RSC-07

1005 Kata
Valora melihat dress yang dikenakan oleh dirinya yang diberi oleh Ares untuk makan malam hari ini. Valora begitu senang karena Ares mengajaknya makan malam. “Kamu cantik banget. Mau kemana Nak?” Valora berbalik, tersenyum pada ibu yang bertanya barusan padanya. Valora berjalan mendekati ibunya, memeluk lengan ibunya manja. “Valora izin bentar ya Bu. Ada janji sama teman.” Ucap Valora dengan senyuman senangnya. Wanita menginjak usia empat puluh tahun tersebut tertawa kecil mendengar apa yang dikatakan oleh putrinya. Ia begitu jarang sekali melihat putrinya yang senang dan begitu semangat untuk keluar rumah. Biasanya Valora terus mengurung diri di dalam kamar dan tidak pernah keluar. “Kamu punya teman?” Tanya Ibu lembut dan merapikan rambut putrinya. Valora mengangguk. “Laki-laki atau perempuan?” Ibu kembali bertanya, dan mau tahu siapa teman putrinya ini. Ibu takut, Valora yang begitu disayang dan dimanja olehnya mendapatkan teman yang tidak baik. Valora menatap ragu pada ibu. Dia takut, kalau ibu akan marah kalau dia mengatakan temannya adalah lelaki. Tapi… Valora tidak pernah berbohong pada orang tuanya selama ini. “Laki-laki Bu. Dia itu kakak tingkat Valora di universitas. Dia sangat baik sekali, selalu membuat Valora tersenyum dengan tingkahnya.” Ibu terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh putrinya barusan. Ibu menghela napas dan sangat takut sekali setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Valora barusan. Dia takut, kalau putrinya akan terjebak bersama dengan seorang lelaki yang tidak bertanggung jawab. “Valora, Ibu tidak melarang kamu untuk dekat dengan lelaki manapun. Kalau selama ini lelaki itu baik sama kamu, tapi jangan pernah untuk terlalu terbuai akan kebaikannya. Sekarang Ibu mau tanya. Bolehkan Ibu nanya sama kamu?” Tanya Ibu yang diangguki oleh Valora. “Kamu suka sama dia?” Tanya Ibu lembut. Valora mendengar pertanyaan Ibu terdiam, ia tidak tahu harus menjawab bohong atau jujur. Tapi dia memang suka dengan Ares. Bahkan dia menaruh hati terhadap lelaki itu. Dia sangat mencintai Ares. “Iya, Valora suka sama Kak Ares.” “Namanya Ares. Ibu tidak larang kamu untuk suka sama seseorang Valora, tapi hanya satu yang mau ibu ingatkan sama kamu Valora. Kamu tahu sendiri, gimana Ibu dan Ayah jagain kamu dengan baik dan kami tidak pernah mau kamu kenapa-napa Valora. Kami mau kamu selalu baik dan tidak pernah ditipu oleh lelaki. Lelaki itu adalah penipu ulung. Kamu selama ini tidak pernah dekat dengan lelaki manapun. Bahkan kamu tidak pernah pacaran, baru kali ini kamu dekat sama lelaki. Kamu yakin dia tulus sama kamu?” Tanya Ibu penuh kekhawatiran. Valora tersenyum. “Valora yakin Bu. Kak Ares itu sangat baik sekali, Kak Ares itu orang pertama di Kampus yang ngajak Valora kenalan, dia juga perhatian sama Valora dan kemarin suka sama sandwich yang Valora beri sama Kak Ares.” Jawab Valora semangat menceritakan sosok Ares pada ibunya. Ibu mendengar itu mengangguk, dia berharap kalau apa yang dikatakan oleh anaknya ini memang benar. Ibu tidak melarang Valora menjalin hubungan dengan seorang lelaki. Tapi jangan merugikan diri sendiri. “Valora, kamu masih ingat pesan Ayah dan Ibu ‘kan? Kamu harus jaga diri Valora. Kami tidak mau mendengar kamu hamil sebelum menikah, kalau memang kamu sudah memiliki hubungan kekasih dengan Ares. Kamu bisa bawa dia kenalan sama Ibu dan Ayah.” Ujar Ibu sembari merapikan rambut Valora. “Nanti Valora ajak Kak Ares untuk ke sini. Untuk kenalan sama Ayah dan Ibu. Ibu tidak usah khawatir. Kak Ares itu memiliki pemikiran sama kayak Valora, dia tidak suka dengan hubungan intim sebelum pernikahan. Bukankah lelaki seperti itu sangat langka sekali Bu?” Tanya Valora tersenyum manis dan membayangkan wajah Ares yang begitu tampan dan selalu membuat jantungnya berdebar kencang. “Kalau seperti itu yang kamu katakan, Ibu percaya sama kamu. Ibu berharap, kalau Ares memang lelaki baik. Dia bisa untuk menjaga kamu dengan baik Valora dan menghargai kamu.” Ibu sedikit tenang, karena sosok lelaki yang diceritakan oleh putrinya kelihatan baik. “Ya sudah, kamu sana pergi. Nanti jangan pulang terlalu malam ya Valora.” Pesan Ibu yang diangguki oleh Valora. Valora berjalan keluar dari dalam kamar setelah menyalami tangan Ibu dan memegang erat tali tasnya. Valora berjalan keluar dari pekarangan rumah, matanya melihat pada Revando yang menjemputnya. Ya. Ares memang menyuruh Revando untuk menjemput Valora. Valora dengan cepat masuk ke dalam mobil Revando. Valora menunduk takut, karena lelaki itu hanya diam saja dan tidak mengatakan apapun. “Kamu pakai gaun setertutup seperti ini?” Tanya Revando. Pasalnya Valora memakai gaun lengan panjang, dan panjangnya sampai ke setengah lutut. Valora menatap pada gaunnya sendiri. Memangnya ada yang salah dengan gaunnya? Padahal tidak ada yang salah dengan gaunnya ini. Malahan gaunnya sangat pas dan sopan. “Memangnya salah Kak?” Tanya Valora bingung. Revando menggeleng. Revando menatap sekilas pada Valora, rasanya tidak tega untuk membuat gadis secantik dan selugu ini malah sakit hati nantinya. Tapi, Ares tidak akan mau untuk menyerah apalagi berhenti tengah jalan. Temannya itu sudah sangat hapal sekali dirinya tabiat dari temannya yang keras kepala, dan apa tujuannya harus dicapai sampai akhir dan tidak boleh untuk berhenti begitu saja. “Tidak ada yang salah. Malah bagus, karena aku selalu melihat wanita memakai pakaian terbuka. Di Kampus saja banyak yang memakai pakaian terbuka. Tapi, kamu yakin mau ngedate sama Ares memakai gaun panjang seperti ini?” Tanya Revando. “Yakin Kak. Memangnya ada yang salah sama gaun saya? Malahan Kak Ares bilang pakai apapun yang membuat saya nyaman, dan ini juga pemberian Kak Ares.” Mata Revando membola mendengar hal itu. Yang benar saja kalau temannya itu memberikan Valora gaun seperti ini? Bukan gaun yang terbuka. Ares memang sudah gila sepertinya. “Sangat bagus sekali. Ares memang lelaki yang begitu posesif tidak mau orang yang disukainya terlihat seksi.” Biarkan saja Revando berbohong dulu, demi kesenangan gadis di sampingnya ini yang semakin tersipu malu dengan pipi merona merah. “Kak Ares memang sangat baik sekali ya Kak?” Revando tertawa kecil. “Iya dia sangat baik sekali. Dia juga lelaki yang menghargai wanita.” Ucap Revando, mual mengatakan hal itu. Karena telah memuji teman dakjalnya itu. Yang tidak ada baiknya dimata Revando.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN