KEGILAAN SASKIA

871 Kata
"Aku antarkan kamu kembali ke kamarmu. Nomor berapa suite presidential yang kamu sewa?" Maxime tidak langsung menjawab. Ia menghitung jarinya lalu tersenyum ke arah Saskia. "Berapa umurmu tadi?" "Ck! Yang benar saja ...," gumam Saskia pelan lalu berdiri dan membopong Maxime menuju ke kamar 22 di lantai yang sama dengan tempat mereka berpesta. Saskia membaringkan tubuh Maxime ke atas kasur lalu pergi untuk menutup pintu. Kepalanya terasa agak pusing. Mungkin karena wine di gelas terakhir yang ia teguk sekaligus tadi. Lengkung senyum merekah di bibir Saskia. Ia merasa beruntung untuk sesaat. Bagaimana bisa 2 orang yang sudah mulai kehilangan kesadaran bercinta? Memang inilah direncanakan Saskia. Menjebak Maxime. Apa yang ia butuhkan hanyalah foto berdua dengan Maxime tanpa busana atasan, untuk membuktikannya pada Sonya jika Maxime bukanlah gay. Lagi pula, Saskia sama sekali tidak memiliki minat dengan pria seperti Maxime. Sebenarnya persetan baginya. Entah Maxime benar-benar gay atau bukan, ia tidak peduli. Ia hanya peduli dengan uang 1 miliar yang dijanjikan oleh Sonya. Saat kembali menemui Maxime, Maxime sudah kembali duduk sambil menatapnya. Jelas sekali wajah Maxime menunjukkan jika dirinya tengah mabuk. Saskia menghampirinya dan berdiri tepat di depan Maxime. "Istirahatlah," perintah Saskia. "Saskia?" "Apa?" Maxime membuka kancing kemeja teratas yang dikenakan oleh Saskia. "Kamu salah mengancingkan baju." "Benarkah?" "Ya." Kepala Saskia mulai terasa mengambang. Tubuh Saskia mulai bergerak diluar pertahanannya. Tentu saja ini diluar rencana Saskia. Ia tidak berencana untuk benar-benar mabuk. Tapi, tubuhnya ternyata tidak sekuat itu. Tangan Saskia menujuk ke kancing kemeja yang kedua. "Kalau yang ini?" tanya Saskia seolah menantang Maxime. "Itu juga salah. Sini, aku benerin," kata Maxime lalu membuka kancing kedua. "Bisa aku tebak, yang ini juga salah," ujar Saskia menunjuk kancing yang ketiga. Kali ini Saskia benar-benar sudah kehilangan kendalinya. Maxime mengangguk manja sambil tersenyum. Saskia melepas kemejanya, hingga terpampang pakaian dalam bagian atas yang berwarna hitam, melekat di tubuhnya. "Saskia?" "Apa?" "Kamu sepertinya tidak pintar memilih baju yang harus kamu kenakan untuk pesta. Warna itu terlalu tua. Tidak cocok untuk untukmu. Kamu terlihat seperti petugas kebersihan hotel. Lepaskan saja rok jelekmu itu." "Begitu, ya?" Lagi-lagi Maxime mengangguk manja. Memang sudah menjadi ciri khasnya ketika mabuk, seketika dirinya berubah bagaikan anak kecil. Saskia mengernyitkan dahi. Kepalanya mulai terasa ringan, yang ada dibenaknya hanya perasaan rileks dan bahagia. Tanpa malu dan canggung, Saskia melepaskan rok pendek abu-abu yang dikenakannya lalu melemparkannya begitu saja. "Kamu juga. Kaosmu itu warnanya mencolok dan merusak pemandangan mataku. Lepas saja," ujar Saskia, mengangkat kaos berwarna merah yang dikenakan Maxime hingga terlepas dan menampakkan d**a bidang pria bertubuh atletis itu. Mereka bertatapan sambil tersenyum. Keduanya dalam kondisi setengah sadar. Hanya hawa nafsu yang bergelayut di kepala Saskia dan Maxime. Maxime kemudian membenamkan kepalanya di tengah d**a Saskia, menghirup aroma khas tubuh wanita yang selama ini selalu menjadi rekan kerjanya itu. Hingga rasa tidak nyaman muncul. Dagunya membentur manik-manik penghias bra yang dikenakan oleh Saskia. "Ck! Benda apa ini? Mengganggu saja," kesal Maxime. Tangannya meraba kebelakang mencari pengait untuk melepaskan menghalang antara bibirnya dan kulit ranum Saskia. Ia tampak kesulitan mencari keberadaan pengait itu. "Gunting!" seru Maxime. Saskia buru-buru menepis tangan Maxime dan membuka pengait bra-nya. "Jangan coba-coba merusak Victoria Secret kesayanganku!" cegah Saskia. Kesadarannya yang memudar tidak bisa menghilangkan rasa waspadanya pada barang-barang mahal yang mampu ia beli itu. "Hehe" kekeh Maxime manja. Tawanya tampak lugu seperti anak kecil. Begitu bra yang dikenakan Saskia terlepas. Lengkung senyum di bibir Maxime seketika sirna. Apa yang tampak hanyalah mata elang dengan sorot tajam seolah siap menerkam buruannya. Dengan gerakan cepat, Maxime menarik tangan Saskia dan merebahkan wanita itu ke atas kasurnya. "Malam ini, kamu milikku," bisik Maxime tepat di telinga Saskia sebelum memulai aksinya. Saskia tersenyum seringai. Ingatannya tidak mampu merekam apa yang terjadi setelah ini. Cahaya matahari menerobos masuk ke celah-celah tirai, mengenai mata Saskia. Ia mengernyip pelan. Tidur nyenyaknya terganggu dengan cahaya menyilaukan itu. Perlahan, Saskia membuka matanya. Melirik ke samping dan menemukan Maxime masih terlelap dengan tubuhnya yang terbalut selimut. Untuk sesaat ia tidak menyadari apa yang sudah terjadi. Pandang manik matanya masih berkeliling menatap sekitar. Ia merasa heran dengan pakaian dalamnya yang berserakan di atas lantai. Bola mata Saskia melebar begitu ia meraba tubuhnya sendiri yang tanpa busana. "Haaaaaaah, aku melakukannya!?" sentak Saskia sambil mengintip tubuhnya dari balik selimut. Matanya terbelalak melirik Maxime yang masih terlelap. Ia membuka pelan selimut yang menutupi tubuh Maxime untuk memastikan. "Ck! Sial!" decak kesal Saskia saat mengetahui tidak ada satu benang pun melekat pada tubuh teman laki-lakinya itu. Saskia lalu menyandarkan punggungnya ke sandaran kasur, menengadahkan kepalanya sembari menarik napas panjang untuk mencari lebih banyak oksigen. Ruangan ber-AC ini terasa sesak. Misinya hanyalah pura-pura tidur berdua dengan Maxime, sehingga ia bisa mendapakan foto vulgar bersama laki-laki itu. Dan apa yang terjadi semalam, sepertinya bukanlah kepura-puraan. Hal yang paling disesali Saskia adalah ...ia sudah berselingkuh dari Steven. Lebih buruknya lagi, ia tidak berkesempatan merasakan apapun ketika melakukannya. Yaa ... kalau boleh jujur Maxime juga tidak kalah tampan dengan Steven. Tapi, siapa yang rela melepas lelaki kaya raya itu? Saskia berusaha memilah kembali memori di kepalanya, mengingat detail kejadian semalam, tapi tidak bisa. Ingatannya hanya sampai kepada saat dirinya dan Maxime yang saling menyalahkan baju yang dikenakan satu sama lain. Wajah Saskia tampak panik. Ia menangkupkan kedua tangannya pada pipinya sendiri. "Bagaimana ini? Bagaimana ini, astagaaaa?!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN