CN-37

1053 Kata
Quizer tidak bisa tidur. Apa pun yang ada di pikirannya saat ini mengganggunya, termasuk ucapan Natsumi. Bagaimana caranya dia bisa mengatasi trauma atau apalah itu. Dia mengakui kalau melihat sekilas saja malah membuatnya takut. Tidak siap untuk melangkah. Bahkan dia sudah pingsan dengan melihat satu adegan kecil. Kenapa dia dulu sangat dibenci dan apakah itu pula yang mendasari alasan paman dan bibinya membuang dia ke Jepang? Saat ini dia tidak dapat memahami maksud dari paman dan bibi. Dia juga menolak untuk percaya dengan apa pun yang mereka ucapkan. Bagaimana pun dia marah. Mengapa keluarga ayahnya malah membuang dirinya begitu saja, tidak akan pernah dia maafkan. Quizer pun mengembuskan napas dan menatap ke langit-langit. Sepertinya hari ini dia perlu istirahat. Ya. Seharusnya. Dia cukup terganggu karena tidak terdengar suara apa pun dari kamar di sampingnya. Tidak biasanya Natsumi sangat tenang. Meski sedang tidur, biasanya dia bisa mendengar suara Natsumi yang bergerak ke sana-sini. Namun sekarang dia tidak mendengar apa pun. Ya ampun, dia benar-benar khawatir. Takut jika pendengarannya sedang tumpul dan layaknya manusia normal lain. Dia memang menginginkan ini, tetapi tidak untuk sekarang. Quizer buru-buru bangkit dari tempatnya. Segera pula dia berlari ke ruangan sebelah. Tanpa mengetuk pintu, dia langsung masuk ke dalam kamar gadis berambut cokelat tersebut. Ternyata Natsumi tidur dan tidak bergerak sedikit pun. Benar, dia tidak menangkap suara apa pun, pendengarannya tidak tajam karena kenangan yang lama muncul kembali. “s**l,” guman Quizer sambil menutup sebelah wajahnya. Andai dia bisa, dia ingin meremas wajahnya sendiri. Kenapa pula dia harus merasa kesal. Ini yang diinginkannya selama ini. Tanpa sadar, gadis yang berambut cokelat itu pun mulai membuka matanya. Quizer segera saja berbalik dan berencana untuk pergi dari kamar Natsumi. Dia ingin menenangkan hatinya sendiri. Meski itu membuat dia makin banyak pikiran. Tidak ada yang bisa  diajak untuk berbagi pendapat. “Quizer, ada apa?” ucap Natsumi parau. Dengan cepat Quizer berbalik. Matanya membelalak ketika melihat Natsumi yang begitu lesu memanggilnya. Entah ini adalah doanya yang terkabul atau bukan, tetapi dia sangat bahagia. Buru-buru Quizer menghampiri gadis itu dengan cepat. Bersiap siaga jika orang yang sedang sakit ini memerlukan sesuatu. “Ini sudah malam, tengah malam. Kenapa kamu belum tdur dan malah sibuk mengganggu orang lain?” ucap Quizer sambil melihat wajah laki-laki itu dengan seksama. “Biar aku terka, kamu pasti sedang kesal. Apa ini masih berhubungan dengan kenangan lamamu, Quizer?” Mau tidak mau, Quizer pun mengembuskan napasnya pelan. “Dugaanmu memang benar.” “Lalu kenapa kamu harus pergi ke kamarku, Quizer? Tidak sopan bagi seorang laki-laki itu masuk ke dalam kamar perempuan tanpa izin. Lalu kamu melakukannya. Lebih buruk lagi jika Bibi Minami mengetahui apa yang kamu lakukan sekarang,” jelas Natsumi sambil mengembuskan napas. Dia masih menatap lawan bicaranya dengan seksama. “Aku ... hanya memastikan kemampuanku, tetapi sepertinya kemampuan ini masih dihalangi oleh kenangan itu. Jadi ... aku ingin mengajak seseorang untuk bicara, tetapi kamu juga perlu beristirahat,” ucap Quizer sambil memijat pelan tengkuknya, sementara mati laki-laki itu menunduk ke bawah. Meski samar, Natsumi dapat melihat rona merah dari pipi laki-laki tersebut. Sepertinya Quizer mulai terbuka padanya. Natsumi lekas memperbaiki posisinya dia pun tersenyum. Dengan wajah seperti itu Quizer sudah bisa memprediksi jika gadis berambut cokelatnya turut bersemangat dengan apa yang ingin dia bahas hari ini. Walau begitu, Natsumi terlihat sangat ingin mendengarkan. Tentu saja, informasi itu seperti makanan kesukaan bagi para detektif. Tak ayal baginya sendiri. “Jadi kamu ingin membahas apa? Ayo kita berdiskusi sekarang, tapi tolong tutupi pintu dan kita bicara bisik-bisik. Aku tidak ingin Bibi Minami malah terganggu dengan pembicaraan kita,” jelas Natsumi. Quizer lalu mengangguk menyetujuinya. Dia tidak masalah jika harus berbagi informasi dengan Natsumi. Ya, gadis ini mengetahui kemampuannya. Sudah tentu Natsumi mengetahui lebih lanjut soal informasi ini. Tentu, Quizer sangat meyakini apa yang dia katakan. Natsumi tidak hanya memiliki pemikiran selintas. Dia mungkin telah berhadapan dengan orang-orang yang sama sepertinya. Mungkin ini satu-satunya keuntungan yang dia miliki dari pembuangan dirinya ke Jepang. Natsumi ditakdirkan untuk mengungkap kemampuannya. Bahkan jika bisa, itu pun dia gunakan untuk menghapus kemampuan aneh di dalam tubuhnya. Dia ingin menelusuri kekuatan ini lebih lanjut. Tentang apa pun itu. “Kekuatanku ini tidak begitu tajam setelah aku mendapat kenangan masa lalu. Apa sebenarnya sesuatu yang menaikkan emosi dapat menahan kemampuanku? Natsumi ... tolong jelaskan. Aku yakin kamu memiliki banyak kenalan seperti diriku,” desak Quizer. Natsumi menopang dagunya. “Sejujurnya aku sendiri tidak yakin apakah aku memiliki banyak kenalan. Namun, aku akan mengusahakan untuk menjawab semua pertanyaanmu. Termasuk hal-hal yang aku ketahui tanpa melanggar kode etik dari agensi. Jadi kamu tenang saja.” “Jadi? Apa menurutmu itu benar?” tanya Quizer sekali lagi. “Quizer-san, kemampuanmu ini muncul sejak kamu masih kecil bukan? Lalu, kemampuan pendengaranmu ini tertahan karena suatu kenangan. Ini pasti kenangan buruk dan hati kecilmu tidak pernah ingin mengingatnya. Namun, kamu secara sadar ingin mengetahui tentang apa yang terjadi. “Memang ada beberapa peristiwa yang mengatakan kalau emosi dapat meningkatkan atau menurunkan kemampuan seseorang. Salah satunya terjadi padamu. Emosi yang kamu tidak inginkan datang dan membuatmu hidup seolah seperti manusia biasa. Ini tidak selamanya. Jadi kamu tenang saja. Dalam beberapa hari, kamu akan kembali normal. “Quizer-san, kamu tidak perlu murung. Semuanya akan baik-baik saja meskipun kamu tidak memiliki kemampuan dalam beberapa hari. Lagi pula, kamu menggunakannya hanya untuk mengawasi gerak-gerik atau pembicaraan kami. Sayangnya ... kamu sendiri tidak paham dengan apa yang aku dan Bibi Minami bicarakan, kan?” ucap Natsumi menyimpulkan segalanya dan laki-laki yang menjadi pendengar itu pun hanya bisa diam. Laki-laki itu meneguk ludahnya lalu menatap Natsumi dengan seksama. “Aku bukannya khawatir. Sejujurnya aku tidak pernah ingin diberkahi kemampuan pendengaran yang lebih baik daripada manusia normal umumnya. Hanya saja—” “Sepertinya ini sudah waktunya. Quizer-san, aku akan menjadi mentormu untuk mengembangkan kemampuanmu. Aku tahu kamu juga menyayangkan kemampuanmu ini. Jadi, biar aku membantumu,” potong Natsumi yang lalu tersenyum dengan ramah. Quizer menelan ludah, dia lalu melihat Natsumi kembali. Tatapan gadis itu sangat meyakinkan, belum lagi nada suaranya. Meski hanya berbisik, dia masih bisa merasakan bagaimana gadis itu tengah meyakinkannya. Seharusnya Quizer menolak, tetapi entah kenapa hati dan pikirannya berkata lain. “Mohon bantuannya, Nakagawa Natsumi,” ucap Quizer sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Natsumi. - - - - - - - - - - - - - - -
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN