HARI PERTAMA(2)

2949 Kata
Pengenalan istilah. Alpha : Gelar pemimpin kawanan werewolf dalam sebuah pack. Pack : Kawasan atau area yang dihuni kawanan werewolf. Mate : Pasangan serigala yang sudah ditakdirkan oleh Moon goddess. Moon Goddess : Dewi atau Ibu yang menjaga Werewolf. Luna : Sebutan / gelar dari pasangan seorang Alpha. Beta : Wakil dari Alpha. Gamma : Statusnya di bawah beta dan memiliki wewenang untuk melatih werewolf lainnya. Delta : Statusnya di bawah Gamma. Omega : Pelayan. . . Suasana mansion dalam Silver Pack saat ini dalam masa tegangnya. Seluruh penjaga baik dari posisi Delta, Gamma, dan Beta termasuk Beta Kai yang masih terduduk di tempatnya karena lemparan yang dilakukan Jimmy, kini berfokus mengitari Jimmy yang masih menggeram marah menghadap Kai yang masih menampilkan seringainya tanpa diketahui werewolf lainnya. Mereka terlalu fokus dengan gerak-gerik alpha Jimmy yang mulai hilang kendali atas dirinya. "Alpha Jimmy, tolong bertahanlah! Kendalikan dirimu." Ucap Beta Kriss mencoba tetap menjaga kesadaran alphanya. Dirinya yakin alpha Jimmy saat ini sedang berusaha setengah mati menjaga kesadarannya dan menekan kekuatannya. GERRHH! HERRMM!! Geraman Jimmy cukup membuat werewolf lainnya menunduk takut karena pria itu tanpa sadar mulai mengeluarkan alpha tonenya. Jika seorang alpha telah mengeluarkan alpha tonenya, maka itu berarti tidak ada yang bisa membantahnya. Dengan cara itu juga seorang alpha mengatur werewolf dalam packnya. Itulah kekuatan sejati seorang alpha. Saat ini, kedudukan alpha berada dalam tangan Jimmy. Jika pria itu mengeluarkan alpha tonenya dalam keadaan seperti ini, maka itu sebuah ancaman bagi packnya. Karena werewolf tidak ada yang bisa melawan seorang alphanya. Itu hukum mutlak dari bangsanya. Karena itu jugalah alasan para tetua ingin mengganti posisi Jimmy sebagai alpha, karena pria itu bisa mengancam packnya sendiri. Terlalu beresiko jika Jimmy yang belum bisa mengendalikan kekuatan sebesar itu memegang posisi terkuat dalam packnya. Dan terlalu beresiko juga jika mereka mengeluarkan Jimmy dalam pack atau bahkan menjadikannya rogue. Mereka takut kekuatan yang dimiliki Jimmy bisa dimanfaatkan oleh pack lain untuk dijadikan sebagai senjata perang. Dan jika anak itu menjadi seorang rogue, maka Jimmy perlahan akan kehilangan kewarasannya dan menjadi brutal di luar sana. Sekali lagi, terlalu beresiko. Jalan satu-satunya adalah melenyapkannya. Para tetua yang telah datang sungguh terkejut setelah mendengar Alpha Jimmy yang mengamuk tengah malam seperti ini. Padahal kurang dua hari ritual akan dilakukan. Mereka bisa melihat Jimmy yang saat ini menggeram kuat dengan mencengkeram kepalanya. Berusaha menjaga kewarasannya. Terlihat dari bola matanya yang beberapa kali berubah warna berusaha berganti shift dengan serigalanya yang meraung ingin dilepaskan. Dari beberapa sisi, werewolf lain berusaha menahan pergerakan alpha Jimmy dengan masing-masing tali yang berhasil diikatkan padanya. Tali itu melilit tubuh Jimmy dengan ujung-ujungnya yang sudah dicengkeram kuat oleh beberapa werewolf handal mereka yang sudah berganti shift dengan serigalanya. Atas usulan dari Beta Kriss karena beberapa kali Jimmy berusaha menyerang Beta Kai. Mereka belum mengetahui penyebab kemarahan alphanya, namun mereka harus berusaha menenangkannya sebelum alpha Jimmy tidak terkendali lagi. "Dimana Luna Raya?" Tanya Tetua Johannes. "I-itu, Luna sedang, ano ..." salah satu omega terbata menjelaskan keadaan Lunanya. "Aku disini." semua mata mengarah pada Luna Raya yang berjalan diikuti omega di belakangnya. Penampilannya sedikit berantakan dengan rambut panjangnya yang terurai dan mata sembab beserta sudut bibir yang berdarah. Raut terkejut dan penasaran muncul di wajah mereka yang melihatnya. "Luna Raya, anda baik-baik saja?" tanya Beta Yeonjung tidak bisa menyembunyikan raut wajah terkejutnya karena penampilan Luna Raya yang sekarang jauh dari kata anggun yang selama ini melekat dalam dirinya. "Luna Raya, Jelaskan apa yang terjadi." kali ini Tetua Lee yang berbicara. "Beta Kai sudah berbuat lancang padaku." tegas Luna Raya. Setelah menghela napasnya dalam-dalam untuk menguatkan hatinya. Meskipun kejadian ini bisa menampar imagenya, namun dirinya baik-baik saja. Lebih baik menanggung malu karena membuka aib sendiri untuk melindungi anaknya, Jimmy, yang sedang diikat seperti buruan di depan matanya. "Pria itu sudah bertindak di luar batas padaku, Lunanya. Dan anakku sedang menyelamatkanku darinya. Alpha Jimmy tidak bersalah." lanjutnya. Terdengar pekikan kecil dan bisik-bisik dari beberapa werewolf lainnya yang ikut mendengarkan. Tidak percaya dengan tindakan Beta terkuat mereka itu. "Benarkah seperti itu, Beta Kai." "Maafkan aku Tetua. Aku menyesal telah bertindak gegabah. Tidak bisa menahan perasaanku sendiri. Aku begitu mencintai Luna Raya hingga membuatku gelap mata." jawab Beta Kai menundukkan kepala sambil bersimpuh. "Sudahlah Luna Raya. Beta Kai hanya menyukaimu. Bukankah kalian memiliki hubungan yang begitu dekat sejak dulu. Kenapa kalian tidak bersama saja. Sebentar lagi dia akan menggantikan posisi Alpha disini." ucapan Tetua Johaness berhasil membuat Luna Raya menganga tidak percaya. Hatinya sebagai seorang wanita terluka. "Tetua Johaness, apa itu berarti kau membenarkan perbuatannya?" "Jangan salah paham terlebih dulu, Luna Raya. Kurasa Beta Kai hanya ingin menunjukkan cintanya padamu." "Jadi menurutmu dengan memaksa seseorang itu adalah hal yang wajar? Tetua Johaness, aku memang seorang Shewolf yang kehilangan matenya, belahan jiwanya. Namun bukan berarti werewolf lain bisa melakukan sesuka hatinya terhadapku. Terlebih pada seorang Luna sepertiku." "Luna Raya, mencari pria lain adalah wajar karena anda telah kehilangan seorang Mate. Saya rasa dengan kejadian itu tidak masalah. Seperti yang anda bilang. Anda seorang Luna. Tentu bukan hal sulit untuk anda sekedar meminta pertolongan bukan. Namun anda tidak melakukannya. Bukankah itu berarti anda juga menginginkannya?" "Jaga ucapanmu Tetua. Aku hanya tidak ingin membuat Alpha Jimmy marah dan kehilangan kendali dirinya ketika melihatku seperti ini." "Itu berarti sebuah keputusan yang benar untuk mengganti posisi seorang Alpha bukan. Hingga saat ini alpha Jimmy tidak bisa menahan kekuatannya. Itu terlalu beresiko untuk pack. Beta Kai memiliki potensi besar untuk menerima tugas itu. Selain dia adalah Beta terkuat dan berbakat, kepribadian yang baik, rakyat menyukainya dan terlebih dia bisa menjadi seorang Alpha untukmu. Bukan beg-" DUAKHH! Dalam sekejap mata tubuh Tetua Johaness melayang menghantam dinding dengan keras. GRRHH! Bola mata Jimmy sudah berganti sepenuhnya dengan tubuh yang berhasil berganti shift dengan serigalanya, Jeremmy. Pergantian shift yang dilakukan sebelum memperkuat segelnya saat ini membuat serigalanya berubah dengan ukuran sejatinya. Keturunan murni serigala Silver yang berukuran sedikit lebih besar dan gagah dibanding yang lainnya sedang berdiri menjulang menampilkan taringnya setelah berhasil menarik tali dari cengkraman pengawalnya dan menghantam kuat tubuh tetua tidak tahu diri itu. Jimmy begitu marah ketika dirinya masih bisa mendengar percakapan sialan itu yang menyudutkan wanita tercintanya. Dan sukses membuatnya terlepas dari segelnya. "Bersiap di posisi masing-masing!" seru Beta Kris ketika tersadar dari keterpanaannya melihat perwujudan mempesona dari serigala alpha Jimmy pertama kalinya. Seluruh pasukan segera berganti shift dengan serigalanya bersiap menyerang. Jimmy mengalihkan pandangannya dari tubuh tetua yang tergeletak di lantai tidak sadarkan diri kepada kerumunan werewolf di depannya. Fokusnya pada werewolf sialan yang sedang menyeringai senang di ujung sana. GRAUUU! Jimmy atau saat ini telah berganti shift dengan Jeremmy bergerak maju diikuti pasukan di depannya yang menghadangnya. Gerakan Jeremmy begitu kuat dan tak terkendali. Tidak segan segan pria itu menghempaskan tubuh dan menggigit menggunakan taring tajamnya yang kuat. Jeremmy bergerak dengan lincah dengan bulu bulunya yang mengembang. Berkelit dengan melompat kesana kemari tanpa ada hambatan yang berarti. Layaknya seekor kuda yang baru dilepas dari kandangnya. Dia terlihat senang dengan cucuran darah segar yang membasahi area moncongnya. Beta Kriss tidak tinggal diam. Dia juga segera berganti shift dengan serigalanya, Jack. Dan mencoba menghentikan gerak lincah alphanya dibantu dengan kedua gammanya. Terjadi pertarungan di antara mereka. Suasana di sekitar terlihat banyak cipratan darah dan tubuh-tubuh yang tergeletak di lantai seperti layaknya terjadi perang pada umumnya. Luna Raya tidak bisa berdiam diri saja. Semakin Jimmy berontak, semakin tetua berkeinginan melenyapkannya. Dan itu tidak bisa terjadi. Dirinya segera berganti shift dengan serigalanya, Rashy. "JIMMY, JEREMMY BERHENTI!" teriak Luna Raya namun tidak ada respon sama sekali dari anaknya itu. Mereka masih fokus bertarung di depannya. Beberapa kali Jeremmy hampir mendapat pukulan kuat dari hasil kerja sama dari beta dan gammanya. Hingga serigala itu mendapat celah untuk menunjukkan taringnya ke arah Beta Kriss yang lengah. Luna Raya yang menyadari itu segera melompat untuk menghentikan aksi anaknya itu. "JIMMY HENTIKAAN!!" Jimmy yang menyadari adanya penghalang segera berbalik arah dengan menginjak pilar di sampingnya dan menghempaskan tubuh itu kuat hingga membuatnya terpental menabrak kuat dinding di belakangnya. DUAG! KAINGG! Brukk! Tubuh serigala Rashy merosot jatuh. "LUNA RAYA!" "LUNA!" Semua terkejut dengan kejadian itu. Serigala Luna Raya jatuh tergeletak lemas di tempat dengan napas tersengal. Terdengar suara tulang retak ketika tubrukan itu terjadi. Bisa dipastikan tubuhnya tidak baik-baik saja. Kekuatan Jimmynya memang tidak main-main seperti yang dibicarakan. Beberapa omega segera berlari kearahnya untuk memberi pertolongan pertama. Dari tempatnya Luna Raya masih bisa melihat serigala Jeremmy yang terpaku di tempat melihatnya. Ah, anaknya itu pasti akan semakin semakin merasa menyesal lebih dalam lagi karena ini. Pertama kalinya, meski tidak disengaja, Jimmynya telah melukai mommynya. Itu pasti membuatnya semakin terluka. "Jimmy-ku, sudah cuk-kup sayang. Mommy baik-baik saja." dengan suara lirihnya, Luna Raya berharap Jimin berhenti melukai dirinya. Keadaan itu tidak disia-siakan oleh Beta Kai. Pria itu segera menerjang serigala Jimmy yang masih terpaku melihat tubuh serigala Rashy yang berubah kembali menjadi tubuh manusianya. Dengan tenaga besarnya, Kai menunggangi punggung serigala Jeremmy dan meletakkan tangan di bawah kedua kaki depan Jeremmy dan mengapitnya, mematahkan tulangnya hingga menimbulkan retakan tulang dari serigala itu. Raungan kesakitan serigala terdengar lirih. Luna Raya sempat melihat serigala Jimmy yang ambruk dan berubah menjadi bentuk manusianya sebelum Luna menutup mata dengan tetesan air mata di pelupuk matanya. . . . AARRGHHH! GHUUH! HAH HAH! Teriakan memekakkan telinga itu terdengar dari arah bawah tanah. Tempat yang sudah disiapkan untuk Jimmy melakukan ritual penyegelan. Sudah tiga hari berlalu sejak pria itu mengamuk. Setelah kembali dari wujud aslinya Tetua Lee menyuruh pengawal untuk segera membawanya ke ruang bawah tanah. Mereka memborgol kedua tangan dan kaki Jimmy juga rantai yang terbuat khusus melingkari leher Jimmy. Semua borgol itu dihubungkan dengan rantai panjang yang mengarah pada beberapa titik pola yang tergambar di lantai. Di luar pintu sudah berdiri beberapa pengawal yang bergantian berjaga siang dan malam. Selama itu pula mereka dengan jelas mendengar raungan kesakitan dari Jimmy, alpha mereka. Raungan yang terdengar menandakan proses penyegelan belum selesai. Dan sudah tiga hari ini tidak ada yang diperbolehkan masuk ke dalam meski hanya sekedar memberinya makan karena itu sungguh berbahaya. Dalam ruangan itu sendiri terlihat tubuh Jimmy yang berpendar kemerahan seperti bara api menahan serigalanya untuk berganti shift. Bahkan menguar uap panas dari dalam tubuhnya diikuti dengan bunyi kretek-kretek dari tulangnya yang terbakar. Berkali-kali pria itu memberontak, menghentak-hentakkan seluruh tubuhnya untuk melepaskan diri. Matanya telah berubah warna perak. Air liurnya juga sesekali menetes menandakan pria itu sedang berada di ambang kewarasan. Banyak urat-urat yang menonjol dalam tubuhnya yang telanjang. Semua yang melihatnya saat ini pasti akan merasa takut sekaligus prihatin. Sungguh tidak mencerminkan penampilan seorang Alpha yang berkuasa dan terhormat. Penyegelan ini benar-benar menyiksanya sekaligus menyiksa hati Luna Raya yang tidak sanggup melihat proses penyegelan Jimmy. Luna Raya sendiri sedang menyembuhkan diri di kamarnya setelah penyerangan yang tidak sengaja dilakukan Jimmy malam itu. Dengan kekuatan wolfnya, Luna Raya bisa mendengar raungan Jimmy dari kamarnya di lantai atas. Membuatnya meneteskan air mata. Diiringi dengan raungan keras sekali lagi, tubuh Jimmy akhirnya meluruh jatuh kelantai dengan nafas berat. Pendar merah dalam tubuhnya menghilang menunjukkan kulit putih Jimmy yang berkeringat. Juga warna bola mata yang kembali seperti semula. Rambut basah Jimmy yang telah memanjang sepunggung acak-acakan efek penyegelan itu. Ruangan yang terdengar mulai tenang menandakan proses penyegelan telah berakhir. Luna Raya yang segera datang diikuti beberapa omeganya langsung memerintahkan pengawal untuk membuka dan merawat alpha mereka. Ketika pintunya terbuka, Luna Raya bisa melihat tubuh telanjang Jimmy yang telungkup lemah di atas lantai, tidak sadarkan diri. Para omega segera menundukkan arah pandangan untuk menghormati privasi alphanya. Setelah menyelimuti tubuhnya, Jimmy dibawa ke kamarnya dan mereka segera melakukan tugasnya untuk mengobati dan merawat Jimmy yang biasanya baru akan tersadar beberapa hari kemudian. Begitulah tradisi yang dilakukan Jimmy di tiap bulan merah datang. Keadaannya terlihat jauh lebih baik. Jimmy terlihat seperti pangeran tidur di ranjangnya dengan geraian rambut panjangnya di sekitar. Luna Raya mendekati anak semata wayangnya memposisikan diri duduk di tepi ranjang Jimmy. Wajahnya sendu menatap Jimmy. Sampai kapan ini harus terjadi. Dengan kejadian yang sudah terjadi malam itu semakin membuat tetua memikirkan keputusan untuk menyingkirkan Jimmy, meskipun tetua Lee juga ikut membantunya untuk menenangkan tetua lainnya. Rasanya hatinya belum tenang sebelum pangerannya menemukan soulmate miliknya. Luna Raya menggenggam tangan Jimmy sembari mengelusnya dengan lembut. "Jimmy, alpha kecilku. Cepatlah temukan dia, nak. Dan tetaplah hidup di samping mommy." Luna Raya mencium kening Jimmy sebelum melangkah keluar dari kamar Jimmy. *** "TIDAK!" Elena terbangun paksa dari tidur malamnya. Nafasnya kembang kempis tidak beraturan dengan keringat yang memenuhi dahinya. Lagi-lagi mimpi itu mengganggunya. Mimpi bertemu ular besar yang bisa berbicara dan terlihat begitu ingin memangsanya. Sudah dua hari setelah mimpi terakhir bertemu dengan ular itu, Elena selalu memimpikan hal yang sama. Seakan ular itu benar-benar ingin membuat Elena selalu mengingatnya. Membuat dirinya bingung. Mana pernah Elena bertemu dengan ular putih berdiameter sebesar pohon pisang yang bisa berbicara seperti itu. Kalaupun pernah, bisa dipastikan Elena tidak akan bisa bertahan hidup jika berhadapan dengannya. Memang waktu pertama kali Elena bertemu dengan Evan, tubuh ular pria itu masih berukuran sedang karena ukurannya menyusut banyak akibat tenaganya yang melemah karena itu Elena merasa sulit mengingatnya. Elena mengusap keringat di pelipisnya. Tenggorokannya benar-benar kering rasanya. Diedarkan pandangannya menelusuri kamarnya yang temaram dengan bantuan cahaya rembulan. Waktu masih menunjukkan pukul tiga pagi. Lena turun dari ranjang untuk mengambil airnya di dapur. Rumah terlihat begitu sepi ketika Elena melewati ruang tamu. Sekilas bayangan seseorang yang duduk di sofa tertangkap dari sudut matanya. Dan ketika gadis itu menoleh tidak ada apapun yang ditangkapnya. Hahhh dirinya pasti sedang kelelahan karena tidak bisa tidur nyenyak akhir-akhir ini. Elena memang sengaja menyibukkan diri melakukan pekerjaan sekecil apapun bermaksud membuat tubuhnya lelah seharian dan pada akhirnya dirinya akan dapat tidur pulas di malam hari. Setidaknya tidak memimpikan ular itu lagi pikirnya. Sepertinya rencananya gagal karena seberapa pun lelahnya Elena, gadis itu tetap memimpikan hal yang sama. Yang didapatnya hanya seluruh tubuhnya yang semakin lelah dan sakit di sana-sini, bahkan neneknya mengatakan matanya semakin mirip panda karena menghitam. Diteguknya air dingin dalam botolnya langsung untuk melepas dahaga. Lena membawa sisanya menuju sofa panjang dan mendudukinya. Kepalanya terasa pusing karena selalu terbangun mendadak seperti tadi. Elena merasa dirinya sangat mengantuk. Kalian mengerti rasanya kantuk menyerang di saat kamu baru saja bermimpi sangat buruk bukan. Ingin tidur tapi juga takut jika mimpi itu datang lagi. Elena meneguk kembali air mineralnya sebelum menutup botolnya kembali. Direbahkan tubuhnya di atas sofa panjang dengan bantalan yang ada. Tidak perlu menunggu lama gadis itu telah jatuh ke dalam alam mimpi lagi. Tanpa menyadari bantal yang menjadi tumpuannya berubah menjadi paha milik seorang lelaki tampan. Evan. Pria itu menunjukkan smirknya menatap Elena yang tertidur dalam pangkuannya. Terdengar dengkuran halus dari bibir gadisnya. Jemari panjang Evan mengusap pelipis gadis itu, lalu turun menelusuri garis alis, bulu mata, tulang hidung, pipinya yang chubby dan garis bibirnya yang mungil. Evan berlama-lama mengusap bibir cherrynya dan dengan gerakan halus pria itu mengecupnya. Tangan kanannya menyender di bahu sofa dengan tangan kiri yang mulai mengelus lembut kepala gadisnya. "Aku akan membiarkanmu kali ini. Tidurlah dengan nyenyak, baby." Sesuai perkataan Evan, Elena bisa menikmati tidurnya kali ini meski hanya beberapa jam saja. *** Sinar mentari mulai menyinari wajah pulas Elena. Gadis itu menggeliatkan tubuhnya sebelum membuka matanya. Meski tertidur hanya beberapa jam saja namun tubuhnya terasa lebih ringan dan segar dari sebelumnya. Elena baru menyadari selimut yang membungkus tubuhnya. Mungkinkah nenek yang mengambilnya dari kamar? Tidak lama neneknya keluar dari kamar sambil menenteng keranjang belanjaan. "Nek mau kemana?" "Ke pasar sayang. Kamu kenapa tidur di sana?" "Hehehe. Tunggu sebentar nek. Lena ikut." gadis itu segera berlari ke kamar mandi mencuci mukanya dan bersiap diri. Sepanjang perjalanan senyum Elena mengembang merasa tubuhnya semakin segar terkena udara pagi di desa. "Kamu kenapa senyum gitu?" "Lena seneng aja nek. Lena sempat tidur nyenyak tadi jadi merasa lebih segar. Terima kasih selimutnya ya nek." "Selimut? Kamu bicara tentang apa?" "Eh? Bukannya nenek yang ngambilin selimut buat Lena?" "Nenek malah baru tahu tadi kalau kamu tidur di sana sayang. Pasti kamu ngelindur kan." "Masak sih nek?" Lena benar-benar yakin dirinya tidak membawa selimut ketika mengambil minumnya. "Tapi nenek lihat cekungan di matamu sudah menghilang. Baguslah. Kamu tidak terlihat seperti zombie lagi sekarang." "Benarkan nek! Cekungannya memang hilang." seru Elena yang girang. Gadis itu langsung melupakan topik selimut yang sempat mengganggunya. Mereka sibuk bercakap-cakap bersama sesekali menyapa beberapa orang yang melewatinya. Elena begitu menikmati waktunya yang belanja kebutuhan bahan makanan mereka hingga kembali pulang. Setibanya gadis itu menyadari seseorang telah berdiri di depan rumah. "Itu siapa nek?" nenek ikut menajamkan penglihatannya. "Oh nak Rian. Ada apa ya?" "Pagi nek. Saya mengantar titipan ubi dari ibu untuk nenek." pria manis di depan nenek menampilkan senyum dimplenya yang berhasil membuat Elena terpesona sesaat. "Wah terima kasih banyak nak. Sampaikan salam nenek ke ibumu ya." pria itu mengangguk dan mengalihkan pandangan ke arah Lena yang juga menatapnya. "Kenalkan. Dia cucu nenek dari kota." "Salam kenal. Namaku Rian." pria itu mengulurkan tangannya untuk berjabat dan Lena menyambutnya dengan senang. "Hai, aku Elena." efek dari dimple manis di kedua pipi pria itu membuat Elena langsung mengaguminya. Dirinya merasa iri ingin memilikinya juga. "Kalau begitu Rian pulang ya nek. Sampai jumpa." "Ya hati-hati di jalan." seru nenek. Selepas kepergian pria itu nenek mengalihkan tatapannya ke arah Elena yang masih mengikuti jalannya pria itu. "Kamu suka?" ujar nenek membuat Lena langsung gelagapan. "Ehem nenek bisa saja. Elena cuma terpesona sama lesung pipitnya nek. Terlihat manis sekali." "Kalau suka ya juga tidak apa-apa kok. Rian anaknya memang baik. Nenek setuju kalo kamu sama dia." "Hahaha ya udah. Nanti Lena pertimbangin ya. Ayo masuk nek." ajaknya. Mereka langsung memulai acara memasak. Dari dalam rumah di balik kaca Evan menggeram marah melihat interaksi mereka. Apalagi mendengar persetujuan dari wanita renta di sebelah gadisnya. Gadisnya adalah miliknya. Tidak ada yang boleh mendekatinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN