~~ Besar atau kecil yang namanya badai akan tetap menimbulkan kerusakan ~~
Beberapa hari ini Devio merasa ada yang aneh dengan ponselnya, saat Dev melihat ponselnya betapa kagetnya Dev ternyata ponselnya mati. Seingat Dev semalem dia sudah mengisi daya baterainya kenapa sekarang mati. Dev menyalakan ponselnya dan dibuat bingung karena tidak ada satupun pesan dari istrinya Asmara yang menanyakan keberadaannya.
Dev memutuskan untuk menghubungi istrinya, tapi saat nada dering tersambung tak berapa lama nada tersebut terputus. Dev yang merasa tak biasa akhirnya mengirimi Ara pesan.
My Wifey
Honey, apa kamu sibuk? Aku tadi telpon nadanya terputus.
Tiga puluh menit Dev menunggu tidak ada balasan dari Ara, Dev memutuskan untuk menelpon kembali dan hasilnya sama, sambungan terputus.
Dev mulai panik, kenapa Ara tidak bisa dihubungi, Dev banyak mengirim pesan dan terus menelepon hingga satu jam berlalu hasilnya nihil.
Kegiatannya berhenti saat ada anak lelaki menghampirinya dan menyodorkan bola kepadanya. Dev meletakkan ponselnya dan menunduk “mau maen bola ya boy?” anak lelaki itu mengangguk dan tertawa menggemaskan.
Dev yang tak tahu ada seseorang yang mengamati di sudut lain, kemudian menghampiri ponsel yang diletakkan oleh Dev kemudian mematikan kembali ponsel tersebut.
“Sebelum anak itu lahir, aku harus memberikan memori tentang siapa ayahnya kepada Yosa, dengan atau tanpa persetujuanmu Devio.” Sahut wanita yang tak lain adalah Sinta dengan menyunggingkan senyum devil.
♥
Ara yang melihat puluhan panggilan dan pesan dari Dev membuatnya merasa sesak di d**a. Ara sama sekali tidak menyangka bahwa Dev benar-benar selingkuh. Sejak kejadian hari itu, Ara kembali dikirimi oleh Aldo foto kebersamaan mereka. Ara yang menjalani kehamilannya sendiri disini sedangkan Dev malah bersama dengan wanita lain. Ada rasa sakit dan nyeri di dadanya mengetahui kenyataan itu.
‘Apakah ini akhirnya, aku harus mengetahui kondisi yang menyakitkan seperti ini?’ batin Ara perih.
Seharian mengurung diri di kamar membuat mama Ara kuatir, mama memutuskan untuk memanggil Ara namun saat akan mengetuk pintu mama mendengar isak tangis Ara. Mama yang khawatir langsung mengetuk pintu Ara.
“Ra,,kamu gapapa?” Tanya mama cemas. Ara yang mendengar panggilan mama langsung buru-buru menghapus air matanya. “Gapapa ma, Ara cuma merasa sesak aja.” Jawab Ara merapikan diri. “Buka pintunya dunk mama mau liat.” Ujar mama kemudian.
Ara berjalaan ke pintu dan membuka pintu kamar. “Liat nih Ara gapapa, cuma merasa capek aja jadi sesak, makanya Ara ga keluar kamar.” Jawab Ara meyakinkan mamanya.
“Apa kita ke dokter aja?” ajak mama setelah melihat kondisi Ara yang sebenarnya tidak menunjukkan orang kelelahan. Ara menggeleng “Kan besok kita udah berangkat ke Surabaya ma, sekalian aja periksanya disana.” Kata Ara yang akhirnya disetujui oleh mamanya.
###
Menempuh perjalanan 10 jam dengan kereta api membuat Ara kelelahan, sesampainya di rumah orang tuanya, Ara langsung mandi dan tidur. Saat itulah Dev kembali menelpon Ara, karena Ara tertidur puluhan pesan dan panggilan Dev tidak digubris.
Dev yang benar-benar kuatir menelpon mama Ara dan menanyakan keadaan Ara, akhirnya Dev bisa sedikit lega setelah tau kalau Ara hanya tertidur. Sesaat Dev berpikir dan baru menyadari ada keanehan, seakan-akan ponsel yang Dev gunakan sekarang sengaja dimatikan sehingga Dev tidak mengetahui keberadaan dunia luar.
Pemikiran itu diperkuat saat ada temannya mengirimi pesan yang menanyakan kenapa ponsel Dev beberapa hari ini tidak aktif. Dev yang merasa keanehan ini disebabkan oleh tindakan seseorang langsung mendatangi Sinta di ruang keluarga rumahnya.
“Sinta, apa sebenarnya yang sudah kamu lakukan dengan ponselku?” Tanya Dev to the point. Sinta yang tau kondisi tersebut berusaha mengelak. “Aku tak tau apa maksudmu Dev.” Ujar Sinta polos.
Dev yang tau Sinta mengelak makin yakin bahwa pelaku ini semua adalah Sinta. “Kamu memang wanita ga tau diri ya, selama ini aku udah penuhi semua kewajibanku soal Yosa, tapi aku sudah bilang berulang kali, Asmara dan anakku nanti akan tetep jadi nomor satu, jadi jangan berharap kamu akan jadi yang nomor satu.” Jelas Dev yang langsung mengambil kunci mobil dan pergi dari rumah tersebut.
“Dev tunggu, kamu mau kemana? Kamu janji seminggu ini akan nemenin Yosa.” Teriak Sinta saat Dev mulai masuk ke mobilnya. Dev membuka kaca mobilnya dan mengatakan, “Kamu yang buat aku malas ketemu sama Yosa.” Tegas Dev yang membuat Sinta terdiam.
Sesampainya di mess Dev langsung menghubungi Ara kembali dan diangkat oleh Ara.
“Hallo Honey, akhirnya kamu mau angkat telpon aku.” Ujar Dev lega.
“Aku sudah tau kalo kamu punya wanita lain, meskipun aku ga tau siapa wanita itu, tapi cukup bagiku untuk tau bahwa kamu mengkhianati pernikahan kita.” Ucap Ara seketika yang mampu membuat Dev terdiam.
“Weekend ini aku pulang ke Jakarta Sayang, aku jelasin semuanya ya ke kamu.” Pinta Dev. Ara langsung terkekeh geli, “Bahkan kamu aja lupa kapan aku berangkat ke Surabaya jadi kenapa harus membahas masalah ini lagi.”
Dev yang panik semakin merasa bersalah bahwa dia sama sekali tidak mengingat keberangkatan istrinya ini, apakah ini yang disebut menjadikan Ara nomor satu?
Ara yang tau Dev tidak berkomentar lagi mengatakan hal yang membuat Dev semakin frustasi dan merasa bersalah, “Lupakan aku dan anakmu Dev, setelah melahirkan nanti aku akan pergi dari rumah mu. Aku akan pertimbangkan kapan kita akan bercerai.” Jelas Ara langsung menutup telponnya.
Dev yang frustasi langsung membanting ponselnya ke ranjang dan menarik rambutnya. “Aaaaarrgghhh,,,bukan kaya gini yang aku harapkan setelah aku mengorbankaan semuanya.” Gumam Dev frustasi.
Setelah menutup telpon itu, Ara langsung menangis terisak yang kemudian membuat perutnya sakit. “Aaahhh,,,apa sekarang waktunya?” gumam Ara menahan sakit. Ara berteriak memanggil mama dan papanya.
“Ya ampun Ara, kamu kenapa?” mama Ara panik melihat anaknya kesakitan. Papa sigap menyiapkan mobil dan meminta mama segera memapah Ara untuk dibawa ke rumah sakit.
Sampai di rumah sakit Ara diperiksa oleh dokter dan menurut dokter sudah ada kontraksi, jadi lebih baik untuk menunggu di rumah sakit saja sampai proses melahirkan.
Mama yang tau hal itu langsung menghubungi Dev dan Firman adeknya Ara. Dev yang tau kondisi istrinya akan melahirkan langsung memesan tiket pesawat dan segera menuju bandara.
‘Ya Allah selamatkanlah bayi dan istriku, apapun akan aku lakukan untuk menebus kesalahanku ini, ijinkan aku untuk bertemu dan merawat mereka berdua.’ Doa Dev dalam hati.
###
Tiga jam kemudian Dev tiba di rumah sakit dan langsung menemui Ara di ruang bersalin. Dev yang melihat Ara kesakitan membuat dadanya sakit dan nyeri. Dev mendekat dan menggenggam tangan Ara.
“Honey, maaf aku baru datang, sakit banget ya?” Tanya Dev yang hanya dijawab Ara dengan anggukan kepala.
“Aku tau kamu kuat dan ibu yang hebat, jadi kamu pasti bisa melewati ini. Aku percaya sama kamu dan aku pasti temenin kamu disini.” Ucap Dev sambil mencium punggung tangan Ara.
“Sakit Dev, rasanya perutku mau robek.” Ucap Ara diselingi air mata.
Tak berapa lama dokter datang, “Maaf Anda siapa ya?” Tanya dokter yang akan menangani Ara.
“Saya suaminya dok.” Jawab Dev mantab sambil tetap memegang tangan Ara.
“Baiklah, kebetulan sekali, ada yang harus saya sampaikan kepada Anda dan pasien.” Dev yang mendengar hal itu merasa cemas. “Ada apa ya dok?” Tanya Dev.
“Air ketuban Ibu Asmara sudah habis, sedangkan pembukaannya baru dua, jadi kita harus melakukan operasi dalam waktu satu jam ke depan, atau ibu dan bayinya kemungkinan tidak selamat.” Jelas dokter yang sontak membuat Ara menangis kencang dan Dev pucat.
“Apa operasi jalan satu-satunya dok?” Tanya Dev lagi ingin memastikan dan dokter hanya mengangguk mantab.
“Aku ga mau operasi Dev, itu pasti lebih sakit dari ini.” Rengek Ara takut dan panik.
“Tenang saja bu, ini cuma sebentar kok dan ibu kan nanti dibius jadi ga mungkin sakit.” Jelas dokter yang mengerti kepanikan pasiennya.
“Honey, aku tau kamu pasti kuat, ini demi anak kita kalau kita menunda proses operasinya nanti kamu dan bayi kita bisa kenapa-napa.” Bujuk Dev yang membuat Ara berpikir ulang dan menyetujui operasi ini.
Satu jam berlalu tapi operasi masih berjalan Dev, mama, papa, Firman yang menunggu diluar mulai panik dan cemas karena operasi yang harusnya sudah selesai tapi Ara masih berada di dalam ruang operasi.
Tiga puluh menit kemudian dokter yang menangani persalinan Ara keluar. “Selamat ya pak bu, anaknya lahir dengan selamat dan jenis kelaminnya laki-laki.” Ucap dokter sambil tersenyum dan semuanya mengucap syukur.
“Lalu istri saya bagaimana keadaannya dok?” Tanya Dev membuat seluruh keluarga menampilkan wajah tegang.
“Sebenarnya istri Anda sempat mengalami pendarahan, tapi tidak terlalu parah dan sekarang kondisinya stabil.” Jelas dokter. Dev yang mendengar itu semakin merasa bersalah.
“Apa saya bisa menjenguknya dok?” Tanya Dev kembali. Dan dokter mengangguk “Tentu bisa nanti setelah kami pindah ke ruang rawat ya.” Jelas dokter kemudian pamit pergi.
Tak berapa lama ada kereta dorong bayi yang lewat dan semua keluarga langsung mengelilingi bayi tersebut.
“Apa ini anak saya sus?” Tanya Dev kepada suster yang dibalas dengan anggukan.
“Ya ampun lucunya pipinya gembul banget, wajahnya merah banget kaya tomat.” Kata mama yang gemas melihat cucu pertamanya.
“Kayanya mirip bapaknya ini ma,” sahut papa kemudian.
Suster mengingatkan kami untuk tidak berlama-lama dan meminta Dev untuk meng-adzan-i bayi tersebut sebelum nantinya IMD dengan ibunya. Dev yang mendengar itu langsung mengikuti suster dan mengumandangkan adzan di telinga bayinya.
###
Ara sudah dipindahkan ke ruang perawatan dan Ara melakukan IMD tak berapa lama setelah Ara dipindahkan, Dev yang melihat hal itu langsung takjub dengan kondisi Ara yang cepat pulih demi melaksanakan IMD nya. Dan melihat ekspresi anaknya saat melakukan IMD tak luput dari perhatian Dev dan mengabadikan momen itu melalui ponselnya.
Setelah IMD selesai seluruh keluarga kembali masuk ke ruangan dan bergantian melihat si kecil yang kini jadi sorotan keluarga. “Kamu kasih nama sapa anak kamu Ra,” Tanya mama sambil terus menggendong bayinya.
“Ario Putra Airlangga” jawab Ara tanpa melihat Dev meskipun Dev ada di samping Ara.
Dev yang tau aura Ara sedang buruk hanya bisa tersenyum ke hadapan seluruh keluarga besar mereka.
“Bagus banget kak namanya,” ujar Firman yang kini sedang menoel pipi Ario.
Mereka semua kembali sibuk dengan Ario, Dev yang melihat kondisi itu menatap Ara dan menggenggam tangan Ara dengan lembut.
“Apa kamu mau aku ambilkan sesuatu?” Tanya Dev pada Ara dan Ara menggeleng. “Kita selesaikan urusan kita saat keluar dari rumah sakit Dev, jadi nikmati waktu kamu dulu.” Kata Ara tanpa basa basi namun bagi Dev terdengar seperti ancaman.
Lima hari lamanya Ara berada di rumah sakit, sampai kondisi Ara benar-benar pulih baru dokter memperbolehkan Ara pulang. Sampai di rumah Ara langsung membawa Ario ke kamar dan menyusui Ario kemudian Ara dan Ario tertidur.
Dev yang melihat hal ini hanya bisa menghela nafas bimbang, ‘Apapun yang terjadi aku tidak akan melepaskanmu Asmara.’ Ucap Dev lirih.
♥
Sebulan setelah kelahiran Ario, Dev patut merasa lega karena Ara sama sekali tidak menyinggung masalah perselingkuhannya. Satu minggu setelah Ara melahirkan Dev kembali ke Jakarta untuk bekerja, Ara masih tinggal di Surabaya sampai cutinya selesai.
Dev yang kini tinggal di rumah sendiri mulai merasakan kesepian, Dev berpikir apa ini rasanya Ara yang kesepian tiap aku tinggal keluar kota. Tapi dengan buruknya aku malah berselingkuh dengan wanita lain.
Larut dalam perasaan bersalahnya, Dev mendengar ponselnya berbunyi, Dev berpikir jika Ara yang menelpon raut bahagia terpancar dari wajahnya, namun saat melihat ID penelpon Dev malas dan langsung memutus sambungan telepon.
Tapi penelpon tersebut tidak putus asa dan terus menelpon hingga Dev memutuskan untuk mengangkatnya. Saat Dev akan marah, Dev mendengar suara bayi yang menangis dan mengatakan kangen kepada Dev. Mendengar hal itu hati Dev jadi tersentuh dan ingin menggendong balita tersebut.
Tanpa kata-kata Dev langsung menutup telpon tersebut dan mengusap wajahnya kasar. “Kini aku sudah punya Ario, aku harus memperjuangkan anakku dengan benar.” Gumam Dev memantapkan hatinya.
###
Tiga bulan berlalu Ara kembali ke Jakarta, sekitar satu minggu lagi Ara harus kembali bekerja setelah cuti tiga bulan. Dua hari setelah kedatangannya di Jakarta, Ara bertemu dengan pengasuh Ario dan Ara mulai mengajarkan cara mengurus Ario.
Setelah seharian mengurus dan mengajarkan pengasuh Ario yang bernama Meme, Ara tertidur saat menyusui Ario. Dev melihat hal ini mendekati Ara dan membelai Ara lembut, Ara yang sadar akan sentuhan di wajahnya membuka matanya dan melihat Dev menyentuhnya langsung menepis sentuhan itu.
Dev kaget dengan tindakan yang Ara lakukan, kemudian Dev sadar akan kesalahannya. Dev yang hendak mengatakan sesuatu langsung dipotong oleh Ara. “Kita bicara diluar aja.”
Dev yang mendengar itu mengikuti Ara ke dapur dan duduk berhadapan dengan Ara. Kembali saat Dev akan mengucapkan sesuatu, Ara memotongnya “Aku ga perlu denger penjelasan kamu lagi yang pasti buatku itu adalah alesan. Demi Ario aku beri kamu satu kesempatan, jika aku melihat kamu selingkuh lagi, cukup sampai disini aja hubungan kita.” Jelas Ara tanpa melihat Dev langsung menuju ke kamar.
Dev yang melihat kepergian Ara, hanya bisa menghela nafas berat tapi lega “Baiklah, aku akan gunakan kesempatan itu.” Gumam Dev.
♥
Ara yang memaafkan perbuatan Dev tetap tidak bisa kembali menyayangi Dev seperti dulu. Ara yakin sebagian orang akan mengatakan dirinya bodoh, tapi Ara tidak ingin egois dengan menjadi ibu yang membuat anaknya yang belum ngerti apa-apa harus menjadi anak broken home.
Tak terasa sudah delapan bulan ketegangan yang terjadi antara Ara dan Dev, kini Ara mulai menerima Dev sedikit demi sedikit. Terutama saat Dev mengajak Ario untuk bermain.
Seperti minggu pagi ini, Ara yang sedang menyiapkaan sarapan untuk kedua lelakinya itu merasa terganggu karena suara ponsel Dev yang tidak dibawa saat bermain ke taman dengan Ario.
Tanpa pikir panjang Ara mengangkat telpon itu, yang Ara ketahui hanya nomor saja tidak ada namanya.
“Hallo, ada yang bisa saya bantu? Ini sapa?” Tanya Ara.
Ara mengulangi kata-katanya karena suara di seberang tidak ada jawaban.
“Kayanya salah sambung, yaudah saya tutup deh.” Jawab Ara kemudian dan mulai terdengar suara dari seberang.
“Saya ingin bicara dengan Dev,” jawab suara di seberang yang ternyata wanita.
Ara yang mendengar suara itu merasa jengkel. “Ini sapa ya?” Tanya Ara
“Saya Sinta, saya hanya ingin memperjelas hubungan saya dengan Dev, karena Dev sudah dua bulan ini tidak menghubungi saya sama sekali. Saya tau kalau dia pasti sibuk dengan anaknya, tapi jangan lupakan saya yang selalu menghibur Dev saat Dev di Semarang kesepian dan saat Anda istrinya tidak bisa memberikan nafkah batin.” Jelas Sinta yang membuat Ara geram.
“Apa perlu Anda minta penjelasan hubungan, sedangkan Anda tau status Anda hanya selingkuhan, bagaimanapun saya adalah istrinya yang sah.” Jawab Ara tak kalah ketus.
“Saya tau posisi Anda, maka dari itu saya meminta Dev untuk menjelaskan hubungan ini.” Kata Sinta tak mau kalah.
“Oke daripada lama-lama dan bicara di telpon seperti ini, silahkan Anda datang menemui saya dan Dev kita lihat sapa yang akan Dev pilih.” Ucap Ara menantang.
“Saya tunggu kedatangan Anda jadi kita tak perlu lagi bicara seperti sekarang.” Tegas Ara sebelum menutup telpon.
###
Ara tak ingin menyampaikan pembicaraan dirinya dengan Sinta pada hari itu, hingga berbulan-bulan berlalu tidak ada tanda-tanda Sinta akan muncul ke rumahya.
Meskipun masih ada rasa jengkel dalam hati Ara, tapi kedekatan mereka berdua selama ini kembali meluluhkan Ara sehingga Ara tidak bisa membenci Dev dengan sungguh-sungguh.
Dev yang melihat kondisi ini tidak menyia-nyiakan kesempatan, Dev lebih mendekatkan diri kepada keluarganya, kembali dengan sifat protektifnya dan memblokir nomor ponsel Sinta meskipun Dev masih memberikan uang bulanan kepada Sinta dan Yosa.
Ara yang masih menjalankan kewajibannya sebagai istri seperti menyiapkan keperluan Dev, masak untuk Dev dan menjadi teman curhat. Pekerjaan yang tidak dilakukan Ara adalah memenuhi nafkah batin bagi Ara melakukan hal yang intim seperti itu mengingatkan Ara akan kehadiran wanita itu. Sehingga Ara memiliki segala macam cara untuk menghindar jika Dev mencoba mendekatinya dan meminta hal itu. Bagi Ara cara ini juga yang bisa digunakan untuk menghukum Dev atas perbuatannya selama ini.
‘Aku merelakan hatiku untuk kebahagiaan anakku, kita akan lihat sampai seberapa kuat kamu bertahan.’ Batin Ara.
###
Dalam pernikahan, jika kita melakukan kesalahan yang akan kena dampaknya bukan hanya pasangan tapi anak dan keutuhan rumah tangga juga. Jadi be wise dalam bertindak dan bertutur kata dengan pasangan kita.
Upppss,, berasa jadi orang bener nih sok-sokan ngasih nasehat,,hahahaha.