“Kau mau minum?”
Valora yang ditanya dan seakan lupa jam yang sudah menunjukkan pukul dua belas malam, dan Valora masih berada di klub malam berada di atas pangkuan Ares. Tidak berani untuk meminta pulang. Malahan Valora begitu nyaman sekali bersama dengan Ares duduk di pangkuan Ares dan tertawa kecil pada Ares yang terus mencium pipinya.
Ares memaksa Valora untuk meminum minuman alkohol yang botolnya ada di tangannya.
“Ayo, Val! Cobalah minuman ini, ini sangat spesial!” ujar Ares sembari menyerahkan sebotol minuman beralkohol padanya.
Valora melirik minuman tersebut dengan wajah ragu. Dia tidak menyukai minuman beralkohol dan selalu memilih untuk tidak meminumnya. Tapi Ares terus memaksa, membuatnya merasa tidak enak hati untuk menolak.
“Ares, aku tidak mau. Aku sudah bilang aku tidak suka minuman beralkohol,” ucap Valora tegas.
Ares memaksa lagi, “Ah, jangan seperti itu. Cobalah sekali saja. Siapa tahu kamu akan menyukainya.”
Valora menggelengkan kepalanya dan menatap tajam ke arah Ares. “Tidak. Aku sudah bilang tidak. Jangan memaksa aku.”
Ares merasa sedikit tersinggung dengan penolakan Valora, tetapi dia tidak menyerah begitu saja. Dia terus membujuk Valora dengan berbagai cara, mulai dari rayuan manis hingga ancaman.
Di sisi lain, Valora merasa semakin tidak nyaman dengan sikap Ares. Dia merasa terbebani dan tidak tahu harus bagaimana lagi. Sebentar lagi, dia akan terjebak dalam keputusannya untuk meminum minuman beralkohol atau tidak.
Setelah beberapa saat, Valora akhirnya merasa tidak kuat lagi. Dia meraih botol minuman alkohol tersebut dan dengan cepat meneguk isinya. Rasa pedas dan hangat langsung merambat di tenggorokannya. Dia merasa sedikit pusing, tetapi tidak ingin menunjukkan kelemahannya kepada Ares.
“Apa? Kamu benar-benar melakukannya?” ucap Ares terkejut.
Valora mengangguk dengan wajah yang berusaha tetap tegar. “Ya, aku sudah melakukannya. Tidak ada yang spesial dari minuman ini.”
Ares tersenyum puas karena akhirnya Valora mau meminum minuman tersebut meski dipaksa. Tetapi, keinginannya terwujud, sebab Valora tidak akan bisa menolak apa yang disuruh oleh Ares.
Ares menatap Valora yang memegang kepalanya. Pengaruh alkohol pada orang yang toleransi alkoholnya sangat rendah sekali, membuat orang itu pasti langsung mabuk. Jempol Ares mengusap pinggang Valora lembut.
Tubuh Valora menggelinjang dan rasanya begitu geli sekali.
“Cantik, mana handphone mu?” Tanya Ares, meminta handphone Valora.
Valora langsung mengeluarkan handphonenya dan memberikan pada Ares. Ares mengambil handphone Valora, dan ia menyeringai, mencari nomor Ibu Valora. Dia masih tahu tata krama dengan mengajak anak orang.
“Gavin, cepat kau suruh adikmu memfoto dia yang ada di dalam kamarnya. Lalu kirim ke nomor Valora.” Titah Ares.
Gavin mengerti maksud temannya, langsung menghubungi adiknya. Dan tidak seberapa lama, Ares sudah menerima pesan dari nomor adik Gavin ke nomor Valora. Adik Gavin yang perempuan yang seumuran dengan Valora, memfoto dirinya dengan piyama Doraemon di dalam kamarnya.
Ares mengirim foto itu ke Ibu Valora, dan juga mengirim pesan.
Valora: Bu, aku menginap di rumah temanku. Dia orang baik, lihat, dia begitu baik dan cantik. Tadi aku mau langsung pulang, tapi ternyata, mobil kakak tongkatku rusak, dan jauh sekali jarak rumah kita dari tempat rusaknya mobil. Untung saja rumah temanku ini dekat. Ahh… dia itu adik teman kakak tingkatku. Dia sangat baik ternyata walau baru kenal. Ibu tidak perlu khawatir.
Ares segera mengirim pesan itu pada wanita paruh baya yang ternyata sudah enam kali panggilan tidak terjawab. Ares masih waras untuk tidak membawa Valora pulang ke rumah gadis itu.
“Kau mau membawanya kemana?” Tanya Revando menatap Valora yang memejamkan matanya dan tampak pusing.
Ares melirik Valora yang memeluk lengannya, dan cegukan akibat alkohol yang diminum oleh Valora. Ares mengusap lengan Valora lembut. Sangat lembut dan halus sekali.
“Apartemenku. Memangnya aku mau membawa kemana lagi?” Tanya Ares menyeringai pada temannya.
Revando dan Gavin tertawa kecil mendengar apa yang dikatakan oleh Ares barusan. Ares memang b******k sekali, membawa Valora ke apartemennya dan merecoki Valora dengan minuman alkohol.
“Kau tidak sekalian menjualnya.” Ucap Revando tersenyum sinis.
Ares tertawa kecil. “Sayang sekali kalau aku menjualnya sekarang, karena aku belum mencicipinya. Nanti saja aku menjualnya setelah aku mencicipinya dulu.” Ucap Ares tertawa kecil.
“Sialan. Kau memang b******n Ares.” Ucap Revando tertawa sinis.
Ares melihat Valora yang sudah tidak sadarkan diri. Ares dengan cepat menggendong Valora, lalu membawanya keluar dari dalam klub malam, ia akan membawa Valora untuk pulang sekarang.
“Kau mau membawanya kemana Ares?” Tanya Gavin.
“Pulang ke apartemenku. Memangnya kau lihat aku mau kemana hmm? Bukankah aku bisa bermain sedikit dengan gadis ini?” Tanya Ares, mengusap perut Valora lembut.
“Ya, kau benar. Kau bisa untuk bermain sedikit dengannya. Bagaimana dengan ibunya, apakah dia sudah tenang dan tidak menghubungi Valora lagi?” Tanya Gavin penasaran.
Ares melirik handphone Valora yang ada di tangannya. Wanita yang menjadi Ibu Valora itu, percaya saja pada pesan yang dikirim oleh Ares barusan, tidak bertanya tentang Valora yang tidak pulang dan tidak memaksa Valora untuk pulang. Malahan dia mengizinkan Valora untuk mengginap.
“Sudah beres. Kau tidak perlu khawatir. Wanita itu sangat percaya sekali ternyata pada putrinya, padahal putrinya sekarang bersama seekor singa.” Tawa Ares kecil.
“Karena putrinya sebelum mengenal predator seperti dirimu, tidak pernah macam-macam dan selalu bersikap manis dan baik. Sayang sekali, dia harus mengenal orang seperti dirimu, karena dunia Valora akan dimulai dengan kebohongan.” Ucap Revando tertawa mengejek.
“Ya, siapa suruh dia menerimaku dengan tangan terbukanya dan tidak ada ketakutan sama sekali, pada akhirnya sekarang aku bisa untuk membuatnya masuk ke dalam duniaku. Dunia yang penuh dengan hal yang bisa membuatnya menderita.” Kata Ares mengecup kening Valora.
“Cih! Kau mencium keningnya, seolah kau mencintainya.”
Ares tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh temannya itu. “Sayang sekali, kalau melewatkan satu jengkal saja dari tubuh Valora. Semuanya sangat mengiurkan sekali darinya.” Kata Ares tersenyum sinis.
Gavin dan Revando saling menatap satu sama lain. Keduanya melanjutkan meminum minuman mereka. Tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh Ares pada Valora. Gadis culun itu tidak bisa untuk lebih pintar sedikit, dia gadis bodoh yang mau terayu oleh Ares yang memiliki niat lain pada Valora.