HARI PERTAMA

4039 Kata
Elena terbangun dengan d**a yang berdebar begitu kencang. Seakan baru saja berhasil terbangun dari mimpi buruk. Elena beranjak bangun dengan mendudukkan diri di atas ranjangnya. Gadis itu segera menelusuri tiap sudut kamarnya lewat ke dua matanya. Gadis itu mengusap wajahnya kasar setelah meneliti isi kamarnya saat ini yang dirasa aman. Bahkan nafasnya masih tersengal karena mimpi itu terasa sangat nyata. Dirabanya bibir miliknya yang memerah. Gadis itu masih bisa merasakan bibirnya yang terasa sedikit membengkak dan basah. Nenek! Elena teringat dengan keberadaan neneknya. Gadis itu langsung melompat dari kasur untuk keluar kamar mencari nenek. "Nek! Nenek Maria!" seru Elena. Gadis itu tergesa menuruni tangga. Dikelilinginya seisi rumah dari ruang keluarga, dapur yang menyatu dengan ruang makan dengan dinding sebagai pembatas, dan terakhir kamar tidur neneknya beserta kamar mandi di dalamnya, namun nihil. Kembali lagi gadis itu menuju keluar rumah, kali saja neneknya sedang berada di teras rumah namun ternyata juga kosong. "Nenek!" teriak Elena lebih keras. Debaran jantungnya kembali meningkat karena tidak menemukan neneknya. "Elena?" suara lembut itu membuat Elena menoleh lega. Gadis itu segera memeluk tubuh Maria yang datang dari arah belakangnya. "Nenek! Dari mana saja sih. Lena cari-cari dari tadi." "Ada apa sayang? Nenek ada di kebun belakang. Kau perlu sesuatu?" jelas Maria heran dengan tingkah cucunya. Elena menggeleng lemah. Diperhatikannya Maria yang memakai sarung tangan sedikit kotor dan baju santainya. "Nenek sedang apa?" "Nenek sedang membersihkan kebun belakang, sayang. Rencananya nenek mau menanam bibit-bibit tanaman yang kemarin nenek beli di pasar. Kau pasti baru bangun kan. Kenapa terlihat gelisah seperti itu hem?" "Lena, baik-baik saja nek. Hanya sedikit mimpi buruk. Nenek tunggu Lena sebentar yah." "Kenapa?" "Lena ikut ke kebun. Berbahaya jika nenek sendiri saja. Bagaimana jika ada ular yang menggigit nanti. Tunggu sebentar!" seru gadis itu sambil berlari kecil menuju kamarnya. Maria hanya menggelengkan kepalanya selepas kepergian gadis itu. Cucunya semakin protective terhadapnya. Tidak lama gadis itu terlihat lebih segar dan siap menemaninya. Pagi ini terlihat begitu cerah. Tidak disangkanya bahwa Elena terlihat lebih antusias berkebun bersamanya membuat waktu tidak terasa berjalan begitu cepat. Dengan bantuan gadis itu, area kebun belakang miliknya jadi semakin bersih bahkan sebelum hari semakin siang. Maria merasa cukup untuk hari ini. "Nah sayang, hari ini sampai di sini saja. Kita harus mengisi tenaga juga. Ayo masuk ke dalam." Hari itu adalah hari pertama Elena menghabiskan waktunya di desa nenek. Dimulai dari membantu neneknya berkebun, membantu membuat sarapan yang cukup telat untuk disebut sarapan karena hari telah mendekati siang, diiringi obrolan ringan sepanjang acara makan mereka. Setelah itu mereka memilih menghabiskan waktu dengan menonton acara televisi bersama yang berakhir dengan televisi yang menonton mereka yang tertidur bersama. Tidak ada yang menarik. Hanya mereka yang benar-benar menikmati waktu kebersamaan mereka dengan santai. *** Hutan Terlarang adalah hutan magis di mana banyak jenis monster yang hidup berdampingan di dalamnya. Hutan itu terletak di sudut pedesaan. Sebagai hutan yang menyimpan banyak rahasia di dalamnya, Hutan Terlarang terlihat memiliki wilayah yang tidak begitu luas. Namun sekali seseorang memasuki hutan itu, biasanya orang tersebut tidak akan kembali untuk selamanya. Kalau pun bisa kembali hidup-hidup biasanya orang itu akan mengalami gangguan mental dan perlahan demi perlahan akan meninggal juga. Sampai saat ini tidak ada yang mengerti penyebabnya. Mereka semua tidak mengerti bahwa tiap sisi hutan Terlarang bisa menembus dimensi lain yang akan terhubung dengan hutan Terlarang lainnya yang ada di segala penjuru dunia. Dalam jantung hutan Terlarang yang begitu gelap dipenuhi pohon-pohon besar yang kokoh dan tinggi menjulang, seorang pria tampan dengan paduan bibir tebal dan eye smile manisnya membuatnya terlihat seksi dan lovely secara bersamaan. Apalagi tubuh kekar berwarna eksotis yang dibalut kemeja hitamnya mampu mengundang betina meneteskan air liur ketika melihat dirinya. Pria mempesona itu bernama Jimmy. Pria serigala itu dengan tenang berjalan di tengah kegelapan tanpa adanya penerangan dan hanya mengandalkan pancaran cahaya dari sang rembulan. Tidak masalah. Dia seorang werewolf. Instingnya lebih tajam dari seekor serigala. Semua inderanya berfungsi lebih baik dari seekor binatang tersebut. Sesekali dirinya bisa mendengar suara lolongan dari beberapa hewan buas lainnya di sekitar. Dan burung malam sama sekali tidak bersusah payah menyembunyikan kicauannya mengiringi perjalanan solo pria itu. Tidak jarang dirinya berpapasan dengan penghuni hutan lainnya seperti serigala, leopard, ular dan hewan buas lainnya. Jimmy hanya membiarkan mereka mengawasi dirinya, dan ketika salah satu dari mereka mencoba melawannya, Jimmy cukup memberikan deathglare tajam yang diiringi aura buas yang dimilikinya sebagai seorang Alpha dari salah satu pack terkenal, maka mereka akan beringsut mundur. Ya, siapa yang tidak takut dengan aura mematikan dari seorang alpha sejati yang memiliki keistimewaan tersendiri sepertinya. Keistimewaan yang entah disebut berkah atau kutukan dalam packnya. Hanya Evan saja yang berani memperlakukannya seperti anak serigala yang kehilangan harga diri. Bahkan teman-temannya yang lain masih memberi rasa hormat padanya. Ular itu sangat pintar menghabiskan kantung kesabaran yang dimilikinya. Dasar teman laknat. Meski begitu, mereka semua tahu betapa berartinya persahabatan yang telah terjalin puluhan tahun satu sama lain itu. Memasuki hutan semakin dalam hingga langkahnya berhenti di perbatasan wilayah packnya. Silver Pack. Atas perintah dari wanita tertinggi dalam packnya yang menyuruhnya untuk pulang menemuinya, segera. Tanpa bertanya alasannya pun, Jimmy sudah mengetahuinya. Malam bulan merah. Sebentar lagi ritual menyakitkan itu akan dirasakannya kembali. Mereka akan kembali menyegel kekuatan sejatinya yang terlampau besar demi menjaga kedamaian bangsanya. Karena sampai saat ini, Jimmy belum bisa mengendalikan anugerah kekuatan yang diberikan Moon Goddess kepadanya. Karena kekuatan itu jugalah pemimpin packnya kehilangan nyawa saat menenangkan Jimmy muda yang kehilangan kendali di saat pergantian shiftnya yang pertama dengan serigalanya, Jeremmy. Alhasil Jimmy harus melakukan ritual yang menyiksanya itu seperti yang dirasakan Ednan, ayahnya sekaligus pemimpin Silver Pack sebelumnya, hingga ramalan konyol yang dikatakan para tetua datang. Entah apa. Yang Jimmy tau, ritual ini sungguh menyakiti dirinya dan tentu saja serigalanya, Jeremmy. Tubuhnya akan terasa panas hingga dirinya bisa mendengar suara tulang dalam tubuhnya terbakar dan retak. Jimmy akan meringkuk kesakitan dalam sel yang di tengahnya terdapat gambar segel berupa lingkaran dengan simbol-simbol aneh beserta ukiran bintang besar di tengah. Jimmy akan terantai di kedua tangan dan kakinya di atas segel itu hingga tiga hari ke depan. Dan proses menyakitkan itu membuatnya tidak sadarkan diri selama kurang lebih seminggu kemudian. Luar biasa bukan. Jimmy yakin segel itu jugalah yang menahan pertumbuhan serigalanya dalam wujud sejatinya. Karena itu, selama ini Jimmy hanya sanggup berubah dalam wujud cub serigala yang dianggap Evan seperti anak anjing yang kecil, lucu, dan menggemaskan. Ular sialan. Di luar itu, akhir-akhir ini Jimmy juga menyadari bahwa terkadang dirinya merasa tenaganya tiba-tiba meluap tidak terkendali di waktu yang tidak semestinya. Ada rasa takut dalam diri pria itu ketika mengingat pembantaian yang dulu pernah dilakukannya karena kehilangan kendali. Jimmy takut dirinya akan mengulang kesalahan yang sama. Karena itu, tidak masalah jika dirinya harus merasakan sakit. Itu lebih baik daripada dia terbangun kembali di atas tumpukan jasad di sekitarnya lagi. Jimmy memasuki kawasan packnya dan melewati beberapa penjaga gerbang yang segera menundukkan diri memberi hormat kepadanya. Beberapa warga yang bersisihan dengannya juga memberi hormat kepadanya. Jimmy hanya membalas seadanya dan berlalu pergi. Pria serigala itu sudah lama menyadari di balik kehormatan yang diberikan warganya, mereka menyimpan banyak kebencian, kemarahan, dan ketakutan kepadanya. Lebih tepatnya pada kekuatan yang dimilikinya. Karena itu, Jimmy memilih pergi dari packnya berkeliling mencari soulmatenya dan kembali jika mereka membutuhkannya, seperti membantu dalam perang atau seperti saat ini. Hingga pria itu bertemu dengan Evan dan memilih tinggal bersamanya. Langkahnya dengan pasti memasuki mansion besar di tengah hutan itu. Mencari ibunya yang masih menjabat sebagai Luna di dalam Silver Pack. Jimmy berhenti di depan pintu besar yang sudah lama tidak dikunjunginya. Pria itu mengetuk pintunya sebelum suara yang familiar dari dalam menyuruhnya masuk. Terlihat seorang wanita paruh baya yang terlihat cantik di balik meja kerjanya. Tidak ada yang menyangka bahwa wanita itu sudah berumur ratusan tahun dengan tampilan seperti itu. "Kau sudah pulang, Jimmy." sambutnya dengan senyuman yang terlukis di wajahnya. "Aku datang, Ratuku." "Ke marilah. Peluk mommy, sayang." Jimmy tersenyum kecil menuruti permintaan Ratunya. "I miss you so much, Jimmy." "Me too, my Queen." Luna Raya melepas pelukannya untuk memerhatikan wajah anaknya, Jimmy dengan jelas. Dilihatnya anak semata wayangnya yang lebih memilih pergi keluar pack demi menjaga keselamatan rakyatnya. Pria itu semakin tinggi, rambutnya pirang berkilau dan memanjang. Semakin kurus namun tetap memancarkan aura ketampanan dan kharisma yang diturunkan dari Ednan, Alphanya, Rajanya, belahan jiwanya yang sudah tenang bersama Moon Goddess. "Bagaimana kabarmu? Kau makan dengan benar bukan. Kau terlihat semakin kurus Chim-chim." "Aku baik-baik saja, Mom. Aku bisa mengurus diriku dengan baik. Kau terlihat semakin cantik, Mom." goda Jimmy sambil terkekeh melihat luna Raya yang tersenyum malu karena godaan anaknya itu. "Jangan menggoda Mommymu, anak nakal." luna Raya mencubit gemas pipi Jimmy membuat senyum pria itu semakin lebar. "Aku tidak, Mommy." "Mommy benar-benar merindukanmu Chim. Tinggalah di sini bersama Mommy. Mungkin saja kau bisa menemukan lunamu, sayang. Mommy kesepian tanpamu." luna Raya memandang alpha kecilnya dengan wajah sendu. "Maafkan aku, Mom." Luna Raya hanya bisa menghela napasnya dalam-dalam. Sudah berkali-kali dirinya meminta Jimmy pulang dan tinggal di sampingnya. Namun percuma. Di balik wajah malaikatnya, anak itu tetap keras kepala seperti ayahnya. Luna Raya juga menyadari betapa Jimmy merasa bersalah atas peristiwa yang terjadi bertahun-tahun yang lalu. Sudah berkali-kali juga dirinya berusaha menyadarkan anak itu, bahwa itu bukan kesalahannya. Namun percuma. "Ayo keluar. Kau harus menemani Mommy makan." ajak Luna Raya sambil menggamit lengan Jimmy. "Hahaha baiklah my Queen. Apa pun untukmu." "Jangan mengatakan itu jika kau saja tidak bisa menuruti permintaan Mommy untuk kembali." "Mom." "Ayolah sayang. Setidaknya bawakan Mommymu ini seorang Luna. Mommy sudah lama ingin sekali menggendong cucu." "Ya ya ya. Aku mengerti Mom. Jimmy juga ingin segera bertemu dengannya." "Berusahalah Chim, setelah ritual bulan merah ini selesai instingmu akan semakin menajam karena segel itu semakin melemah. Kau akan lebih mudah mencari matemu. Kau harus menemukannya segera untuk membantu menahan segelmu yang semakin melemah. Para Tetua semakin mencemaskan segel itu. Mommy tidak ingin kehilanganmu juga, nak." tutur luna Raya dengan wajah sendu memandang Jimmy. "Aku tahu, Mom. Tenanglah." Jimmy membawa tubuh luna Raya ke dalam pelukannya. Luna Raya benar-benar tidak bisa menyembunyikan kecemasannya itu. Siapa yang tidak cemas jika kau dihadapkan pada pilihan kehilangan orang yang kau sayang, sekali lagi. Berkat rapat dan keputusan Para tetua kemarin yang mengatakan tentang kelayakan Jimmy sebagai Alpha Silver Pack. Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa kekuatan yang dimiliki pria itu bisa dibilang anugerah atau bahkan kutukan. Karena terlampau besar hingga sampai saat ini Jimmy hanya bisa bergantung pada segel yang dilakukan tiap bulan merah yang ditentukan untuk menahan kekuatan itu. Sepertinya para tetua itu telah menyadari bahwa segel yang selama ini dipakai semakin rentan untuk bertahan. Karena itu, sebelum segel terlepas, dan Jimmy kembali mengamuk hingga berakhir melenyapkan seisi pack Silver, Jimmy harus segera mencari penawarnya. Ednan, Alpha sebelumnya berhasil mengendalikan kekuatan yang dimilikinya setelah bertemu dengan luna Raya, matenya, dan menandainya. Erick, serigala milik Ednan lebih terkendali saat bersama matenya. Dan itu berhasil mengatur emosi dalam diri Ednan. Lambat laun Alpha Ednan bisa mengatur tenaga yang dikeluarkannya berkat kestabilan emosi setelah bertemu dengan matenya. Pada dasarnya, Silver Pack dikenal dengan werewolfnya yang adalah kawanan manusia serigala yang memiliki kestabilan emosi rendah. Mereka lebih suka bergerak mengikuti insting liarnya dan akan mudah terpancing emosinya jika seseorang menghalangi kesenangannya. Dibanding werewolf dari pack lain, Pack Silver memiliki emosi di atas normal. Dan lebih bersifat posesif. Hanya saja, karena anugerah kekuatan yang dimiliki Jimmy dan ayahnya, Ednan, membuat emosi dan sifat alamiahnya meningkat berlipat-lipat di atas normal. Dan membuat mereka kehilangan jati diri dan hilang kendali. Karena itu luna Raya menyuruh Jimmy segera mencari lunanya. Atau para Tetua akan mengganti dengan Alpha yang baru dan melenyapkan Jimmy karena dianggap sebagai ancaman. Dalam kasus ini, melenyapkan artinya membunuhnya. Dan tidak ada seorang ibu yang senang anaknya dibunuh begitu saja meskipun itu untuk keselamatan rakyatnya. Hanya Jimmy yang dia punya sekarang. Hanya Jimmy. Ritual bulan merah akan dilaksanakan tiga hari setelah ini. Semua sudah dipersiapkan dengan matang. Para Tetua memperkirakan segel itu hanya bisa bertahan selama dua periode lagi. Artinya tersisa ritual saat ini dan ritual selanjutnya. Selama itu, Jimmy harus mencari solusinya sebelum Tetua sendiri yang memutuskan benang hidupnya. Jimmy sudah mengetahui itu. Bersyukur Jimmy memiliki jiwa yang lembut seperti ibunya. Jimmy menerima semua keputusan yang ditetapkan kepadanya meski Jimmy harus terluka karenanya. Mereka berjalan beriringan menuju ruang makan dan mengambil tempat di depan makanan yang telah dihidangkan omeganya. Luna Raya mengambilkan makanan untuk Jimmy dengan riang. Ratu Silver Pack itu terlihat begitu bahagia dengan kepulangan raja kecilnya. Dia tidak berhenti mengambilkan daging-daging untuk Jimmy yang membuat piring pria itu penuh dengan makanan. "Mom, aku bahkan tidak bisa melihat nasiku lagi. Aku bisa gendut kalau harus menghabiskan ini semua di tiap kali kita makan." gerutu Jimmy sambil mengerucutkan bibir andalannya yang semakin membuatnya terlihat kiyut. "Kau harus makan yang banyak sayang. Lihat tubuhmu semakin kurus. Di mana pipi chubby kesayangan mommy hem?" "Aku tidak ingin terlihat seperti buntalan mochi lagi, mom. Evan semakin menyebalkan menggodaku, kau tau." adu pria serigala itu. Luna Raya memang mengenal teman-teman Jimmy di luar sana terlebih Evan. Luna Raya hanya ingin menjaga keselamatan anaknya di luar sana dengan tetap memantau perkembangan Jimmy di mana pun dia berada. "Evan hanya menggodamu Chim." "Aku tau, Mom. Tapi Jimmy ingin menjaga bentuk tubuh untuk mateku nanti. Jimmy ingin terlihat gagah di depannya. Dan membuatnya bangga karena mendapat mate sepertiku." "Dia pasti akan bangga, Chim. Kau seorang Alpha dari Silver Pack yang kuat. Tampan dan mempesona seperti ayahmu." Jimmy tersenyum kecil mendengarnya. Dan memilih menghabiskan makanannya dengan tenang. Selama ini Jimmy terlihat baik-baik saja namun siapa yang bisa menyangka hati seseorang. Mommynya bahkan tidak menyadari keminderan yang dirasakan Jimmy saat ini. Pria itu cukup yakin Matenya akan menyukai penampilannya yang memang terlahir mempesona ini. Namun apakah matenya akan tetap menerimanya ketika mendapatkan seorang mate yang memiliki kutukan sepertinya. Bahkan juga membunuh ayah kebanggaannya. Malam itu, Jimmy mengistirahatkan badannya di kamar pribadinya. Baru sehari Jimmy pergi meninggalkan markasnya, dan pria itu sudah merindukan teman-temannya di sana. Terlebih Evan. Saat ini pasti ular itu sedang bersenang-senang dengan mangsanya. Bersama mereka, membuat Jimmy merasa bebas tanpa harus memikirkan kutukan sialan ini. Di malam yang sama, seorang gadis tengah meringkuk di atas ranjangnya dengan memejamkan matanya rapat-rapat. Muncul butiran keringat di pelipisnya menandakan keadaan gadis itu sedang tidak baik-baik saja. Tidak mempedulikan seseorang pria yang sedang duduk di tepi ranjangnya saat ini menatapnya lekat. Tubuhnya menghadap ke arah Elena dengan sebelah tangan yang bertengger di sisi gadis itu, mengukungnya. Sekilas pria itu terlihat hanya memperhatikan gadis itu, namun tidak ada yang menyangka bahwa saat ini Evan sedang membuat ilusi dalam mimpi gadis itu. Bibirnya membentuk seringai kecil melihat gadis kecilnya terlihat gelisah karena ilusi yang dibuatnya. Dengan ringan pria itu mengusap keringat di pelipis Elena. Elena berlari menyusuri hutan yang lebat itu. Ke mana pun kakinya melangkah Elena berharap dapat menemukan jalan keluar. Hutan ini seperti labirin yang tidak ada ujungnya. Elena begitu ketakutan karena merasakan sesuatu sedang mengejarnya. Sejauh dan secepat apa pun kakinya melangkah, Elena tetap mendengar suara desisan di sekitarnya. Dan itu membuatnya frustasi hingga tidak menyadari akar pohon yang menjalar di depannya. Brukk! "Awhhh! Hiks hiks!" isak Elena. Gadis itu yakin ini hanyalah mimpi dalam tidurnya. Karena dirinya tidak merasakan lelah dan sakit setelah berlari dan terjatuh seperti ini. Namun tetap saja ini membuatnya takut. Sampai kapan mimpi ini berlanjut. Tidak ada seorang pun di sini. Elena tidak tau bagaimana caranya terbangun dari mimpinya sendiri. Ssshhhh!! Elena terpaku di tempat ketika mendengar suara desisan itu begitu dekat di depannya. Dengan gerakan patah-patah gadis itu mendongak. Seekor ular berwarna putih dengan ukuran besar sudah berada tepat di depannya seakan memang menunggunya. Elena langsung lemas dalam duduknya. Apalagi ini! Gadis itu mulai menangis keras di depan ular itu. Tidak ingin berlari lagi karena merasa percuma. Tapi melihat ular itu yang bergerak mendekatinya, Elena merasa geli juga. Gadis itu sedari kecil tidak suka dengan hewan merayap seperti cacing, ulat, dan ular. Menggelikan. Lebih baik dirinya berhadapan dengan kecoak. Dengan catatan kecoak itu juga tidak dalam mode terbangnya. Elena memundurkan tubuhnya ketika ular itu semakin mendekat dan membuatnya terpojok di pohon besar belakangnya. "Hiks Jangan mendekat. Kumohon..." gadis itu mengusap air matanya yang tidak berhenti mengalir. Dan semakin meringkuk saat moncong ular itu menyisakan jarak beberapa senti saja di depan wajahnya. "Kau tidak mengingatku?" "Eh?" "Beraninya kau tidak mengingatku sedikit pun ketika belasan tahun aku selalu menunggumu, gadis sialan!" "K-kamu bicara? K-kamu yang b-bicara barusan?" tanya Elena. Gadis itu benar-benar tidak percaya melihat seekor ular yang bisa berbicara. Tapi dirinya lalu mengingat bahwa ini hanyalah sebuah mimpi belaka. Apa pun bisa terjadi bukan. Meski begitu Elena tetap membulatkan matanya masih tidak percaya. Gadis itu yakin ular di depannya ini mengucapkan sesuatu padanya, meski gadis itu tidak melihat gerakan bibir seperti orang berbicara pada umumnya tapi suara itu sudah pasti berasal darinya. Bahkan Elena bisa melihat mata ular itu sedang menatapnya tajam dengan lidah yang terkadang menjulur keluar. Siap menerkamnya. "Kau terkejut? Jangan cepat terkejut dengan hal kecil ini. Karena aku belum menunjukkan hal yang lebih mengejutkan lainnya padamu, gadis kecil." ular itu semakin mendekatkan kepalanya dengan tiba-tiba membuat Elena terpekik kecil sambil memejamkan matanya. "Agh! J-jangan me-mendekat! Kumohon." pinta Elena. Mendengar penolakan gadis itu membuat Evan kembali meradang. "Kau takut padaku?!" seru Evan yang lalu melilit tubuh Elena dalam sentakan kuat. Gadis itu semakin menangis keras dengan tubuh yang bergetar hebat. "Buka matamu dan lihat aku, sialan! Kutanya sekali lagi. Kau tidak mengingatku?" "A-ap-pa maksudmu?" Elena memaksa membuka matanya lebar-lebar untuk memandang ular yang mendesis di depannya. Tidak mengerti apa yang dimaksud ular putih itu. "Hahaha dasar manusia. Begitu mudah bertingkah munafik. Begitu mudah mengucap omong kosong. DAN JANGAN MEMANDANG SEAKAN AKU HEWAN PALING MENJIJIKKAN SEPERTI ITU! Jangan menguji kesabaranku gadis kecil. Aku bisa melumatmu saat ini juga." bentak pria ular itu merasa tidak terima dengan sikap gadis kecilnya. Evan mengeratkan lilitannya bersamaan dengan desisan keras miliknya di depan gadis itu. Membuktikan kemarahannya. Percayalah. Ini merupakan salah satu kalimat terpanjang Evan menurut Jimmy setelah belasan tahun jika pria itu sedang bersamanya saat ini. "Ahgk! Sak-kit! Hiks maafkan aku. Aku benar-benar tidak mengerti maksudmu. Kau pasti salah orang. Kumohon, biarkan aku pergi." Wajah gadis itu semakin kusut dengan air mata yang membasahi pipi chubbynya. Hidungnya memerah karena tangisan dan Evan menikmati penampilan itu. Evan senang melihat gadis itu bergetar ketakutan di depannya. Namun juga begitu marah karna gadis itu juga bertingkah jijik di depannya seakan Evan adalah hewan atau penyakit yang begitu menjijikkan dan bahkan gadis itu juga tidak mengingatnya. Jika ini saat dulu, Evan akan biasa saja melihat reaksi gadis itu yang memang merasa geli terhadapnya di awal pertemuan mereka. Namun sekarang gadis itu adalah miliknya. Gadis itu harus disadarkan dengan Tuan-nyalah dia sedang berhadapan. Suka maupun tidak suka gadis itu harus bisa menerimanya. "Jangan meragukanku gadis kecil. Aku tidak akan memaafkanmu karena telah melupakanku semudah itu. Bersiaplah, sayang. Aku akan selalu menghantuimu sampai kau benar-benar mengingatku. Biasakanlah tubuhmu dengan kehadiranku. Karena aku tidak akan melepaskanmu. Tidak akan!" *** Jimmy masih sulit memejamkan matanya. Lama tinggal di luar membuatnya merasa asing berada di rumahnya sendiri. Akhirnya pria itu berinisiatif keluar mencari udara segar. Sekalian meneliti suasana packnya di malam hari. Mungkin saja jika beruntung, pria itu bisa menemukan lunanya di sana. Di luar Jimmy bisa melihat beberapa deltanya yang sedang bertugas sesekali bersenda gurau dengan lainnya untuk membunuh kebosanan. Jimmy meneruskan perjalanannya. Karena tengah malam suasana terasa cukup sepi. Packnya terlihat semakin berkembang dan padat penduduknya. Itu membuat suatu pack semakin kuat. Pack ini benar-benar diurus dengan baik oleh luna Raya dan beta ayahnya, Kai, pengganti Alpha Jimmy untuk sementara ini. Sepertinya, mereka memang sudah mendapat pengganti Alpha yang tepat. Beta Kai adalah Beta yang memiliki kekuatan terkuat di antara Beta lainnya. Dan yang paling mendekati kekuatan ayahnya. Selain itu, Beta Kai juga memiliki pengaruh dan image yang baik di antara yang lain. Terlebih lagi, karena Jimmy menyadari ketertarikan beta Kai terhadap Mommynya sejak dulu. Jadi mungkin tidak masalah. Jimmy merasa kehadirannya di sini sudah tidak diperlukan lagi bukan. Sebuah foto yang memperlihatkan satu keluarga kecil yang terlihat bahagia diusapnya sayang. Terlihat sekali foto itu selalu dirawatnya dengan baik, menunjukkan bahwa betapa sayangnya luna Raya terhadap keluarga kecilnya. "Ednan, My King, jagalah selalu anak kita dengan baik dari sana. Aku sangat merindukanmu, my Love." ucapnya lirih. "Aku juga merindukanmu, my Queen." sebuah pelukan yang melingkar erat dirasakan luna Raya dari pria yang datang tiba-tiba di belakangnya. "Beta Kai, lepaskan!" pekik luna Raya. "Tidak bisa, my Queen." jawab beta Kai. Pria itu mulai mengendus kuat wangi khas yang menguar dari tubuh luna Raya. Membuat wanita itu semakin risih dan mulai memberontak. "Kubilang lepaskan! Kau semakin berani, Kai. Aku Lunamu! Kau harus selalu ingat itu!" "Ya, kau Lqlunaku, Raya. Sejak dulu harusnya kaulah yang menjadi Lunaku, Mateku, Milikku. Aku mencintaimu sejak dulu Raya. Sialnya Moon Goddess memasangkanmu dengan Alpha yang tidak berguna sepertinya." "Jangan mengatainya, Kai! Jangan bicara omong kosong seperti itu. Kau sudah menemukan Lunamu. Harusnya kau bersikap setia hingga matimu." "DIA SUDAH MATI, RAYA! Dan Alphamu juga. Tidak salah bukan jika kita bersama. Aku akan menggantikan posisi Alpha sebentar lagi. Dan aku akan menjadikanmu milikku, luna Raya." "Jangan bermimpi, Kai. Alpha Silver Pack yang selanjutnya adalah Jimmy, anakku. Dan aku juga tidak akan menjadi milikmu. Aku milik Rajaku, Ednan." "Khekhekhe jangan terlalu berharap pada anak tidak berguna sepertinya, luna Raya. Sebaiknya persiapkan hatimu setelah kematiannya nanti." PLAKKK! Suara tamparan itu terdengar begitu keras di malam sunyi ini. Terlebih luna Raya memakai tenaga serigalanya hingga mampu membuat robekan di sudut bibir Beta terkuat itu. "Keluarlah!" titah Luna Raya dengan menekan kalimatnya. Itu sebuah nada perintah dari seorang Luna. Yang semakin membuat Kai menyeringai senang. Lunanya memang perlu sedikit dijinakkan. Diusapnya darah yang mengalir dari sudut bibirnya. Sebelum Kai menarik tubuh Raya ke arahnya dan menciumnya dengan kasar. "Hmmpt, Ka-i. Lep-pas! Breng-ump-sek kau!" umpat Luna Raya Di sela-sela ciumannya sekuat tenaga berusaha melepaskan diri dari dekapan erat pria itu. Hingga tidak menyadari foto di tangannya telah jatuh terlepas dari genggaman tangannya. Kini framenya pecah. Beta Kai terus mendesaknya dan membantingnya jatuh ke arah ranjang. Kedua tangannya digenggam erat membuatnya sulit bergerak. Matanya sudah berubah ke mode serigalanya Rashy, menunjukkan adanya sebuah ancaman. Luna Raya mengerahkan seluruh tenaganya namun percuma di hadapan Beta terkuat seperti Kai, yang merupakan prajurit terkuat di Silver Pack. Luna Raya merasakan bau anyir di bibirnya karena gigitan kuat dari pria itu. Air matanya turun. Selama ini dirinya membungkam mulutnya atas perlakuan Kai terhadapnya. Raya masih menjaga hubungan persahabatan mereka yang telah terjalin sejak kecil dan rasa terima kasihnya karena pria itu selalu menjaga Alphanya di setiap pertempuran. Tapi malam ini, pria itu sudah kelewat batas! Harusnya luna Raya bisa berteriak menjerit meminta pertolongan lewat mindlink pada semua prajurit yang berjaga, namun diurungkannya karena mengingat Jimmy yang sedang berada dalam packnya. Luna Raya tidak ingin mengambil resiko dengan membiarkan anaknya murka karena melihat perlakuan Betanya. Itu bisa mempengaruhi segel Jimmy yang memang harus diperbarui lagi. Dan sepertinya semua sudah terlambat. SRAT! BRUAK! PRANGGG! Bagai slow motion, luna Raya melihat tubuh Kai yang ditarik dari atas tubuhnya dan langsung dilempar ke luar kamar dengan kerasnya hingga membentur apa pun yang berada di sekitarnya. Suaranya terdengar berisik hingga berhasil mengumpulkan hampir seluruh penjaga mansion untuk melihat keadaan. Mereka tidak bisa menutupi rasa keterkejutan di wajah masing-masing karena seorang calon Alpha telah diserang. Dan semakin terkejut ketika melihat si penyerang adalah Alpha mereka sendiri yang mulai kehilangan kendali diri. "A-alpha Jimmy!" GGRRHHH! Gigi taringnya sudah memanjang di kedua sisi, diikuti telinga dan ekornya dengan bulu putih peraknya yang tumbuh di sekitar tubuhnya. Matanya sudah berganti warna menjadi perak, warna sejati serigalanya, Jeremmy, yang menggeram kuat menunjukkan sebuah ancaman. Jimmy sudah merunduk bersikap seperti layaknya serigala yang berdiri dengan kedua kaki dan tangannya tanpa mengubah bentuk manusianya. GRRHH! GGRRAAAAUU! AAAUUUUUUHH! Suara lolongan serigalanya terdengar kuat membuat mereka yang berada di sana bersiaga. Segelnya mulai terlepas sebelum waktunya. Dan itu sudah bisa dipastikan karena Jimmy tidak bisa mengendalikan kemarahannya ketika melihat perbuatan b***t pria yang sedang duduk menyeringai ke arahnya saat ini. I GOT YOU!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN