Revando tersenyum lebar melihat ekspresi ragu Valora. "Tenang saja, Val. Ares pasti sudah menunggu di dalam sana. Dia tidak akan membiarkanmu menunggu terlalu lama," ucap Revando sambil menggandeng tangan Valora.
Valora mengangguk pelan, tetapi matanya masih penuh keraguan. Dia tidak yakin apakah keputusannya untuk datang ke klub malam ini adalah keputusan yang tepat. Tapi dia tidak bisa menolak ajakan Ares, lelaki yang disukai oleh dirinya. Lelaki yang mampu menarik perhatiannya di Kampus, dan membuatnya suka pada lelaki itu.
Mereka berjalan masuk ke dalam klub malam yang ramai dengan musik yang menggelegar. Valora merasa sedikit kewalahan dengan keramaian dan suasana yang begitu berbeda dari kehidupan sehari-harinya. Dia merasa seperti ikan kecil di dalam lautan yang begitu luas.
Saat mereka mencari meja tempat Ares berada, Valora merasa semakin gugup. Dia tidak tahu apa yang harus dia katakan ketika bertemu dengan Ares. Apakah dia akan terlihat bodoh di depannya? Apakah Ares benar-benar mengajaknya makan malam atau hanya ingin bercanda?
Akhirnya, mereka menemukan Ares yang duduk santai di meja VIP. Senyumnya terpancar begitu Valora dan Revando mendekat. "Val, kamu datang juga. Aku senang kamu bisa datang," sapa Ares sambil bangkit dari kursinya untuk memberikan pelukan pada Valora.
Valora merasa lega mendengar ucapan Ares. Semua keraguan dan kekhawatirannya seketika lenyap. Dia tersenyum dan merasa bahagia bisa berada di sana bersama Ares— lelaki yang disukai olehnya.
Malam itu berjalan dengan lancar. Mereka tertawa, bercanda, dan menikmati makan malam yang lezat. Valora merasa seperti dia berada di dunia yang berbeda, di mana semua masalah dan kekhawatirannya lenyap begitu saja.
Saat malam semakin larut, Ares mengajak Valora untuk menari di tengah klub. Mereka berdua berdansa dengan riang, tanpa memikirkan siapa pun yang melihat. Mereka hanya menikmati saat itu bersama-sama.
Di tengah-tengah lagu yang sedang diputar, Ares tiba-tiba berhenti menari dan menatap Valora dengan penuh kelembutan. "Val, aku ingin mengatakan sesuatu padamu," ucap Ares pelan.
Valora menatap Ares dengan tatapan penuh harap. Dia tidak tahu apa yang akan diucapkan Ares, tetapi dia merasa hatinya berdebar kencang.
"Aku suka padamu, Val. Aku suka padamu lebih dari sekadar teman," ucap Ares dengan tulus.
Valora terdiam sejenak, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Dia merasa seperti berada di dalam mimpi yang begitu indah. Dan tanpa ragu, dia menjawab, "Aku juga suka padamu, Ares."
Ares menyeringai mendengar apa yang dikatakan oleh Valora barusan. Siapa yang mau menolak dirinya hah? Tidak ada yang bisa untuk menolak dirinya. Dia itu lelaki yang memiliki pesona yang begitu luar biasa sekali.
“Terima kasih Valora. Karena kau sudah membalas perasaanku sayang.” Ucap Ares, mengusap pipi Valora lembut. Matanya menatap pada Valora dengan senyuman manisnya pada gadis tersebut.
Valora mengangguk. “Iya, Ares, aku juga berterima kasih karena kau juga menyukaiku.” Ucap Valora menunduk malu.
Pertama kalinya Valora jatuh cinta pada lelaki, dan akhirnya Ares juga mencintai dirinya.
Ares tersenyum. Ares menatap pada teman-temannya yang duduk di kursi depan bartender dengan minuman di tangan mereka. Awalnya Gavin dan Revando mau menyulap rooftop yang di perusahaan ayah. Ares untuk dijadikan tempat makan malam romantis.
Tetap Ares berubah pikiran. Dia menyuruh temannya itu untuk membawa Valora ke klub malam, ia akan menembak Valora di sini. Gavin dam Revando terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Ares, mereka tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Ares. Yang benar saja, kalau Ares akan membawa Valora ke klub malam.
Namun melihat Ares yang menatap mereka dengan tatapan kesungguhannya. Mereka langsung percaya pada teman mereka itu. Ya. Mereka tidak protes lagi, dan pada akhirnya mengikuti keinginan Ares.
Sialannya. Valora juga tidak keberatan untuk ke klub malam. Gadis itu memang terlampau bodoh, seharusnya dia tidak masuk ke sini langsung pulang ke rumah. Kalau lelaki sudah membawa seorang wanita ke klub malam. Maka tandanya lelaki itu bukanlah lelaki baik.
Tapi lihat ekspresi wajah Valora. Malah tampak bahagia.
Ares meletakan tangannya di pinggang Valora, lalu menarik gadis itu semakin merapat pada dirinya.
“Maaf, aku hanya tidak mau kamu itu disentuh oleh lelaki lain sayang.”
Kata Ares langsung membuat pipi Valora bersemu merah mendengar apa yang dikatakan oleh Ares barusan. Ia mengulum senyum malu-malu dan menatap ke segala sudut arah klub malam.
Valora melupakan pesan Ibu untuk tidak pulang larut malam. Sekarang sudah jam sebelas malam, Valora masih asik berdansa dan menari bersama dengan Ares. Wajah Ares yang begitu dekat sekali dengan Valora, membuat Valora menelan salivanya kasar.
Valora menutup matanya ketika Ares perlahan mendekatkan bibirnya dengan bibir Valora. Ares mencium bibir Valora, perlahan Ares mulai melumat bibir Valora. Tangan Valora sudah melingkar di leher Ares.
Gavin dan Revando meminum minuman mereka perlahan dan mata keduanya tidak beralih menatap dari Ares dan Valora. Keduanya masih menatap pada Valora yang diajari oleh Ares bagaimana caranya berciuman.
“Kau sudah melihat bukan? Gadis itu bukanlah gadis yang akan menolak Ares. Kita salah sepertinya menilai Valora yang akan menolak Ares, malahan Valora terbuai akan sentuhan Ares. Oh s**t! Kau lihat tangan Ares?” Tunjuk Revando, melihat tangan Ares yanb meremas b****g Valora dan Valora hanya diam dan tidak mendorong Ares.
Gavin mendengkus. “Jalang. Dia tidak ada bedanya dengan perempuan lain. Gayanya yang kutu buku ternyata seperti topeng, melihat dia yang membalas ciuman Ares dan diam saja ketika Ares menciumnya juga meremas bokongnya. Sudah membuktikan kalau dia merendahkan dirinya sendiri. Perempuan baik-baik mana, yang mau ditembak di klub malam?” Tanya Gavin menghina.
“Tidak ada. Tidak ada yang namanya perempuan baik-baik mau ditembak di klub malam, dibawa berdansa di dance floor dan sekarang dicium dan diremas sana sini oleh lelaki.” Geleng Revando kembali meneguk minumannya.
Gavin mengangguk. “Kau benar, tidak ada yang namanya gadis baik-baik yang seperti itu. Akh! Lebih baik kita mencari hiburan lain, dibanding melihat Ares yang mengajari si culun itu berciuman.” Ucap Gavin jengah, dan berjalan menuju sofa yang kosong dan dihuni oleh dua orang wanita bayaran.
Ares yang masih melumat bibir Valora, menyeringai di dalam ciumannya bersama Valora. Sebentar lagi, semuanya akan selesai.
Valora. Valora. Valora. Kau segampangan itu ternyata untuk didapatkan oleh Ares. Ares kira akan sulit mendapatkan Valora si mahasiswi pindahan yang culun dan pintar.