CN-36

1110 Kata
“Aku hanya kehujanan setelah pulang dari sekolah, Quizer. Hujannya cukup deras dan aku tidak membawa payung. Ya, siapa yang menduga jika perkiraan cuaca pada musim panas ini tidak sesuai? Bukankah seharusnya matahari cerah dan udara panas? Namun tadi siang malah turun hujan,” jelas Natsumi sambil memasang senyumnya. “Apa itu benar? Kamu benar-benar sakit karena air dingin?” lanjut Quizer yang masih tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Natsumi. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Natsumi mengembuskan napas. Dia seharusnya pergi saja kembali ke kamarnya. Namun, dia tidak akan berbohong jika saat ini perutnya sangat lapar. Di sekolah dia hanya sempat memakan roti dan s**u pemberian Akira—itu pun menjelang sore. Wajar jika wajahnya sangat pucat sekarang. “Bagi seseorang yang sudah lama meninggalkan pekerjaannya, kamu tidak tumpul,” ucap Natsumi. Kali ini dia sangat sadar dalam memuji laki-laki berdarah Inggris tersebut. Tentunya Quizer malah membelalak. “Tidak ... tidak, siapa pun yang melihatmu akan berpikir jika ucapanmu salah,” balas Quizer dengan cepat. Laki-laki ini sedang berkilah dan Natsumi dapat melihat melalui gerakan matanya yang ke samping kanan. “Bibi percaya dengan ucapanku, Quizer. Jadi, apa yang kamu pikirkan? Bagaimana caraku bisa sakit demam seperti ini?” ucap Natsumi  yang lalu meminum air hangatnya. Quizer menopang dagu sambil melihat Natsumi. Tidak ada satu pun yang dia lewatkan. Entah mengapa Quizer mengira ada sesuatu yang salah meski meminum air dingin pun sama berpengaruhnya dengan sekarang. Dia juga tidak punya bukti lain untuk menyangkal. Tanpa celah. Natsumi membuat alibi yang terlalu sempurna. Atau karena dirinya yang sudah terlalu lama tidak menyentuh kasus? Ah, rasanya tidak mungkin. Pertama kali ke Jepang saja, otaknya sudah dimanfaatkan oleh Natsumi untuk menguak kasus pembunuhan. Tidak. Ini bukan tanpa celah. Jika Quizer mengingat gadis ini pergi keluar. Ini adalah musim panas. Bisa saja karena terlalu panas, dia jadi sakit seperti saat ini. Quizer juga bisa mengingat saat siang menjelang sore. Suara hujan membuatnya tenang saat dia berada di rumah sakit karena kepalanya. Natsumi bisa saja kehujanan. Ya, itu lengkap. Ini membuktikan jika Natsumi berbohong. Alibinya bukan tanpa celah, tetapi bagi orang selain dia ... pasti akan setuju. Air dingin adalah alibi sempurna untuk orang yang sakit. Tiba-tiba raut wajah Quizer berubah menjadi terang dan dia menjentikkan jarinya. “Natsumi sepertinya kamu pergi ke luar rumah dan entah karena panas atau hujan. Kamu sepertinya sakit karena itu,” jelas Quizer. Natsumi mengulum senyum. Dia lalu mengangguk. “Benar, Quiz. Lalu bagaimana dengan kondisimu? Apa yang membuat kepalamu sakit?” “Kamu tahu darimana jika kondisiku tidak baik, Natsumi? Jangan-jangan kamu ini bisa melihat masa depan?!” ucap Quizer agak keras dan membuat Natsumi memelototi laki-laki itu. Tentu saja Quizer menggigit bibirnya dan menggaruk ke belakang kepalanya. Mereka sudah berbisik-bisik sejak tadi, tetapi laki-laki itu malah berucap kencang dan membuat Bibinya mendengar. Tentu saja ini sangat menyebalkan. Laki-laki itu pun menengadah ke atas langit. Masih malas untuk menatap Natsumi. Lagi pula orang waras mana yang akan melihat kemarahan seorang gadis? Apalagi yang dihadapi terlalu pintar. “Aku tidak memiliki kemampuan seperti yang kamu katakan, Quizer. Ini murni pemikiranku. Kamu dan Bibi tidak terlihat habis pulang dari akademi. Wajahmu juga lebih pucat daripada kemarin. Makanya aku mengira kamu sangat sakit sampai perlu dibawa ke dokter.” “Soal itu ... aku merasa ingatan lama masuk tiba-tiba ke dalam kepalaku, Natsumi. Aku juga tidak mengerti kenapa hal yang paling ingin kulupakan, malah masuk secara tiba-tiba,” ucap Quizer yang lalu mengembuskan napasnya. Natsumi tidak ingin berkata-kata lebih banyak. Dia hanya sibuk tersenyum dan memikirkan bagaimana yang terjadi. Pikirannya sudah terlalu banyak mendapatkan informasi. Meski begitu, dia tidak ingin melewatkan kesempatan untuk bicara dengan Quizer. Jadi dia mengangguk sesekali. “Aku mengingat bagaimana seseorang dibunuh di depanku. Lalu pendengaranku jadi sangat tumpul dan tidak ada yang bisa aku dengarkan. Namun, aku selalu merasa kalau ada sesuatu yang sedang mengganggu pikiranku saat ini. Sesuatu yang kulupakan dan ... aku tidak tahu kenapa aku tidak dapat mengingatnya dengan baik,” ucap Quizer sambil menunduk. “Saat ini kamu sedang menolak kenyataan soal kematian itu,” terka Natsumi sambil menatap lawan bicaranya, “Quizer, kenangan terburuk yang tidak begitu kamu ingat. Itu yang memicu kekuatanmu menjadi tumpul. Saranku, kamu tidak harus berdiam diri saja, hadapi masa lalumu.” “Melihat sebentar saja sudah membuat kepalaku sakit. Rasanya seperti tuli dan buta. Aku tidak siap menghadapinya,” ucap Quizer. “Akan ada waktunya Quizer. Ngomong-ngomong, sepertinya Bibi sudah selesai memasak. Bisakah kamu membantuku pergi ke ruang makan? Aku sudah sangat lapar,” bujuk Natsumi yang Quizer tidak tahu jika gadis berambut cokelat itu tengah mengalihkan pembicaraan. Natsumi akan merasa menyesal karena dia menolak keinginan Quizer untuk bercerita lebih lanjut. Hanya saja, dia tidak kuat lagi untuk berpikir. Bahkan dia merasa berat badannya akan segera turun jika terlalu banyak berpikir. Untuk hari ini,dia sangat kesal pada laki-laki. Ya, Quizer dan Kazuhiko sama-sama membuat dirinya pusing. Sejujurnya dia tahu apa yang Quizer katakan. Ada alasan di balik ketidakinginan laki-laki itu untuk mengurus kasus. Itu pula yang mendasari kenapa Quizer sangat takut pada darah untuk beberapa waktu. Ini salah satu tugasnya, tetapi ini lebih cepat daripada yang dibayangkan. Natsumi tidak menyangka jika hal seperti ini akan muncul begitu cepat. Padahal dia memprediksi jika semua ini akan terjadi akhir bulan. Tepat ketika laki-laki ini sudah masuk ke sekolah. Ada satu hal yang dia sayangkan. Dia tidak berada saat kejadian berlangsung. Ini adalah salah satu yang sedang dia tunggu-tunggu. Dia sempat mengira jika hal yang akan terjadi adalah hal lain. Kini dia berpikir jika Quizer mengingat sesuatu. Natsumi mengambil langkah ke dapur, tetapi tiba-tiba kepalanya kembali sakit. Ada dengung yang dapat dia dengar. Sepertinya inforrmasi hari ini sudah terlalu memberatkannya. Ingin rasanya tidur, tetapi perutnya terlalu kosong. Dia tidak tahan. “Natsumi, kamu kuat? Jika tidak, bibi akan menyuapimu,” ucap Bibi Minami. Sontak Natsumi menggelengkan kepalanya. Dia lalu menutup mata sejenak dan mengambil napas. Setelanya dia pun kembali melihat dengan jelas di mana Quizer dan Bibinya. “Terima kasih, Quizer, Bibi Minami. Aku baik-baik saja,” jawab Natsumi. Bibi Minami tersenyum lalu menyodorkan sup pada gadis itu. “Ne, Natsu-chan, bukankah besok tanggalnya kamu untuk melakukan pengecekan? Karena kamu tidak bisa ke agensi, aku akan menghubungi mereka untuk memeriksa keadaanmu di rumah. Bagaimana menurutmu?” Natsumi bungkam. Dia lalu teringat dengan ucapan Kazuhiko. Sejujurnya dia pun penasaran dengan apa yang akan terjadi. Jadi dia pun tersenyum. “Bibi, untuk kali ini berbohonglah pada mereka. Katakan saja jika aku ada tugas keluar kota. Tolong hubungi kepolisian juga untuk membuat surat palsu. Alasannya ... aku hanya ingin beristirahat layaknya manusia normal pada umumnya.”  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN