RSC-06

1018 Kata
“Jadi, kau sudah sejauh apa dengan gadis itu?” Tanya Gavin mengulik Ares sembari memakan kacang rebus yang dibeli olehnya ditukang jual tepi jalanan. Ares menyeringai mendengar pertanyaan dari temannya barusan. Matanya menatap pada Revando yang tertawa kecil. “Kau serius bertanya seperti itu padanya? Sebaiknya kau tidak usah bertanya seperti itu pada Ares. Dia sangat berani sekali mencium bibir Valora di halaman kampus. Akh! Kau pasti terkejut dengan apa yang aku katakan bukan? Tapi itulah kenyataannya. Ares memang mencium Valora.” Gavin memicing pada Ares. “Lalu kau tidak ditampar olehnya? Melihat wajahmu sangat baik sekali, dan tidak ada bekas merah di pipimu, membuatku berpikir ragu kalau Valora tak menanparmu? Kenapa dia tidak menanparmu hah?” Tanya Gavin pada Ares. Ares tertawa kecil melihat wajah sahabatnya itu begitu terkejut. “Malahan dia sangat senang sekali aku menciumnya. Dia tidak ada marah, katanya kalau ada orang yang mencium bibirnya, maka tandanya orang itu menyukainya. Bukankah begitu Revando?” Tanya Ares mengambil beberapa kacang rebus membuka lalu memakannya. Revando mengangguk. “Yap! Benar sekali. Apa yang dikatakan oleh Ares memang benar sekali. Kalau Valora sangat senang sekali karena dicium oleh Ares.” Gavin membuka mulutnya dan menggeleng pelan. Ia masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh kedua temannya. Sial! Valora kelihatannya gadis lugu dan takut pada lelaki. Namun ternyata salah, malahan gadis itu sangat suka sekali dicium oleh Ares. “Ares, kau jangan besar kepala dulu. Mungkin saja dia hanya salah saja karena telah jatuh hati padamu, bisa saja dia nanti menjauh darimu.” Ares yang akan mengambil rokok Sampoerna LA nya. Langsung berhenti dan menatap pada Gavin yang meragukan pesona seorang Ares Amarnath. Jangankan Valora gadis lugu dan polos. Janda yang sudah mati rasa pada lelaki saja bisa dia taklukkan sekarang. Ares tidak berbohong dengan apa yang dia katakan ini, dia bersungguh-sungguh kalau dia bisa untuk membuat siapa saja jatuh cinta padanya. Bukan hanya Valora saja. “Kau meragukan pesonaku hah? Tidak ada yang bisa meragukan pesonaku. Aku sangat tampan sekali, dan mempunyai daya pikat yang begitu luar biasa. Kau saja yang ragu padaku seakan tidak percaya kalau Valora benar-benar tertarik padaku. Bahkan gadis itu tersenyum merona saat aku mengatakan mau membuat kejutan romantis untuk menjadikannya kekasihku.” Ucap Ares penuh rasa bangganya pada Gavin. Gavin mendengar itu menghela napas. Ternyata memang mudah sekali untuk membuat Valora mencintai Ares. Gavin mengira, kalau gadis culun itu tidak akan mudah untuk menaruh hatinya pada Ares. Tapi ternyata sama saja, malahan gadis itu begitu berani sekali mengatakan kalau dia suka dicium oleh Ares. “Kau bisa melakukan itu secepatnya bukan? Dia sudah tertarik padamu. Apalagi yang kau tunggu?” Tanya Gavin memakan kacang rebus dan membuka minuman kalengnya. Ares tertawa kecil. “Sabar dulu. Aku perlu bantuan kalian. Kalian mau membantu bukan? Siapkan makan malam yang romantis, aku mau menembak Valora.” Revando dan Gavin terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Ares barusan. Lelaki itu serius dengan apa yang dikatakan olehnya bukan? Ares tidak berbohong dengan apa yang dikatakan olehnya, kalau dia mau menembak Valora dengan cara romantis. “Kau serius dengan apa yang kau katakan barusan Ares? Kau yang benar saja! Kau tidak gila bukan menembak dia dengan cara romantis. Kau sebelumnya tidak pernah melakukan ini dengan wanita manapun, tapi… bagaimana bisa kau melakukannya pada Valora.” Revando mendengkus dan menatap temannya dengan pandangan tidak percayanya, kalau temannya mau membuat hal yang begitu romantis sekali untuk gadis seperti Valora. “Dia spesial. Aku harus membuatnya yakin dengan rasa yang aku punya, kalau dia sudah yakin dan menerimaku menjadi kekasihnya. Maka semuanya akan terasa mudah menuju apa yang sudah aku rencanakan.” Ares menjelaskan dengan seringai di bibirnya. “b******n! Kau mau membuat anak orang melambung setinggi mungkin lalu kau akan menjatuhkannya.” Ares tertawa kecil mendengar apa yang dikatakan oleh Gavin. Ia tertawa karena Gavin tampak sangat marah sekali padanya karena dia membuat Valora akan mencintai dirinya sedalam mungkin. “Dia gadis yang tidak pernah didekati oleh lelaki manapun. Bahkan dia tidak pernah yang namanya jatuh cinta, bukankah sangat menyenangkan sekali, kalau membuat dia menjadi jatuh cinta sedalamnya padaku? Aku akan membuat dia memang seperti gadis yang memang sangat dicintai. Setelah itu, aku akan membuatnya tahu siapa diriku.” Tawa Ares. Gavin dan Revando hanya menggeleng dan menatap ke depan. Lalu keduanya menyeringai melihat siapa yang dilihat oleh mereka di depan sana. “Princess mu di sana.” Tunjuk Revando ke arah seberang jalan. Ares segera melihat ke seberang kalan, ia menyeringai melihat siapa yang dilihat olehnya barusan. Mata Ares memicing. Matanya menatap ke arah paha Valora yang memakai celana pendek menampakan paha putih Valora yang begitu menggoda. Ares bersiul kecil dan matanya menelusur ke arah bukit kembar Valora yang lumayan ternyata untuk diremas oleh dirinya. Ares menatap telapak tangannya lalu dia kembali menatap ke depan. Valora yang berdiri di sebera jalan dengan membawa belanja. Gadis itu tidak melihat pada Ares. “Kalau dilihat dia cantik juga.” Celetuk Ares tertawa kecil. “Kau menyukainya dude! Jangan sampai kau melibatkan hatimu untuknya.” Ares tersenyum mengejek pada temannya. “Aku melibatkan hati? Mana mungkin aku melibatkan hati pada gadis itu. Tidak pernah di dalam sejarah, aku melibatkan hati untuk seorang gadis yang sudah menjadi targetku.” “Jangan besar kepala Ares. Kalau kau memang melibatkan hati nanti untuk Valora, dan kau mengalami yang namanya penyesalan, maka kami-” “Kalian bisa diam. Aku mau menghampiri gadisku dulu. Sepertinya dia sudah sangat lama sekali berdiri di sana, kasihan sekali kakinya itu terasa sakit.” Ares berdiri dari tempatnya, lalu berjalan mendekati Valora. “Halo, Valora.” Valora terkejut melihat Ares yang berdiri di depannya. “Kak Ares!” “Ares sayang. Jangan panggil Kak. Aku tidak mau dipanggil Kak oleh dirimu.” Tegur Ares pada Valora. Valora mengangguk. “Ya, Ares. Kau kenapa ada di sini?” “Oh… kebetulan aku dan teman-temanku duduk di sana. Kau mau pulang sayang. Mari aku antar, tidak baik kau pulang sendirian.” Kata Ares menarik tangan Valora lembut ke jok motornya. Valora menurut dengan mengulum senyumnya, merasa senang karena bertemu dengan Ares. Lalu Ares mengantarnya pulang. Semakin suka Valora terhadap lelaki itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN