C.12 Close the Book

2561 Kata
~~ Mata, telinga, dan hati aku gunakan untuk melihat, mendengar, dan mencintai dirimu  ~~   Kejadian beberapa waktu lalu membuat rumah tangga Ara dan Dev benar-benar menjadi harmonis dan bahagia. Ara seakan melupakan semua kekesalannya dan rasa sakit hatinya dan menerima Dev kembali dalam kehidupannya. Dev yang tau hal ini tidak membuang kesempatan ini begitu saja, senin-jumat Dev bekerja, sabtu-minggu seratus persen meluangkan waktu dengan Ara dan Ario. Tak jarang mereka bertiga short holiday entah ke Bogor, ke Puncak atau ke Bandung hanya untuk meluangkan waktu berdua. Ketenangan Dev dan Ara hanya berlangsung dalam waktu beberapa bulan aja, hari ini Dev mendapat kabar dari atasannya bahwa dirinya akan ditempatkan sementara di kantor Semarang. Dev yang mendapat kabar ini merasa frustasi. “Gimana aku ngomong sama Ara masalah ini, kenapa juga harus di Semarang. Arrrgghhh,,” geram Dev. Sampai di rumah Dev sudah melihat Ara sibuk di dapur dan Ario maen di ruang tengah. Dev menghembuskan nafas kasar dan berusaha bersikap biasa aja. Dev berjalan ke dapur dan memeluk Ara yang sedang memasak. “Astaga Babe, kenapa kamu datang ga kasih salam sih, untung ayam ku ga lompat dari penggorengan.” Jawab Ara. Dev tertawa geli “Aku gemes sama kamu, seksi.” Bisik Dev dibuat mendesah. Ara yang mendengar hal itu jadi geli dan terbahak. “Ini rayuan ter-receh yang aku dengar,” goda Ara. “Aku ga mungkin ngasih kamu receh lah Honey, aku kan kasih kamu yang lembaran,” balas Dev konyol. Aku tertawa geli. “Sudah lupa tuh,” jawabku sambil mengusap perut Dev yang mendapatkan geraman dari Dev. “Ini sih kode banget bukan sih.” Kesal Dev. Aku makin tertawa dan meneruskan kegiatanku menyiapkan makan malam. Ya beginilah keluarga kami yang sederhana, kalau yang ga tau dikira kita ada pembantu, leyeh-leyeh manja rumah diurus pembantu. Kalian salah besar,hahaha. Aku dan Dev bisa dikatakan hidup sederhana, gaji kami berdua cukup untuk kehidupan sehari-hari, bayar cicilan rumah, mobil, dan nabung untuk masa depan Ario. Pagi aku bangun jam 4 untuk menyiapkan sarapan makan Ario selama sehari sekalian aku bersiap untuk ke kantor. Itu sebabnya aku lebih seneng makan di kantor daripada di rumah karena waktu sarapanku bisa untuk maen sama Ario dulu sebelum kerja. Berangkat kerja jam 6.30 karena Dev harus mengantar aku dulu baru ke kantornya. Pulang kerja jam 5 sore dan aku memutuskan untuk pulang lebih dulu karena Dev kadang pulang jam 6. Dan pulang kantor aku bukan leyeh-leyeh manja kaya jaman ABG, tapi di rumah aku siapin masakan buat makan malam, karena Dev bilang dia suka masakanku dibanding beli. Yaahh meskipun kadang kita juga makan diluar kalo aku terlanjur cape dan males masak. Tapi kalo ada yang muji dan suka masakan kita, rasanya kan kita semangat yah buat masak, bener ga?? Makanya aku usahakan buat pulang cepet dan masak di rumah. Abis kita makan malam, kita berdua quality time sama Ario maen bareng sampe dia tertidur. Dan untuk Meme hanya aku minta untuk mengasuh Ario dan kebutuhannya selama aku ga ada. Jadi Meme pulang ke rumahnya setelah aku datang.  “Babe mandi dulu, trus kita makan abis ini aku juga udah selesai masak kok.” Ucapku pada Dev yang sedang maen dengan Ario. Dev pun mengangguk dan pergi ke kamar. “Bunda, Io lapel.” Tiba-tiba Ario sudah berjalan ke dapur dan minta makan. “Sabar ya sayang, kita tunggu Ayah dulu. Oke?” pintaku Ario mengangguk dan mengangkat tangannya minta digendong. Aku menuruti keinginannya dan menggendongnya lalu mendudukkan Ario di kursi makannya. Tak berapa lama Dev muncul dengan rambut yang basah dan wangi sabun mandinya yang membuatku mendadak geli. “Astaga, Babe kamu beneran mandi air, apa mandi parfum?” ledekku pada Dev. Dev yang mendengar perkataanku langsung tertawa, “Apa aku udah bikin kamu h***y?” jawabnya dengan senyum tengil. Aku terbahak, “kenapa sih daritadi ngomongin soal s**********n mulu.” Jawabku sambil memukul bahunya. Dev langsung menarik pinggangku dan menciumku sekilas. “Babe kamu ih,,kan ada  Io, malu.” Kataku tapi menunduk ke leher Dev. Dev tertawa bahagia, “Gemesin ihh,,kamu ini,,boleh sekarang aja ga?” ucap Dev konyol. Aku makin kesal dan memukul dadanya, “Ayo lepas ga, aku gigit sih kalo ga kamu lepasin.” Ucap ku kesel. Dev melepaskan pelukanku dan makin menggodaku, “Mau dunk digigit wanita cantik dan seksi,” sambil menaikkan alisnya. “Udah ah, ayo makan kasihan Io udah laper.” Aku berlalu dari Dev dan duduk di kursiku. Dev masih tertawa dan mengikuti. ♥ Tanpa terasa kepergian Dev ke Semarang tinggal satu bulan lagi namun Dev belum mengatakan masalah ini ke Ara. Dev yang dilanda kegelisahan, mau tidak mau malam ini harus mengatakannya pada Ara. Dev berpikir bagaimana caranya meredam kekecewaan Ara terkait kepindahannya. Dalam perjalanan pulang Dev yang masih bingung memutuskan untuk menyalakan audio di mobil dan mengalun lagu Terlalu Manis-Slank. “Kenapa lagunya begini, malah tambah galau.” Gerutu Dev dan langsung mematikan audio mobil. Tiba-tiba Dev melihat toko bunga dan memutuskan untuk membeli bunga untuk istrinya.  Dan meletakkan buket bunga krisan putih, pink dan kuning ke dalam mobil. “Semoga Ara suka dan tidak terlalu kecewa soal kepergianu.” Gumam Dev dan menyalakan kembali mobilnya. “Honey, I’m home. Assalamualaikum.” Teriak Dev saat membuka pintu rumah. Dev celingukan ke seluruh rumah tapi tak menemukan Ara termasuk Ario. Dev meletakkan buket bunga dan mengambil ponselnya di kantong, menelpon Ara. Tak lama kemudian Ara mengangkat telepon dan menangis. “Hallo Babe, aku sama Ario di rumah sakit, Ario muntah-muntah, aku takut.” Jelas Ara sambil terisak. Dev menegang mendengar hal ini. “Di rumah sakit mana, aku kesana.” Jawab Dev kemudian mengambil kembali kunci mobil dan tas nya. Setelah mendengar rumah sakit yang dimaksud, Dev pun menjalankan mobilnya ke rumah sakit yang dimaksud. Sampai disana, Dev ke UGD seperti yang sudah dikatakan oleh Ara. Dan tak lama Dev menemukan Ara dan Meme yang sedang menunggu Ario tertidur. “Honey, gimana keadaan Ario?” Tanya Dev yang sudah berada di belakang Ara. “Babe, kasihan Ario, aku sampe takut dia muntah-muntah terus.” Isak Ara sambil memeluk Dev. “Tenang kamunya, nanti Io tambah nangis tau kamu sedih gini,” ucap Dev sambil mengusap punggung Ara. Ara mengangguk dan melepaskan pelukan. “Kata dokter Ario ada infeksi di saluran pencernaan makanya muntah-muntah, ini masih dikasih obat dari infus dulu untuk tau reaksinya.” Jelas Ara. Dev langsung menoleh dan melihat tajam ke Meme, Meme yang ditatap Dev langsung menunduk takut. “Tadi Io makan apa kok bisa muntah-muntah?” Tanya Dev sengit. “Saa,,saya suapin makanan yang biasanya Ibu siapin pak, saya ga kasih macem-macem. Tapi dari siang dek Io emang sudah ga mau makaan, maunya minum s**u aja.” Jelas Meme takut. Aku yang melihat Dev mulai emosi, langsung membelai pipinya daan memeluk pinggangnya, “Dev ini bukan salah Meme, tapi Io emang ga fit dari kemarin setelah berenang sama kita weekend kemarin.” Jelasku. Perlahan emosi Dev menurun dan memelukku, “Maafin aku Honey, aku takut Ario kenapa napa.” Lirihnya sambil mencium kepalaku. “Kita berdoa aja ya mudah-mudahan Ario bisa cepet pulang.” Pintaku pada Dev dan Dev mengangguk. Hampir dua jam kami menunggu akhirnya dokter memperbolehkan Ario pulang dan cukup beristirahat di rumah. Kami semua pun lega. ♥ Setelah kejadian Ario yang dilarikan ke rumah sakit, Dev belum sempet kasih tau Ara soal kepergiannya. Akhirnya malam ini Dev bertekd untuk member tau Ara, karena waktu keberangkatannya semakin dekat. Ara masuk ke kamar dan melihat Dev sedang maen ponsel di kasur. Dev yang tau Ara sudah selesai menidurkan Ario pun menoleh dan memanggilnya untuk mendekat. “Ada apa Babe?” Tanya Ara saat sudah ada di samping Dev. Dev menggeser posisinya dan memeluk Ara, Ara merasa ada yang aneh menoleh ke arah Dev. “Kenapa sih, kayanya ada yang mengganggu pikiran kamu?” Tanya Ara dengan nada ga sabar. Dev menghela nafas sesaat, “Aku akan dipindahkan di kantor Semarang untuk sementara Honey, aku bingung gim—” belum selesai Dev berkata tapi Ara sudah melepaskan pelukan Dev dan membuat jarak. “Kapan kamu berangkat?” Tanya Ara datar. “Kira-kira 10 hari lagi, tapi kalo kamu masih mau aku –” kembali perkataan Dev dipotong oleh Ara. “10 hari lagi dan kamu baru bilang sekarang, maksud kamu apa?” cecar Ara. “Aku ingin mengatakan ini jauh-jauh hari tapi selalu ga sempet, terakhir saat aku mau bilang Ario masuk rumah sakit,” jelas Dev cepat sebelum dipotong lagi oleh Ara. Ara hanya bisa tertunduk dan cairan bening keluar dari pelupuk matanya. “Bagaimana quality time kamu sama Ario?” ucap Ara mulai serak. “Sebulan sekali aku akan kesini ketemu kamu dan Ario pas weekend, hmm” jawab Dev tegas. Ara mendongakkan kepala dan hanya bisa mengangguk. Dev yang melihatnya pun lega dan langsung memeluk tubuh Ara. “Apa penempatanmu ini selamanya?” Tanya Ara sesaat setelah mereka berpelukan. Dev menggeleng “Enggak kok hanya sementara mungkin 1 tahun paling lama, bosku yang bilang begitu. Jadi pliss sabar ya Honey setaun ini.” Pinta Dev kepada Ara. Ara hanya mengangguk kembali, “Yaudah yuk kita bubu kan besok masih kerja lagi.” Ucap Dev kepada Ara kemudian mereka pun merebahkan badan dan saling memeluk satu sama lain. “Dev,,apa kamu bisa menjaga hatimu untuk kita” pinta Ara karena selama percakapan tadi ada satu hal yang dikhawatirkan oleh Ara. Dev yang tau maksud pembicaraan Ara semakin mengeratkan pelukannya “Aku pasti menjaga hati ini untukmu Ra tanpa kamu minta, karena duniaku adalah kamu dan Ario.” Jelas Dev. “Tapi, yang aku.. –” belum sempet Ara selesai Dev sudah memotongnya “Aku tau yang kamu pikirkan, aku tidak akan bersama dia lagi, itu janjiku padamu. Please trust me okay” pinta Dev.   “Nite Dev, Love U” ucap Ara menutup matanya. “Nite Honey, I Love you too more than you know” balas Dev. ‘Aku akan pastikan hanya kamu dan Ario yang aku perjuangkan dan yang menjadi keluargaku, bukan dia.’ Batin Devio sambil menutup matanya. ♥ Kepindahan Dev tinggal seminggu lagi, aku rasanya masih kesel tau Dev mendadak pindah ke Semarang. Bukan masalah pindahnya sih sebenarnya tapi karena Dev yang bisa-bisanya ga langsung ngomong ke aku perkara ini cuma alesan bingung mau ngomongnya. Aneh. Hhhh,,,kini daripada aku repot dengan rasa kesal di hati mending kita menghabiskan waktu bersama sebelum Dev kerja di Semarang. Jika inget Dev bakal kerja di Semarang satu hal yang aku kuatirkan, apalagi kalo bukan wanita itu. Kalo boleh milih mending Dev pindah tugas ke kota lain deh daripada di Semarang. Ketakutanku hanya satu, gimana kalo Dev lupa kalo dia punya aku dan Ario di Jakarta malah dia seneng-seneng sama wanita itu di Semarang. Astaga,,enggak,,enggak,,aku ga boleh mikir kaya gitu deh. Semoga semua baik-baik aja. Amiin. “Hey,,ngelamun bae,” colek Ratna saat melihat aku lagi melamun. Aku cuma nyengir tanpa dosa. “Kamu kenapa sih, kayanya beberapa hari ini keliatan suntuk. Banyak kerjaan?” kembali Ratna bertanya sambil menarik kursi dan sudah duduk di sebelahku. Memang sih, temen-temenku ini pada belum tau masalah Dev yang akan pindah ke Semarang. “Dev akan dipindah tugas ke Semarang minggu depan.” Curhatku sambil menunduk. Sontak perkataanu langsung menarik perhatian Astri  juga yang mulanya Cuma pasang kuping doank. “Demi apa lu?” kata Astri. “Emank pembahasan ginian bisa dipake becanda?” sahutku datar. “Kok mendadak?” Ratna beda lagi responnya. “Udah dari sebulan lalu infonya tapi Dev baru ngomong ke aku seminggu lalu.” Jawabku sambil meletakkan kepalaku di meja. “Lama ga sih?” akhirnya Astri bener nanyanya. “Bilangnya Cuma setaun.” Sahutku lagi. “Trus ketemu kaliannya kapan?” ujar Ratna. “Dev bilang sebulan sekali bakal tetaap kesini buat tengokin kita.” Jawabku datar. “Kamu sabar aja kan cuma setaun long distance lagian sebulan sekali masih ketemu kan? Ada kita kalo kamu kesepian.” Hibur Astri dan aku mangut-manggut. ♥ Pagi ini seperti biasa aku menyiapkan sarapan buat Dev dan makan buat Ario. Hari ini tiga hari menjelang keberangkatan Dev tapi aku malah bingung saat melihat Dev santai dengan pakaian rumah. “Kamu ga ke kantor Babe?” Tanya ku pada Dev. Dev melihatku sebentar “Enggak aku cuti 2 hari ini sebelum weekend ini aku berangkat ke Semarang. Aku mau maen sama Ario di rumah aja.” Ucapnya yang bikin aku mellow. “Tapi aku kerja gapapa?” tanyaku dan Dev mengangguk. “Kalo gitu besok aku suruh Meme ga usah kesini ya, biar dia ga canggung juga karena ada kamu disini.” Kataku. “Sekarang juga ga usah kesini Honey, biar aja hari ini aku yang jagain Ario.” Sahut Dev. Aku mengangguk dan coba menghubungi Meme dan kebetulan Meme juga ada keperluan jadi ga bisa jagain Meme hari ini. Rapi sarapan dan bersiap aku pun ke kantor diantar Dev dan Ario, entah kenapa rasanya ke kantor dianter rame-rame (padahal cuma berdua doank ya,,gaya aja bilang rame-rame) begini kaya mau perpisahan yang bakal lama banget ga ketemu. “Ario yang pinter ya sama Ayah di rumah, okay.” Pintaku dan Ario ngangguk, aku cium tangan Dev, malah Dev menarik tanganku dan kami berciuman singkat, “Babe, kamu ini kan ada Io, nanti dia bisa mikir macem-macem.” Sungutku tapi Dev santé aja dan saat aku liat ternyata Dev sudah menutup mata Ario dengan satu tangannya lagi. “Tenang Honey, aku udah prepare kok” jawabnya sambil nyengir, aku geleng-geleng aja. Aku turun dan melambaikan tangan saat mereka mau melajukan mobil. Mendekati jam makan siang, ada pesan di ponselku, sepintas aku lirik muncul nama Dev disana. Hubby Makan siang bareng yuk, aku jemput ya Me Boleh, tapi ga bisa lama Hubby Iya kita cari deket kantor kamu aja Me Deal. Kalo udah otw kabarin aku nunggu di lobby. Kini kita ada di salah satu area makan deket dengan kantorku. Aku melihat interaksi Ario dan Dev yang seakan-akan mereka ga bakal ketemu lagi. Aku lupa kasih pengertian Ario bahwa nantinya dia akan jarang ketemu sama Ayahnya dan itu PR buat kita berdua buat kasih pengertian ke Ario. Selesai makan siang, aku balik lagi ke kantor dan Dev kembali ke rumah. Sebelumnya di dalam mobil saat perjalanan ke kantorku Ario mengatakan hal yang membuatku tidak bisa konsen bekerja. “Ayah, kenapa hari ini ga kerja? Ayah sakit?” Tanya Ario polos. “Enggak Sayang, ayah Cuma mau maen sama Ario di rumah.” Jawab Dev. “Apa Ayah mau pergi ya kok maen terus sama Ario” kata Ario yang sontak membuat aku dan Dev saling berpandangan. “Kenapa Ario bisa mikir gitu?” tanyaku pada Ario. “Io,,liat di tipi dari film yang diliat mbak Meme gitu, abis maen sama Ayah, ternyata ayahnya pergi.” Jelasnya polos. Aku rasanya kesel dan pengen jitak si Meme yang nonton acara sembarangan pas ada Ario. “Sudah itu Cuma di tivi sayang, ga usah dipikirin yah,” jawab Dev sambil mengusap kepala Ario yang kini ada di pangkuanku. “Kita tetep mesti jelasin ke Ario Babe, gimanapun juga nanti dia pasti nanya kamu kalo ga ada.” Kataku menjelaskan. “Iya nanti kita jelasin pake bahasa dia pas di rumah aja.” Kata Dev berusaha santai meskipun aku tau ada rasa gelisah dalam kata-katanya. ♥ Sabtu malem Dev berangkat ke Semarang dengan kereta, Ario yang ga paham situasi ini malah tertawa saat tiba di stasiun karena melihat banyaknya kereta. Dev dan Ara yang melihatnya hanya bisa tersenyum. “Jangan lupa nanti kabarin yah Babe kalo udah sampe” pintaku yang dibalas anggukan oleh Dev “Pasti Honey, belum berangkat aja aku sudah merindukanmu dan Ario.” Keluh Dev dan Ara hanya tertawa. “Ayah, Io ikut,” pinta Ario yang mendadak Ara jadi sedih dan mulai berkaca-kaca. “Hey, my boy Ayah kan mau kerja, nanti kalo Io ikut yang jaga bunda sapa?” sahut Dev mulai serak seperti menahan tangis. “Ahh,,iya..kasian kalo Bunda sendirian, nanti nangis.” Celetuk Io yang malah bikin Ara dan Dev tertawa. Terdengar panggilan keberaangkatan dari pengeras suara stasiun yang menandakan kereta yang Dev naiki akan berangkat. “Kamu hati-hati yah,” nasehat Dev sambil memeluk dan mencium kepala Ara. Ara hanya mengangguk “Kamu juga jangan lupa selalu kabarin kita.” Rengek Arad an tanpa diduga Dev mencium bibir Ara sekilas. Ara yang masih kaget dengan sikap Dev hanya bisa diam “I will miss this face” ucap Dev sambil mengelus pipi Ara. “Astaga Dev kamu bikin malu.” Cicit Ara tapi membuat Dev tersenyum. Kemudian Dev mencium pipi Ario dan memeluknya. Dev berjalan ke pintu keberangkatan dan melambaikan tangan ke kami.   ‘Hanya Allah yang tau betapa takutnya aku kehilangan kamu Asmara’ batin Dev dengan perasaan kalut.   ‘Aku percayakan diri dan hatimu pada Allah karena aku sudah menutup luka itu dan memilih bersamamu dengan harapan luka itu tak pernah kau buka lagi.’ Batin Ara dengan meneteskan air mata.   Di sudut lain ruang tunggu stasiun, seorang pria menatap Ara yang menggandeng Ario dengan intens. ‘Bahkan setelah dua tahun aku tak melihatmu, kau masih bisa menggetarkan hati dan mengacaukan pikiranku.’ Lirih pria itu.   Tak lama Ara menyadari seperti ada seseorang yang melihatnya dan Ara melihat sekeliling namun nihil, dia tak menemukan orang yang dimaksud. ***** See you next part Love Hug Kiss
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN