~~ Cinta sejati sebenarnya adalah cinta Ibu kepada Anaknya ~~
Dua tahun kemudian
Tak terasa kini Ario udah berusia dua tahun, kelucuan Ario dan tingkah laku Ario mampu menjadi obat luka di hati Ara selama ini. Selama Ario tertawa, tersenyum dan bertingkah lucu membuat hati Ara ikut bergembira.
Hubungan Ara dengan Dev sendiri di depan banyak orang terlihat baik-baik aja dan harmonis. Sedangkan kenyataannya Ara bersikap biasa aja bahkan binar bahagia dan tatapan penuh cinta mulai meredup. Dev yang menyadari perubahan ini berusaha sabar dan menerima perlakuan Ara, karena Dev sadar apa yang dilakukannya tidak bisa dilupakan oleh Ara begitu saja.
Ara bukannya tidak tau perasaan Dev, tapi Ara lebih memilih tidak mau tahu dan fokus membesarkan Ario, meskipun Ara tidak melarang Ario untuk berdekatan dengan Dev, karena bagaimanapun Ario adalah anak Dev.
Hingga suatu malam Dev yang sudah bersiap untuk tidur, duduk di ranjang mereka sambil memainkan ponsel. Ara yang baru masuk ke kamar setelah menidurkan Ario hanya melirik Dev sesaat.
Dev sadar akan sikap Ara berusaha mencairkan suasana “Bunda, Ario sudah tidur?” Tanya Dev meskipun sudah tau jawabannya. “Sudah dari satu jam lalu” jawab Ara.
Hening.
Ara berjalan ke tepi ranjang lalu menghela nafas kasar, Dev menyadari hal itu sedikit menegakkan tubuhnya berniat untuk menegur Ara tapi Ara melanjutkan apa yang ingin diucapkannya.
“Sampai kapan kamu bertahan denganku dan Ario dengan situasi dan kondisi begini?” Tanya Ara menahan kesal. Dev yang mulanya bingung maksud sang istri melihat raut kesal sang istri Dev mulai sadar makna di balik kata-kata itu.
“Sampai aku dapet maaf dari hatimu.” Jawab Dev tanpa ragu.
“Kalau hatiku sudah tidak bisa percaya sama kamu lagi?” Tanya Ara kembali.
“Berarti aku harus terima keadaan ini, asal aku dekat sama kamu, melihat pertumbuhan Ario bagiku itu sudah cukup, meskipun aku tau hatimu sudah terluka karena perbuatanku.” Balas Dev dengan tatapan sendu.
“Beri aku satu alasan kenapa kamu selingkuh dan kenapa kamu bertahan bersama kita, sedangkan kamu tau dari awal aku tidak suka yang namanya pengkhianatan.” Cecar Ara menahan geram.
“Itu kecelakaan, dan dalam hatiku cuma ada kamu Asmara tidak ada yang lain, bahkan saat bersama dia aku masih memikirkan kamu.” Jelas Dev berharap Ara akan memaafkannya.
Ara yang mendengar kata ‘kecelakaan’ mulai mempertanyakan maksud dari kata-kata kecelakaan, ‘Apa mungkin Dev juga punya anak dari hasil kecelakaannya itu?’ Ara cepat-cepat menghapus pikiran itu.
“Saat ini aku memaafkan kamu, jadi aku harap kamu bisa cerita sejujurnya, dan tentu saja cerita kamu nanti akan mempengaruhi apa yang aku putuskan, apa kamu tetap memilih bertahan atau aku yang pergi.” Kata Ara dengan kalimat penuh penekanan.
Dev mempertimbangkan perkataan Ara, pilihan yang sama-sama buruk bagi Dev, namun Dev juga harus memikirkan apa yang akan dipikirkan oleh Ara jika dia tau ada anak diantara perselingkuhan mereka. Tentu Ara semakin membencinya.
“Kamu ingat Dev, saat awal aku menerima kamu jadi kekasihku, aku sudah mengatakan padamu satu hal yang tidak bisa aku maafkan, yaitu Perselingkuhan. Aku tidak peduli berapa banyak mantanmu, hartamu bahkan keburukanmu di masa lalu. Asalkan kamu tidak selingkuh dariku. Aku juga mengatakan lebih baik kamu putuskan aku jika bosan daripada kamu selingkuh. Kamu masih ingat itu Dev?” kata Ara menoleh ke arah Dev yang kini hanya bisa diam mematung.
Dev yang mendengar kata-kata itupun langsung teringat awal mereka menjalin hubungan.
Flashback Hubungan Asmara dan Devio
Malam itu, Devio menghadiri acara pernikahan teman sekantor yang sebenarnya usianya lebih muda daripada dia. Dan bagi Dev itu tidak masalah mengingat jodoh itu ada di tangan Tuhan dan setiap manusia pasti memiliki jodoh masing-masing dengan waktu yang tak diduga.
Pesta yang dihadiri cukup meriah di salah satu resto besar yang ada di Jakarta, kini disulap dengan dekorasi ala pernikahan modern. Dev memperhatikan konsep pesta ini lebih ke private wedding karena sepertinya yang diundang tidak banyak orang.
Setelah bersalaman dengan mempelai berdua, Devio mengitari area pesta dan memilih beberapa menu makanan yang ingin disantap hingga Dev melihat seseorang yang mampu membuat hatinya berdesir hanya dengan melihat wajahnya dari samping.
Wanita dengan gaun biru mint yang anggun, rambut disanggul modern dan lehernya yang putih jenjang terlihat sempurna dan menggoda Dev untuk menciumnya. Tanpa sadar tubuh Dev menegang seketika.
‘Sial, apa ini namanya cinta, melihatnya seperti ini saja sudah membuatku sesak napas.’ Batin Dev.
Belum selesai Dev mengagumi ciptaan Tuhan kini wanita yang membuatnya terpesona sedang tersenyum dengan manisnya yang membuat detak jantung Dev makin tidak karuan hanya melihat senyuman itu.
Devio yang melihat sekeliling dan orang-orang yang di sekitar wanita tersebut merasa gadis itu teman dari mempelai wanita, karena dari kerumunan teman-temannya sendiri tidak ada yang dekat dengan gadis itu.
Demi detak jantung dan rasa penasarannya Dev memberanikan diri untuk menghampiri wanita itu, minimal tau nama dan alamat, pikir Dev kala itu. Saat melihat gadis itu sedang mengambil salad buah sendirian, Dev pun tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mendekatinya.
“Permisi, suka salad buah?” Tanya Dev yang tiba-tiba dia berasa bodoh menanyakan hal itu, karena siapa aja boleh mengambil ini kan? Tanpa harus suka dengan makanan yang diambil.
Wanita itu hanya tersenyum dan mengangguk. ‘God, bahkan melihatnya sedekat ini membuatku ingin memeluknya seketika ini juga, benar-benar wanita yang menarik.’ Ujar Dev dalam hati.
Sadar wanitanya akan pergi Dev pun mengikuti dan berusaha mengajak bicara. “Hai, apa boleh kita ngobrol sebentar?” Tanya Dev kemudian yang menghentikan langkah wanita itu. “Dengan ku?” Tanya wanita itu dengan tampang bingung. Dev yang merasa gayung bersambut pun mengangguk.
“Apa kita saling kenal?” Tanya wanita itu. Dev bukan menjawab pertanyaan itu malah menyodorkan tangannya dan memperkenalkan diri “Namaku Devio, kamu?” wanita yang bingung itu sempet ragu namun melihat tangan Dev yang sudah terulur dia merasa tak tega, apalagi melihat tatapan mata yang menenangkan dari manik hitam Dev.
“Asmara, biasa dipanggil Ara.” Jawab wanita yang bernama Ara itu.
Setelah perkenalan itu mereka berdua sempet bertukar nomor ponsel, tapi tak diduga oleh Dev ternyata Ara adalah wanita yang susah untuk didekati. Untuk bisa mengenal Ara Dev harus berusaha lumayan keras untuk mencairkan keadaan diantara mereka.
Finally perjuangan Dev pun tak sia-sia, saat ada kesempatan bertemu dengan Ara tepatnya empat bulan setelah saling mengenal, Ara akhirnya mau untuk diajak jalan berdua dengan Dev.
Dev yang sudah berdandan rapi dan bersiap untuk menjemput Ara di tempat tinggalnya, melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang untuk segera bertemu Ara.
“Sudah siap?” Tanya Dev saat Ara sudah berdiri di depan pintu rumahnya. Dev terkesan dengan penampilan Ara yang rapi, casual, tapi tidak mencolok, natural sehingga wajah cantiknya tampak menarik.
“Ayo, aku udah siap kok, aku kunci pintu dulu ya,” jawab Ara kemudian yang menyadarkan kekaguman Dev.
Di dalam mobil mereka tidak saling bicara hanya suara radio yang memutar lagu Secret Love Song-Jason Derulo yang membuat Dev jadi baper dan sesekali membenarkan letak duduknya.
Ara yang melihat gelagat Dev akhirnya tidak bisa menahan diri untuk bertanya. “Apa kamu sakit Dev?” Dev yang mendapat pertanyaan dari Ara sedikit kaget namun segera menjawab, “No, I’m okay.”
“Jadi kita akan kemana?” Tanya Ara kemudian yang sedikit asing dengan arah tujuan mereka.
“Makan, jalan-jalan, atau kamu punya tempat tujuan lain?” jawab Dev tapi kembali bertanya. Ara hanya mengedikkan bahu, “Kita sudah ada di pinggir kota kalo balik lumyan makan waktu, aku sih ikut aja gapapa, ga mungkin kan kamu ga punya tujuan ngajak aku pergi.” Jawab Ara pada akhirnya.
Dev yang menyadari jawaban Ara dibuat kagum ‘Ini cewek emank pinter, punya cara pikir yang beda, ga salah kalo aku jadi jatuh cinta sama dia’
Beberapa menit kemudian akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Ara yang melihat tempat tujuan tersebut sempet dibuat kagum, karena di pinggiran kota ada tempat yang seperti ini.
“Apa kamu ga suka kalo kita makan disini?” Tanya Dev saat melihat ekspresi Ara.
“Aku ga nyangka ada tempat kaya gini di sekitar Jakarta.” Jawab Ara sambil menggeleng. Dev yang mendengarnya tersenyum simpul.
“Ayo turun kalo gitu.” Ajak Dev, Ara pun mengikuti Dev keluar mobil.
Sebuah tempat makan tapi memiliki nuansa alami dengan tempat makan yang dibuat lebih tinggi dari tanah sekitar seolah-olah ada di atas tebing. Konsep yang bagus, dengan tatanan lampu kerlip taman yang menambah suasana romantis dan hangat bagi pengunjung. Di pintu masuk café terdapat tulisan ‘Welcome to Hi-Pa(High Place)’ nama yang cukup unik untuk ukuran tempat makan. Melewati pintu masuk pengunjung disambut dengan nuansa hommy dan nature dengan bunyi gemericik air.
Ara yang merasa tempat ini terlalu romantis mulai merasakan kecurigaan, ditambah Dev memilih tempat yang outdoor sehingga pengunjung bisa melihat view ‘tebing’ dan bintang di langit serta kerlip lampu yang ada di dekat taman.
Setelah memesan makanan dan pelayan kafe tersebut meninggalkan mereka berdua, kembali Ara bertanya karena rasa penasarannya.
“Apa tempat ini tidak terlalu bagus untuk dikunjungi kita berdua” pertanyaan iu sukses membuat Dev bingung.
“Kenapa kamu bilang tempat ini terlalu bagus? Apa aneh jika kita datang kesini?” Tanya Dev kembali.
“Entahlah aku merasa terlalu romantis aja berada di tempat seperti ini hanya denganmu, kecuali kalo kita ada sesuatu yang spesial,” jawab Ara cuek tapi sukses membuat Dev deg-degan.
Dev menghembuskan nfas perlahan, “Jika memang ada hal spesial apa itu bisa merubah pandangan kamu terhadapku?” Tanya Dev cemas.
Ara bingung dengan pertanyaan Dev, “maksudnya?”
Dev yang hendak menjawab itu harus tertunda karena pelayan mengantarkan makanan, jadi mereka melanjutkan makan terlebih dahulu. Pembicaraan mereka pun seputar pekerjaan, hobi dan sejenak melupakan maksud pertanyaan tadi.
Selesai makan Ara menanyakan kembali perihal perkataan Dev tadi, dengan jantung yang membuat Dev harus bernafas susah payah, Dev mengutarakan niatnya.
“Mungkin ini terlalu cepat untukmu Ra, tapi aku sudah tidak bisa menahan perasaan ini lagi kepadamu.” Ara terkejut dengan yang dikatakan Dev dan berharap feelingnya salah tapi Dev melanjutkan kata-katanya “Aku berharap kita bisa menjadi kekasih dan nantinya jadi istriku, aku mencintaimu.” Ara yang mendengarnya benar-benar diam membisu dan membuat lidahnya kelu.
Dev menyadari ekspresi Ara yang sulit diartikan membuat Dev kembali berkata “Aku ga akan memaksa kamu untuk menjawabnya sekarang, kamu pasti perlu waktu, tapi ijinkan aku untuk tetap dekat denganmu, apapun hasilnya nanti aku akan terima.”
Mendengar kata-kata itu, dalam hati Ara terbersit rasa iba, melihat tatapan Dev yang tulus terhadapnya membuat Ara bimbang. Setelah menghembuskan nafas kasar Ara baru bisa mengeluarkan suaranya “Maaf aku memang butuh waktu untuk menjawab semua ini, karena ini memang terlalu cepat untuk kita berdua. Sebelum kamu memutuskan untuk tetap dekat denganku, aku rasa kamu perlu tau hal apa yang tidak aku sukai dalam menjalin hubungan.”
Dev yang melihat raut wajah Ara yang serius membetulkan posisi duduknya, “I’m listening.”
Ara menceritakan sedikit mengenai masa lalunya, termasuk orang terakhir yang ia cintai, “Aku bisa pastikan sampai hari ini dan nanti aku sudah melupakan perasaan itu, tapi tidak mungkin aku melupakan kenangan itu. Bisakan kamu membedakannya?” Dev mengangguk.
Ara melanjutkan kembali “Dan hal yang tak aku sukai adalah kebohongan dan pengkhianatan dalam hubungan, aku sampai hari ini jujur aja belum tau kondisi psikologis dan kemampuan kamu menghadapi diriku bagaimana, termasuk caramu berbohong kepadaku.” Mendengar kata-kata Ara tersebut Dev sempat bingung.
Dan Ara yang memahami itu langsung melanjutkan kata-katanya “Maksudku adalah aku tidak tau seberapa besar kamu dapat menahan godaan wanita lain diluar sana mengingat aku yang B ajah, tidak cantik, tidak sexy. Jika sekali saja aku tau kamu benar-benar selingkuh bukan cuma tindakan bermesraan-it’s mean kaya pegang tangan cewek lain- yang masih bisa aku maafkan kalo cuma bermesraan. Tapi kalo sudah selingkuh no excuse to forgiveness.”
“Simplenya sih, aku tidak menerima alasan apapun untuk tindakan perselingkuhan even kamu selingkuh karena aku yang salah, better you tell me the truth and I will let you go.” Jelas Ara diakhir kalimatnya.
Dev yang mendengar hal itu langsung tersenyum dan memegang tangan Ara yang sontak membuat Ara kaget. “Aku mencintaimu, bagaimana bisa aku selingkuh dan memikirkan wanita lain.” Jawab Dev meyakinkan.
Flashback End
Dev mengusap wajahnya menyadari ingatan pada waktu itu membuatnya menghela nafas berat. Ara yang melihat diamnya dan tindakan Dev menyadari bahwa Dev melupakan perkataan Ara beberapa waktu lalu.
“Mulai ingat apa yang sudah kamu katakan waktu itu, hmm.” Selidik Ara dengan nada meremehkan.
“Aku tau Sayang, tapi aku beneran ga ada niat selingkuh, aku waktu itu hanya reuni saat di Semarang dan kemudian aku sempet mabuk dan lelah akhirnya dia mengajakku pulang, entah kenapa aku malah ada di rumahnya.” Jelas Dev kondisi saat itu tapi malah membuat Ara meradang.
“Haahh,,alasan klasik, apakah mabuk waktu itu berlanjut menjadi pelukan dan ciuman di kening, haa.” Cecar Ara geram dan terkekeh.
Dev yang mendengar kata-kata itu langsung tubuhnya menegang.
“Sudahlah Dev, kalo itu kecelakaan sekali aku tidak peduli, tapi ini sudah berkali-kali bahkan seakan-akan kamu punya istri kedua. Aku ingin tidak percaya, tapi suami selingkuhanmu itu yang memberikan semua laporan kegiatan kalian padaku.” Jelas Ara akhirnya dan langsung membuat Ara berdiri meninggalkan kamar mereka.
Buuumm..
Ara membanting pintu kamarnya dan memutuskan untuk tidur di kamar Ario. Dev yang tau Ara meninggalkannya semakin merasa frustasi, dan bingung darimana lelaki itu dapat nomor Ara.
Sedangkan dia dan lelaki itu sudah ada perjanjian untuk merahasiakan hal ini asalkan Dev tidak menemui dia lagi.
###
Paginya Ara sudah menyiapkan sarapan seperti biasa, melihat Dev keluar kamar sudah rapi dan siap bekerja, Ara segera meminta Dev untuk duduk dan sarapan dulu sebelum berangkat.
Dev melihat Ara lekat, ‘bagaimana Ara bisa bersikap biasa aja sedangkan semalem Ara terlihat seperti ingin menerkam orang.’ Dev memikirkan hal itu sendiri, Ara yang sadar tatapan Dev langsung menegaskan “Kondisinya masih sama jangan berharap terlalu berlebihan, lagi ada Meme – pengasuh Ario - disini jadi ku tidak ingin mempermalukanmu.” Sontak jawaban Ara membuat Dev menoleh ke ruang tengah dan memang Meme ada disana.
Mereka berdua berangkat ke kantor setelah sarapan dan tak lupa mereka mencium Ario dengan gemas.
Di kantor Ara berkutat dengan laporan bulanannya yang sudah dikerjakan beberapa hari ini. Entah kenapa mengerjakan laporan yang sudah biasa ini terasa lebih susah dan lama selesainya.
Ara memutuskan ke pantry untuk melepas penat sesaat, Ara sadar pikirannya yang tidak fokus yang menyebabkan dia tak bisa menyelesaikan laporan dengan cepat.
Ara yang membuat ice green tea memutuskan untuk duduk sejenak di kursi pantry sambil membuka sosmed nya. Awal membuka sosmed muncul foto Widya yang membuatnya teringat perbincangannya beberapa waktu lalu terkait masalah rumah tangganya.
Flashback Percakapan Asmara dan Widya
Waktu itu Minggu pagi yang luar biasa mager bagi Ara, jadinya saat Dev mengajaknya CFD deket komplek pun enggan. Ara membiarkan Dev dan Ario untuk menghabiskan waktu berdua bersama.
Sepeninggalan mereka berdua, Ara membuaat cappuccino hangat dan memainkan ponselnya sambil santai di ruang keluarga. Teringat pesan yang dikirimnya ke Widya bahwa Ara akan janji menelpon hari ini, tak lama kemudian Ara sudah dial nomor Widya.
“Hallo, rajin amat deh nelpon sepagi ini.” Omel Widya ga pake basa basi.
“Mumpung anak ma suami lagi ga ada di rumah, biasa CFD an.” Jawab Ara santai.
Setelah kita saling tukeran info mengenai keceriaan dan tingkah laku si kecil, sampai juga pada point utama aku menelponnya pagi ini.
“Jadi apa yang mesti aku dengar pagi-pagi begini?” Widya memberikan kode. Ara sempet menghembuskan nafas sejenak, “Soal Dev, aku rasa ada yang salah dengan pernikahan ini, honestly Dev sih tetep baik sama kita berdua, tapi entahlah ada rasa kezel yang ga bisa buat aku maaafin dia gitu aja.” Jelas Ara.
“Simple nya sih menurutku kalo kamu udah ga nyaman ma doi, cerai aja lah,” ucap Widya bar bar cukup buat aku kaget namun cukup buat aku sadar kalo yang dikatakan Widya ada benarnya.
Merasa Ara yang diem aja membuat Widya kembali bicara “Aku tau cerai itu ga semudah kaya diomongin gitu, cuma aku dari awal merasa perselingkuhan Dev itu udah ngeselin banget dan kamu terlalu naïf untuk menerima semuanya kembali. Kamu tau kan sifatku kaya gimana, kita itu sama-sama keras kepala Ra, dan aku tau kamu banget yang kamu lakukan sekarang itu menentang dengan prinsip dan keinginan hati kamu. Dan I know kalo kamu cuma mengesampingkan ego kamu demi Ario, maybe kalo aku di posisi kamu aku ga bisa lakuin yang kamu lakuin. So that’s why I proud of you and always support you whatever you do.” Jelas Widya yang makin membuatku merasa galau.
“Cuma masalah waktu aja sih Wid, you know lah apa yang aku maksud, meski aku punya bukti, aku punya mata-mata, tapi bukan aku yang melihat mereka berdua langsung dengan kondisi the real affairs.” Kata Ara dengan nafas berat.
“Fine, this is your life jadi aku cuma berdoa yang terbaik dan terkuat buat hidup kamu dan Ario.” Balas Widya. “Thanks Wid, you are dabest” jawab Ara dengan mengacungkan jempol yang jelas banget ga akan keliatan buat Widya.
“Saran aja sih, moga-moga yang ini termasuk waras,” pinta Widya yang sukses bikin Ara ketawa. “Apaan?” Tanya Ara kemudian.
“Siapin masa depan kamu dan Ario dari sekarang karena dalam kewarasan dan kesabaran lelaki, apa yang dialami Dev sekarang sama kamu yang ngomong kalo dia nerima kamu dengan kondisi begini itu ga bakal tahan lama deh. Ini berdasarkan pengalamanku sebagai wanita yang mengenal banyak lelaki like you loh ya. Maksimalin aja diem kamu kaya gini ke Dev ga sampe 5 tahun paling Dev selingkuh lagi, itu juga hebat lo dah lama banget kalo ampe tahunan, laki mana coba yang kuat dianggurin ma istrinya sendiri.
Sontak perkataan Widya terdengar bukan saran tapi jadi boomerang buat Ara.
“Eh,,saran kamu bilang? Kalo yang kaya kamu ceritain mah itu malah terlihat seperti gara-gara aku ga ngurus Dev, jadi dia selingkuh. Gitu maksudmu? Sebenarnya kamu di kubu sapa sih?” jawab Ara agak kesel tapi malah bikin Widya ngakak.
“Nah itu kamu sadar, ngapa juga sih kamu anggurin tuh laki, dari awal kan aku udah bilang kalo ragu mending batalin, kamunya yang ga mau, giliran sekarang udah jadi suami malah lebih galau daripada ABG labil.” Kata Widya yang makin ga masuk akal.
“Liat ntar deh gimana rumput bergoyang.” Kata-kata andalan Ara tapi yang lebih terdengar seperti males peduli dan putus asa.
Mereka berdua mengakhiri panggilan setelah saling mengucap salam.
Flashback End
Setelah menghabiskan minumannya Ara kembali ke mejanya dan kembali bekerja. Melupakan sejenak masalah rumah tangganya dan fokus untuk menyelesaikan laporan agar tidak lembur.
Sampai di rumah Ara kaget melihat Dev yang sudah rapi dan maen dengan Ario di ruang keluarga.
“Kamu pulang cepet?” Tanya Ara heran. Dev mengangguk. Ara yang curiga mendekati Dev dan kagetnya Ara saat tau Dev sedang demam. “kamu demam? Udah minum obat?” Tanya Ara beruntun.
Dev yang tau hal itu malah memeluk Ara yang membuat Ara kaget dan menegang. “Please Asmara, kita mulai dari awal ya, aku terlalu lemah untuk kehilangan kamu dan Ario yang tak lain adalah duniaku untuk hidup.” Isak Dev, yang entah bagaimana sihir air mata atau sihir cinta hingga membuat Ara luluh dan mengangguk dalam pelukan Dev.
“Beneran kan Ra?” Tanya Dev memastikan sambil melepaskan pelukannya. “Iya Dev dengan satu kali kesempatan untukmu. Jangan selingkuh lagi atau aku dan Ario menyerah.” Jawabku yang lebih terdengar seperti ancaman.
Dev mengangguk langsung memeluk Ara kembali dengan erat yang tak lama kemudian Ario menyusul memeluk mereka hingga Dev dan Ara pun menoleh ke arah kaki mereka.
“Bunda,,Aayaahh,,” panggil Ario yang langsung mendapatkan pelukan dari kedua orang tuanya.
*****
Dimaafin deh,,ga jadi cerai,,hehehhe..
See U next part ♥♥♥