungnya. Namun Nirvana, karena ia telah terikat janji dengan mamahnya, mendiang Sinta. bahwa Reksa akan menjaga dan memberikan semua apa yang Reksa bisa.
Ketika bangun tidur, yang di cari bukanlah ibunya atau ayahnya. Tapi Nirvana, pada saat itu Nirvana sedang berusia masih sangat kecil. Dan Reksa selalu mengajaknya bermain sebelum ia berangkat sekolah. Ketika Celsy menangis, Reksa tentu saja panik. Namun ketika Nirvana nangis, Reksa lebih baik. Karena ia merasa takut gadis itu merindukan kedua orang tuanya yang telah tiada. Banyak sekali orang yang berada di sisi Celsy, yaitu kedua orang tuanya, dirinya dan juga Rayyan. Tapi Reksa ingin sekali menjadi orang pertama dan menjadi satu satunya tujuan Nirvana melebihi kedua orang tuanya. Reksa ingin menjaga sampai gadis itu tidak lagi membutuhkan uluran tangan yang lain.
Reksa mungkin bahkan rela mati untuk menghidupkan senyum nya jika memang diperlukan.
"Kakak sayang banget kan sama Vana? kakak percaya kan sama Vana?"
Reksa mengangguk dan membingkai kedua sisi wajahnya Nirvana. "Kakak sangat sayang sama Vana ... sayang banget." mengecup keningnya dan memeluknya erat.
Bahkan dunia dan seluruh isinya tidak ada artinya tanpa Vana!