CN-23

1042 Kata
Quizer merasa semua ini tidak baik-baik saja. Instingnya berkata begitu. Meski tnpa pendengarannya, dia cukup yakin jika alasan Natsumi menyuruh mereka pergi karena ada bahaya. Ya, mungkin ini ada hubungannya dengan orang-orang berpakaian hitam menyeramkan. Jika dia tidak membawa Bibi Minami pergi, entah mengapa dia sudah pasti berpikir jika itu adalah hari kematiannya. Dia berharap bisa memahami Bahasa Jepang dengan cepat. Andai menghapal itu seperti sekejap mata, maka dia tidak akan kesulitan untuk mengetahui apa yang Natsumi bahas. Quizer ingin mendengar, kali saja saat ini dia bisa mengerti pembahasannya. Namun, sayangnya tidak ada yang dapat dia dengarkan sampai sekarang. Rumah sakit adalah tempat yang paling tidak menguntungkan untuk Quizer. Selain suara bising dan bau obat, dia tidak suka berdiam lama di dalam sini. Telinganya juga tidak cukup mampu mendengarkan karena terlalu banyak suara yang masuk. Itu pun sukses membuatnya sangat pusing sampai rasanya ingin meminum obat penenang lagi. Beberapa kali Bibi Minami menanyakan keadaannya, tetapi Quizer enggan untuk diperiksa oleh dokter. Itu sama saja membuatnya terjebak lebih lama di rumah sakit. Quizer hanya butuh pulang. Jadi di manakah gadis menyebalkan nan merepotkan itu? Quizer benar-benar ingin mencincang gadis itu jika dia memang hanya melakukan lelucon semata. Natsumi dapat mengubah dunianya hanya dengan satu tatap. Quizer memang tidak pernah menyangka jika itu akan terjadi secepat itu. Dia lalu mengembuskan napas sambil melihat ke balik gedung. Ternyata dibandingkan dirinya, Bibi Minami lebih khawatir. “Bibi Minami, aku rasa Natsumi tidak mungkin bisa menuruni lift dengan keadaan yang seperti ini,” ucap Quizer spontan. Bibi Minami langsung melihat ke arahnya, lalu menghela napas. “Aku tahu, tetapi dia itu tidak akan bisa dibilang satu sampai tiga kali saja. Ini juga bukan yang pertama kali. Kamu tahu betapa susahnya bibi untuk membawa Natsumi ke rumah sakit! Gadis itu tidak pernah memedulikan tubuhnya sendiri.” “Tapi Bibi, dia pasti melakukan ini bukan karena tanpa sebab. Apa Bibi tahu kenapa dia jadi seperti ini?” tanya Quizer pelan. “Dia tidak punya alasan khusus, Quizer-san. Natsu-chan sudah melakukan ini semenjak dia masuk ke dalam agensi detektif swasta. Tugas The Paradoks adalah tugas paling penting untuknya, tetapi dia lebih banyak memikirkan bagaimana caranya membumihanguskan kelompok mafia,” jelas Bibi Minami. “Aku cukup penasaran dengan agensi yang Natsumi diami. Maksudku, bagaimana mungkin dia menjadi orang gila seperti ini. Bahkan terluka parah pun tidak ingin pergi ke rumah sakit. Tapi jika memang Natsumi tidak memiliki alasan khusus ... aa ... dia terlalu memunsingkan. Seperti kotak paradoks,” ucap Quizer sambil mengacak-acak rambutnya. Hal itu membuat Bibi Minami tersenyum. “Agensi yang Natsumi ikuti ....” “Aku beri saran, jika ingin membicarakanku, sebaiknya di tempat yang jauh sekali,” ucap seseorang yang baru saja keluar dari pintu belakang rumah sakit. Berbanding terbalik dengan keadaan sebelumnya, Natsumi terlihat lebih suram dan wajahnya yang pucat semakin mendukung. Quizer tidak dapat menebak apa yang terjadi. Selain itu, dia cukup terkejut karena pendengarannya tidak dapat menangkap gelombang suara dari jejak kaki Natsumi. Gadis itu semakin dekat, tetapi dia tidak dapat mendengar selain suara berdengung. Apakah sampai di sini batas kemampuannya? Quizer baru mengetahui itu. “Natsumi, jadi kamu sudah bicara dengan dokter? Apa katanya?” ucap Bibi Minami yang kembali heboh dengan keadaan gadis berambut cokelat tersebut. Quizer baru menyadari satu hal, meskipun Natsumi tengah sakit, dia tidak mengeluh. Justru tersenyum di tengah rasa sakitnya. Quizer paham betul, gadis ini kekurangan darah dan seharusnya dia sangat lelah. Susah rasanya untuk berjalan jauh, tetapi Natsumi tidak seperti itu. Quizer merasa gadis itu mungkin sedang menahan rasa sakit di dalam hati dan pikirannya. Tunggu, apakah kali ini dia sedang khawatir? Tidak. Tidak. Jauh-jauh Quizer menepis hal itu. “Aku baik-baik saja. Dokter bilang aku boleh rawat inap, tapi tiba-tiba rasanya aku ingin tidur di rumah saja. Lebih nyaman dan jika bosan makan bubur hambar, aku bisa memasak,” ucap Natsumi pelan. “Natsu-chan ... kamu benar-benar membuat Bibi sangat kecewa, tapi baiklah, tidak masalah. Ayo kita cari taksi dan langsung pulang ke rumah,”  usul Bibi Minami dan Natsumi tidak menyanggahnya sama sekali. “Tidak perlu, Minami Baa-san. Sekarang bibi dan Quizer-san bisa langsung pergi ke akademi. Ini sudah kedua kalinya kalian menggagalkan rencana dan itu semua karenaku. Rasanya tidak enak. Aku akan mencari taksi sendiri,” jelas Natsumi. “Apa? Tapi kamu sekarang tidak dalam kondisi baik-baik saja. Bagaimana mungkin kami bisa meninggalkan kamu seorang diri? Natsumi, hentikan. Jika kamu merasa dirimu mengacau, maka menurutlah dengan apa ang Bibi Minami katakan,” gertak Quizer begitu saja. Quizer sebenarnya tidak paham kenapa dia sampai harus membentak Natsumi. Padahal dia tidak peduli—enggan untuk peduli—tetapi yang terlihat justru sebaliknya. Quizer lalu memalingkan muka karena terlalu malu berhadapan dengan kedua wanita tersebut. Pasti aneh rasanya jika dia mengatakan semua itu secara tiba-tiba. “Terima kasih untuk kekhawatiranmu, Quizer-san. Aku sungguh tidak apa-ap. Kalian bisa pergi sekarang. Jika kalian sangat khawatir, aku akan menelepon teman sekelas yang rumahnya ada di daerah sini, bagaimana?” usul Natsumi dengan wajah ceria dan berbiniar-binar. Insting Quizer kembali aktif dan merasa aneh. Bagaimana jika sebenarnya gadis itu tidak pulang ke rumah dan justru bermain dengan para penjahat dan polisi lagi? Natsumi seolah paham apa yang sedang di pikirkannya. Gadis itu melihat Quizer dengan tatapan yang sulit diartikan. “Kamu tidak perlu khawatir Quizer. Aku juga perlu istirahat.” “Natsu-chan, biar bibi yang mengantarmu pulang. Terlalu berbahaya jika bibi meninggalkan kamu seorang diri,” balas Bibi Minami sambil menggenggam erat kedua tangan Natsumi. Quizer juga satu pemikiran tetapi Natsumi lagi-lagi menolak dengan alasan yang sama. Pada akhirnya Bibi Minami menyerah dan membuat Quizer tidak banyak berbicara sampai sekarang. Meski dia sebenarnya ingin menahan Natsumi juga. Natsumi lalu membuktikan ucapannya. Dia menelpon seseorang. Dan dari arah berlawanan, orang itu datang. Seorang laki-laki tinggi dengan rambut berwarna cokelat dan cukup panjang kacamata hitam. Quizer belum pernah melihatnya. Dia juga tidak perlu mengenalnya, karena itu tidaklah penting. Quizer tidak mengerti apa yang laki-laki itu ucapkan. Kenapa pula harus menggunakan Bahasa Jepang. Pada intinya, laki-laki itu tengah meminta izin pada Bibi Minami agar mereka bisa pulang secepat mungkin. Ya pasti itu. Quizer tidak mau memikirkan lebih lanjut. Lagi pula, saat ini dia jauh lebih penting untuk mendaftarkan diri pada kursus belajar Bahasa Jepang. Ini penting agar dia tidak menjadi terasing di tempat ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN