~~ Luka ibarat gelas, jika sudah retak ataupun pecah tidak akan bisa kembali menjadi utuh sempurna, jikalau utuh itu hanya tersambung karena suatu kebutuhan ~~
Asmara yang tau Devio belum berangkat untuk tugas mengajak Dev untuk memeriksakan kehamilannya dan USG 4D untuk melihat organ lengkap. Dev yang mendengar ajakan itupun langsung antusias.
Ara mendapat antrian nomor lima untuk periksanya kali ini. Dev menggenggam tangan Ara saat menunggu giliran dipanggil, Ara yang menyadari rasa gugup pada Dev mengelus rahang Dev “Tenanglah Babe, ini cuma periksa biasa.” Kata Ara menenangkan dan membuat Dev mulai rileks.
“Nyonya Asmara Dewi” panggil suster kemudian Ara dan Dev masuk ke ruangan dokter Regina. Setelah obrolan singkat dan beberapa pertanyaan yang diajukan dokter ke Ara, kini saatnya Ara memeriksakan bayinya melalui USG.
Melihat rona dokter Regina sempet membuat Ara kuatir dan bertanya “Apa ada masalah dok?” pertanyaan Ara sontak membuat Dev menyaadari sesuatu dan menoleh ke dokter Regina.
Apa kalian sudah USG 4D?” Tanya dokter kemudian dan Ara pun menggeleng. “Kalau gitu saya buatkan rujukan untuk USG nya jadi bisa dipastikan kondisi jantungnya. Informasi dari dokter Regina langsung membuat Dev kuatir, “maksud dokter bagaimana?” Tanya Dev. Setelah dokter melirik ke Ara dan Ara pun mengangguk, dokter pun bercerita keadaan Ara sesungguhnya.
“Ibu Asmara sempet mengalami stress sehingga mempengaruhi kinerja jantung bayinya, tapi untuk memastikan apa yang terjadi harus USG 4D agar tau lebih jelas dan detail.”
Sontak penjelasan dokter membuat Dev lemas, apa yang sudah dia lakukan selama ini pasti Ara stress karena dia tidak pernah ada di sampingnya. “Maafkan aku Honey,” ucap Dev penuh sesal sambil menggenggam tangan Ara.
♥
USG 4D dimensi pun dilakukan, selama menunggu satu jam untuk hasil yang komplit. Selama diperiksa Ara diberitahu bahwa jantung bayinya memang tidak stabil tapi bukan berarti itu jantung bawaan yang ga bagus. Hanya saja memang stress sangat mempengaruhi kondisi bayi. Dan untuk berat badan bayi diambang batas normal. Secara teori tidak masalah tapi berat yang muncul di alat adalah berat perkiraan sehingga bisa lebih tau kurang.
Penjelasan dokter yang melakukan pengecekan melalui USG 4D sempat membuat Ara cemas dan sekali lagi dokter menganjurkan Ara untuk tidak stress. Saat hasil USG 4D keluar, Ara dan Dev kembali menemui dr. Regina, pernyataan yang dr. Regina sampaikan sama dengan dokter yang menangani USG 4D. Jika keadaan terus berlanjut dikhawatirkan bisa lahir prematur.
Devio yang mengetahui kondisi ini merasa bersalah dan cemas, dalam hati Devio berjanji akan lebih memperhatikan kondisi Ara dengan benar. Kini mereka ada di dalam mobil, Devio yang melihat Ara hanya diam aja mulai khawatir. “Honey, apa ada yang sakit?” Tanya Dev untuk mencairkan suasana. Ara menggeleng, mengambil botol air minum dan meminumnya.
Sesampainya di rumah Ara langsung ke kamar membersihkan diri dan tidur. Rasa hambar dalam hatinya membuat Ara enggan untuk berlama-lama dengan Dev. Ara menghembuskan nafas kasar sebelum terlelap.
Dev yang melihat kelakuan Ara padanya membuat hatinya terasa nyeri. ‘Sebesar itukah luka yang aku berikan sampai aku harus melihatmu seperti ini.’ Lirih Dev di hati.
###
Satu bulan berlalu, hubungan Dev dan Ara mulai kembali dekat meski hati kecil Ara terasa enggan tapi entah kenapa ada rasa ingin manja dan lebih dekat dengan Dev.
Weekend ini Ara berniat memberikan Dev kejutan dengan berangkat ke Semarang, kebetulan Dev sedang ada tugas disana, dan Senin nya Ara akan menghadiri seminar dari kantor di salah satu hotel di Semarang.
Ara meminta kantor untuk menyiapkan tiket kereta, meskipun lama tapi lebih baik karena kandungannya tidak memunginkan untuk perjalanan dengan pesawat. Saat Ara tiba di stasiun Semarang, Ara menghubungi Dev untuk bertemu di hotel tempatnya seminar.
“Hallo Babe, lagi apa? bisakah kamu ke Dream Hotel hari ini? Aku lagi di Semarang sekarang” jelas Ara saat telpon Dev sudah diangkat.
“Benarkah? Kenapa kamu memberitahuku sekarang kan aku bisa jemput kamu Honey,” ujar Dev namun dengan nada sedikit panik.
Ara yang menyadari nada bicara Dev mengernyitkan dahi. “Yeah, aku ingin memberi kamu kejutan.” Ara berujar ragu.
“Baiklah aku segera kesana.” Jawab Dev kemudian dan langsung menutup telponnya.
♥
Ara sudah beristirahat di kamarnya sambil menunggu Dev datang, sekitar sepuluh menit kemudian Dev menelpon bahwa dia sudah ada di lobby. Ara segera turun untuk menghampiri Dev.
“Hai Babe, Surprise.” Ucap Ara langsung memeluk Dev. “Yah, ini benar-benar surprise Sayang aku kira kamu bercanda, jadi berapa lama disini?” Tanya Dev kemudian.
“Sampai Rabu, sebenarnya sih dari Minggu, tapi aku mempercepat keberangkatan biar bisa jalan sama kamu dulu.” Jelas Ara tapi membuat ekspresi Dev sedikit berubah aneh.
Ara yang bersemangat mengabaikan perasaan Dev dan langsung mengajak Dev makan “Babe makan aja yuk, aku laper,” pinta Ara dan Dev langsung menyetujui.
Saat mereka makan di salah satu food court yang ada di tengah kota Semarang, Dev terliat sibuk dengan ponselnya dengan raut wajah sedikit tegang. Ara yang menyadari hal itu mulai menaruh curiga, rasa penasaran itu membuatnya bertanya pada Dev “Apa ada pekerjaan yang mengharuskan kamu sibuk dengan ponsel mu Dev?” Dev yang sadar akan pernyataan Ara kaget dan langsung memasukkan ponsel nya dalam saku. “No Honey, hanya tadi aku pergi mendadak jadi teman satu mess mencariku.” Ujar Dev berbohong.
Seketika mood Ara yang bahagia bertemu Dev menjadi malas dan ingin segera kembali ke hotel. “Ayo kita pulang Dev, aku lelah.” Pinta Ara. Dev yang menyadari perubahan Ara merasa frustasi.
Di dalam mobil Dev mencoba mengajak Ara berbicara namun Ara menanggapi seadanya. Akhirnya Dev memutuskan untuk ikut menginap di hotel tersebut. “Honey, kita ke mess dulu ya ambil bajuku.” Kata Dev sambil fokus nyetir. “Kenapa ikut ke hotel? Apa temen kamu ga nyariin?” Tanya Ara ketus.
“Gampang kalo itu Honey, ntar aku pamit sama mereka kan ga bakal dicariin.” Jawab Dev yakin.
Sesampainya di mess, Dev bilang aku tidak perlu turun karena cuma sebentar. Dev meninggalkan ponselnya di mobil kemudian ada satu notifikasi yang muncul dan nomor tersebut tidak memiliki nama.
+62813xxxxxx
Jadi kapan kita bertemu?
Ara yang melirik ponsel itupun penasaran, saat akan membuka ponsel Dev passwordnya salah. Ara pun mengernyit bingung, ‘Sejak kapan Dev mengganti password ponselnya’ batin Ara.
Dengan nafas berat Ara pun meletakkan ponsel Dev kembali di temptnya dan tak berapa lama Dev datang, mereka langsung menuju hotel tempat Ara menginap.
♥
Hari Minggu yang rencana awal akan Ara habiskan dengan berjalan-jalan di sekitar kota Semarang harus tertunda karena mendadak kondisi badannya drop. Akhirnya seharian Ara menghabiskan waktu di kamar hotel saja. Termasuk niat Ara yang ingin menanyakan masalah nomor tak dikenal itu juga urung dilakukan.
Seminar yang Ara ikuti mengharuskan Ara sibuk sejak pagi hingga sore, membuatnya lupa atas kecurigaan yang Dev lakukan. Setelah pulang seminar Ara hanya menghabiskan waktu untuk makan malam dan berbincang santai dengan Dev.
Seperti malam ini, mereka berdua santai di balkon hotel dengan menikmati teh dan kopi. “Babe kapan kamu pulang ke Jakarta?” Tanya Ara pada Dev yang menikmati kopinya. “Ga lama kok sekitar minggu depan paling lama sepuluh hari dari sekarang.” Ujar Dev dan Ara manggut-manggut mengerti.
Mengalirlah obrolan mereka mulai dari pekerjaan, film, hingga nama anak yang nantinya akan lahir dua bulan lagi.
###
Ara kembali dengan rutinitas seperti biasa, hingga sepuluh hari kemudian Dev kembali ke Jakarta dan kembalinya Dev bertepatan dengan jadwal periksa kandungan sehingga Dev antusias untuk kembali ikut menemani Ara.
Sesampainya di rumah sakit, Dev mengambil nomor antrian dan tiba saat Ara diperiksa, Dev kembali cemas dengan kondisi kandungan Ara. Hingga dr. Regina mengatakan kandungan Ara sehat Dev merasa lega luar biasa.
Perjalanan pulang Dev ingin mengajak Ara ke resto all you can eat yang biasa mereka makan, tapi Ara menolak mendadak dia ingin martabak dan makan di rumah aja. Akhirnya Dev menuruti keinginan Ara dan melajukan mobilnya ke kios yang menjual martabak.
Sampai di rumah Ara makan martabak dengan lahap, Dev yang melihat hal itu hatinya merasa hangat. “Honey, maafkan aku yang selama ini tak pernah memperhatikan kehamilanmu.” Ujarnya sambil mengusap pipi Ara lembut.
Ara yang mendapat perlakuan seperti itu, merasa tersentuh dan tersenyum lembut. “Heem gapapa, aku ga masalah seperti ini karena kamu sering tugas keluar kota.” Jawab Ara.
Mereka pun melanjutkan makan dan obrolan santai seputar pekerjaan keseharian dan bayi mereka.
“Honey, kamu sudah punya nama buat anak kita nanti?” Tanya Dev kemudian sesaat Ara menoleh menatap manik mata Dev dalam dan Ara kembali memalingkan wajahnya.
“Nama sih sudah ada tapi ga tau deh kamu suka apa ga?” jawab Ara enteng. Dev yang mendengar hal itu langsung antusias, “Coba kasih tau sapa namanya?” ujar Dev semangat. Ara hanya menggeleng “Rahasia, nanti aja” ucap Ara sambil tersenyum, Dev yang tau hal itu hanya manyun. Tanpa Ara dan Dev sadari, pembahasan itu membuat suasana menjadi lebih intim dan mesra bagi mereka berdua.
###
Usia kandungan Asmara sudah memasuki bulan kesembilan, tinggal menunggu hari untuk melahirkan. Dan Ara juga sudah mengajukan cuti melahirkan ke kantor, cuti melahirkan dimulai dua minggu lagi. Ara yang berniat melahirkan di Surabaya sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk keberangkatannya.
Yang tak diduga oleh Ara adalah Dev masih menjalani tugas keluar kota, sedangkan usia kehamilan Ara sudah memasuki bulan-bulan melahirkan. Untungnya tugas Dev kali ini tidak keluar pulau, tapi di kota Semarang lagi seperti sebelumnya.
Satu minggu sebelum Ara cuti, mama Ara datang ke Jakarta untuk menjemput Ara dan melepas rindu. Malam ini Ara akan menjemput mamanya ke bandara. Saat perjalanan ke bandara Ara mendengar notifikasi pesan di ponselnya, namun Ara mengabaikannya karena kondisi jalan yang macet sehingga membahayakan jika mengemudi dengan menggunakan ponsel.
Sampai di bandara, Ara langsung menelpon mamanya dan mereka janji bertemu di salah satu café di bandara.
“Mama, Ara kangen” sahut Ara saat melihat mamanya sudah menunggu di cafe tersebut. “Ya ampun, anak mama tambah gembul aja,” gurau mama yang langsung dapet balasan muka cemberut dari Ara. Mama yang melihat hal itu pun tertawa.
“Makan dulu yuk ma, laper. Lagipula jalanan macet banget pasti lama di jalan juga.” Ujar Ara yang dibalas anggukan oleh mama.
“Gimana cucu mama? Sehat?” Tanya mama di sela-sela makan kami. Ara pun mengangguk. “Sehat kok ma, tinggal nunggu hari H nya aja, moga-moga lancar dan sehat-sehat.” Jawab Ara antusias. Mama yang melihat ini merasa hatinya ikut bergembira.
Setelah menghabiskan makan sambil bercakap-cakap, mereka berjalan ke parkiran dan melajukan mobilnya untuk pulang ke rumah.
♥
Sampainya di rumah Ara menghubungi Dev, tapi saat Ara telpon Dev nomornya tidak aktif. Ara sedikit curiga karena ga biasanya Dev akan kehabisan baterai ponselnya. Kalopun ga ada sinyal juga ga mungkin karena Dev di kota bukan di hutan.
Kemudian Ara ingat sebelumnya ada notifikasi di ponselnya, Ara pun mengecek ponselnya dan melihat ada satu nomor asing yang mengirimi pesan.
+62852xxx
Selama ini Dev menyembunyikan sesuatu di Semarang.
Ara yang membaca pesan itu mengernyitkan kening, ‘Apa maksudnya ini?’ batin Ara. Dan Ara mengecek semua notifikasi ponselnya menemukan pesan dari Dev.
My Embeb Dev
Yang, aku beberapa hari ini sibuk, tolong jangan ganggu dulu ya.
Ara yang melihat pesan itu semakin bingung, ‘sibuk apa sampe minta jangan diganggu segala’ lirih Ara. Mengetahui dua pesan ga jelas itu, Ara memutuskan untuk tidur dan meletakkan ponselnya di nakas.
###
Dua hari Ara tidak mendengar kabar sama sekali dari Dev dan ponselnya benar-benar mati. Ara merasa curiga dan aneh dengan kondisi ini, tapi Ara masih berpikir positif dan tidak mau mikir macem-macem mengingat kondisinya sekarang yang lagi hamil besar.
Tapi rasa penasaran Ara muncul kembali saat nomor asing yang sama mengiriminya pesan lagi.
+62852xxx
Aku tau kalo suami kamu selingkuh, kamu bisa cek sendiri kalo ga percaya.
Ara yang saat ini ada di kantor langsung merasa pusing dan lemas. Apa benar yang orang asing ini bilang soal suaminya. Tapi bagaimana caranya ngecek Dev sedangkan dia ada di Semarang.
Dengan perasaan tak tenang Ara mengabaikan pesan tersebut, hingga jam pulang kantor Ara tidak membalas pesan dari nomor asing tersebut.
Sampai di rumah Ara makan malam masakan mama dan melupakan sejenak perasaan gelisah di hatinya. Mereka bercanda dan membahas hal-hal yang membahagiakan salah satunya masa kecil Ara yang membuat Ara lupa dengan kejadian pagi ini.
♥
Hari terakhir Ara bekerja sebelum melahirkan, Ara merasa pekerjaannya makin banyak dan tidak ada habisnya. Ara juga punya tugas untuk mengajari karyawan yang nanti akan menggantikan posisinya sementara.
Untuk melepas penat, Ara memutuskan untuk ke pantry sekedar membuat minuman, saat di pantry itulah Ara mendapatkan telpon dari nomor asing yang selama ini mengiriminya pesan.
Dengan ragu-ragu Ara akhirnya mengngkat telpon tersebut, “Hallo, ini siapa ya? Karena suara di sebrang tak kunjung bicara.
“Ini mbak Asmara kan?” Tanya suara laki-laki di seberang.
“Maaf ini dengan sapa, kok tau nama saya?” jawab Ara kemudian.
“Saya Aldo, saya suami yang istrinya jadi selingkuhannya suami mbak.”
Deeegg!
‘Jadi benar kalo Devio selingkuh, bahkan suami selingkuhannya menghubungi aku sendiri’ batin Ara yang masih ingin menyangkal.
“Darimana Anda tau saya kan kita ga pernah kenal.” Ujar Ara
“Memang kita ga kenal tapi nomor Anda ada di ponsel istri saya yang kemudian saya tau kalo Anda adalah istri dari lelaki selingkuhan istri saya. Saya bisa buktikan kalo mereka berdua selingkuh karena saya sudah beberapa hari ini mengikuti mereka berdua” jelas lelaki bernama Aldo itu.
“Bukti apa yang kamu punya?” akhirnya Ara ingin mengetahui kenyataan sebenarnya juga.
“Cek pesan saya disana saya kirim foto dan alamat, Anda bisa cek disana.” sambungan telpon langsung ditutup.
Sesaat Ara merasa dunianya berhenti, apakah dia akan mengetahui kenyataan pahit yang selama ini dia abaikan?
Setelah pikirannya kembali Ara teringat pesan dari lelaki itu untuk mengecek pesan yang dia kirim. Saat Ara membuka ponselnya Ara shock dan sempet limbung jika dia tidak bersandar di lemari pendingin yang ada di pantry bisa dipastikan Ara akan jatuh.
Pesan tersebut memperlihatkan sepasang pria dan wanita yang saling berpelukan layaknya suami istri, dan Ara dengan jelas mengenali siapa pria itu. Iyaaa,, pria itu adalah suaminya Devio Surya Airlangga.
Ironinya baju yang digunakan Dev di foto itu adalah baju yang Ara berikan saat Dev ulang tahun, jadi Ara tidak mungkin salah mengenali orang.
###