CN-24

1109 Kata
Quizer tidak mengerti apa yang laki-laki itu ucapkan. Kenapa pula harus menggunakan Bahasa Jepang. Pada intinya, laki-laki itu tengah meminta izin pada Bibi Minami agar mereka bisa pulang secepat mungkin. Ya pasti itu. Quizer tidak mau memikirkan lebih lanjut. Lagi pula, saat ini dia jauh lebih penting untuk mendaftarkan diri pada kursus belajar Bahasa Jepang. Ini penting agar dia tidak menjadi terasing di tempat ini. oOo “Pintar sekali cara kamu menghindari pertanyaan Bibi Minami, Kazuhiko-san,” ucap Natsumi dengan nada sarkas dan tidak begitu suka dengan cara laki-laki itu melakukan semua rencananya. Kazuhiko segera mengambil alat pengubah suara yang terdapat di balik kerah bajunya. Lalu setelah itu membuka wig. “Setidaknya kamu harus berterima kasih, karena aku cukup cepat menyiapkan ini semua. Untungnya kemampuan berlariku belum hilang dari beberapa tahun lalu,” ucap Kazuhiko yang lalu menyibak rambutnya dengan cepat. Natsumi tidak ingin membodohi bibinya dan Quizer, tetapi dia juga tahu kalau pulang sendirian itu terlalu berbahaya. Sebelumnya dua sudah meminta agar Kazuhiko pulang saja, agar dirinya bisa lebih tenang dalam menjalani keadaan. Sayangnya, ini tidak semudah dari apa yang Natsumi bayangkan. Bibi Minami akan terus memaksanya untuk ikut. Jadi di sinilah dia berdiri. Kazuhiko juga sangat bersikeras untuk mengantarnya pulang. Padahal jika dipikir-pikir, itu lebih beresiko. Walau kedudukan mafia saat ini sama seperti The Paradoks. Sulit untuk didekati. Bahkan sembarang melihat saja sudah terlalu beresiko untuk mati. Oleh karenanya, Natsumi tidak berani untuk bicara asal-asalan atau peluru bersarang di kepalanya. “Tolong jangan menatapku dengan horor seperti itu, Natsumi. Kamu sendiri yang tidak ingin Quizer terhambat, tetapi siapa pun yang melihatmu sekarang pasti akan mengasihani,” jelas Kazuhiko dan dia tahu, jadi tidak perlu diulang-ulang. “Aku sudah paham. Jadi bisakah kita pergi sekarang? Tubuhku sudah sangat lelah,” balas Natsumi dengan berpura-pura. Sayangnya Kazuhiko menggeleng. “Seorang CIVA sepertimu bisa merasakan kelelahan juga? Padahal beberapa waktu lalu kamu dengan berani menghampiri sekelompok orang yang setara dengan mafia.” Natsumi bergeming. Dia lupa jika Kazuhiko mengetahui semua tentang dirinya. Tentu, mereka teman sejak masih memakai popok dan ketika dia pun masih belajar merangkak. Dia menelan ludah. Kebodohannya saat ini layak ditertawakan oleh siapa pun, termasuk Quizer. Kenapa jika berhadapan dengan Kazuhiko, dia selalu kalah?! Natsumi sangat kesal. “Aku bukannya tidak merasakan sakit, tetapi terlambat untuk merasakannya. Saat ini yang lelah bukan hanya fisik, tetapi pikiran dan hatiku. Pertarungan tadi tidak melibatkan fisik, tetapi pikir dan hatiku terus dipacu,” jelas Natsumi mencari-cari alasan lainny. Nampaknya ini Kazuhiko mengangguk. Sepertinya terlena atas tipu daya yang dia lakukan, atau malah berpura-pura terlena. Tidak lama sebuah mobil menghampiri mereka, dengan Akira yang menyetir. Ternyata laki-laki itu baik-baik saja. Syukurlah. Natsumi tidak berhutang atas nyawa mafia satu itu. Kazuhiko lalu menyuruhnya untuk naik lebih dulu. Suasana ini sangat canggung. Dia tidak banyak berkata-kata, begitu pula dengan Kazuhiko. Sementara di hadapan mereka ada Akira yang menjadi saksi atas pengakuan Kazuhiko. Natsumi terlalu gengsi untuk semakin dekat dengan laki-laki menyeramkan yang berada di sisinya. Sementara Kazuhiko terlalu malas untuk berbicara hal yang tidak begitu penting. Tentulah itu membuat laki-laki yang berada di depan sana cukup kebingungan. “Apa bos dan perempuan itu benar-benar berpacaran? Bukannya apa-apa, tetapi aku tidak pernah melihat seorang pasangan secanggung ini. Apa kalian tipe pasangan yang akan melakukan lovely-doley ketika hanya berdua saja?” ucap Akira dengan spontan dan tidak begitu banyak perhitungan. Atau mungkin, Akira sudah siap untuk dijadikan tumis. Ucapan itu sukses membuat mereka berdua bekerja sama untuk melihat ke arah Akira dengan tajam. Jika tatapan bisa membunuh, mungkin saat ini tubuhnya sudah dicincang-cincang oleh pasangan yang tidak terlihat seperti pasangan. Natsumi lalu mendengus dan Kazuhiko hanya memicingkan matanya. Sementara Akira sekuat tenaga mengunci mulutnya rapat-rapat. “Natsumi, kamu tidak perlu gugup untuk besok. Batalkan semua jadwalmu. Setelah pulang sekolah, Akira akan menjemputmu,” jelas Kazuhiko, tetapi gadis itu tidak merespon. “Kebetulan sekali, aku tidak memiliki jadwal apa pun besok. Walau sepertinya para polisi akan meminta penjelasan karena Wakamatsu-san terluka begitu pun dengan bawahannya. Mereka akan menyalahkan kelompok mafia,” ucap Natsumi sambil melihat ke jalan. “Itulah tujuan lain dari ketua kelompok mafia sekarang. Membuat kelompok mafia semakin menyeramkan. Bukankah kamu bisa memikirkan bagaimana jika nantinya ada kabar jika The Paradoks dan Mafia bersatu? Lalu saat itu, siapa yang akan berani mendekati kami?” “Dengan kalian tidak melakukan apa pun saja, mereka sudah sangat ketakutan. Jika memang ingin melakukan hal seperti itu, tidak bisakah kalian membuat para polisi dan detektif swasta tidak perlu menyelidiki kasus? Menyebalkan sekalian!” geram Natsumi. Dia sangat kesal setelah mengetahui apa yang dipikirkan oleh laki-laki tersebut. “Jika aku bisa, aku juga akan melakukannya, Natsumi. Ini tidak semudah yang kamu bayangkan. Peranmu saat ini cukup penting bagiku untuk menggulingkan posisi tertinggi dari mafia,” balas Kazuhiko yang lalu memijat pelipisnya. Natsumi bungkam. Perlahan dia melihat ke arah Kazuhiko dengan sendu. Menatap laki-laki itu dengan seksama. Mulai dari rambut hitam legam, pipi tirus dan kulit yang agak menggelap. Sepertinya laki-laki itu lebih banyak beroperasi di luar, sehingga kulitnya terbakar. Natsumi pun mengembuskan napas dan mulai melihat ke langit-langit. “Aku tidak tahu kalau atap mobil lebih menarik dari wajahku, Natsumi,” ucap Kazuhiko. Natsumi tahu itu hanyalah candaan—yang sama sekali tidak lucu menurutnya. “Aku penasaran,” ucap Natsumi yang lalu menatap Kazuhiko, tanpa dia duga laki-laki itu juga tengah menatapnya, “kenapa kamu sangat jauh untuk digapai, Kazuhhiko?” Kazuhiko diam untuk beberapa saat. Sampai akhirnya dia pun menjawab, “Kamu berbicara soal apa? Coba jelaskan padaku, aku benar-benar tidak menangkap pertanyaanmu.” “Kamu tahu umur kita tidak jauh berbeda, tetapi kenapa kamu berkembang lebih dulu. Aku juga tidak ingat hal apa yang membuatku sangat membencimu sampai ke dalam tulang sumsumku. Dan lagi, kita hanya tidak bertemu selama dua tahun, tetapi ... aku merasa jauh. “Sebenarnya kenapa kamu bisa jadi sekuat ini, Kazuhiko? Tidak dapatkah kamu menjelaskan semuanya padaku?” tanya Natsumi dengan mata yang berbinar-binar. “Maaf.” Kazuhiko lalu melihat lurus kembali. “Ini belum saatnya aku menjeleaskan semuanya padamu. Sekarang kamu cukup membenci dan menganggapku seperti musuhmu. Itu lebih baik untuk sekarang. Meski begitu, saat ini peranmu sangat penting.” “Jika begitu, seharusnya kamu tidak perlu mengajakku untuk bekerja sama, Kazuhiko,” sentak Natsumi dengan nada keras dan refleks memukul kaca mobil. Untungnya kaca itu tidak retak. Hanya saja rasa sakit di dadanya melebar. Namun satu-satunya hal yang membuat Natsumi takjub adalah ketika Kazuhiko menarik tangannya yang memukul kaca. Melihat dengan seksama. Padahal baik dia dan pastinya laki-laki itu pun tahu, tangan Natsumi tidak apa-apa. Perlakuan ini membuat dia cukup melemah, jadi dia buru-buru menarik tangannya dari Kazuhiko. “Berhati-hatilah, jangan luapkan emosimu di dalam mobilku,” ucap Kazuhiko dingin.          
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN