“Dia butuh seorang teman, Ayah,” ujar Dieter lugas. “Kurasa kamu juga perlu memperhatikan bagaimana Thea bersusah payah mengatur jadwal kerja dan mengasuh anak dengan bantuan yang sedikit. Di atas seluruh kondisinya aku tidak perlu menjadi jenius untuk melihat bahwa dia kesepian. Ya, sekali lagi menurutku dia butuh teman.” “Dan kamu pikir kau cocok menjadi teman yang dia butuhkan?” “Kenapa tidak?” “Sejak kapan kamu puas memiliki hubungan dekat dengan perempuan hanya sebagai teman? Terakhir kali kamu berteman dengan perempuan itu adalah saat kamu masih sekolah dasar.” Ya, memang keputusan ini Dieter buat sejak tadi malam secara terpaksa. Mau bagaimana lagi? jika bukan ditawari hubungan pertemanan Dieter nyaris tidak bisa mendekati Thea. Mustahil pula dia mau menerima bantuannya jik