Bab 6

2320 Kata
Kelvin semakin menyeringai begitu melihat wajah Aqnes yang terlihat ketakutan, masih dengan seringainya Kelvin memiringkan wajahnya. Bibir mereka nyaris bersentuhan, mata Aqnes pun kini menutup. Begitu Kelvin akan mencium bibir Aqnes, cowok itu seketika memundurkan badannya melepaskan kungkungannya sambil mengaduh kesakitan. Aqnes tersenyum puas begitu melihat Kelvin yang meringis sambil mengumpat. "Rasain, emang enak." Sahut Aqnes dengan memeletkan lidahnya, Kelvin berdecak kesal karena kakinya telah di injak oleh Aqnes. Dia tidak menyangka Aqnes akan menginjakkan kakinya. "Sial." Aqnes tertawa sambil terus menjulurkan lidahnya, cewek itu kemudian berjalan pergi meninggalkan Kelvin yang memandang Aqnes dengan kesal. Ia kemudian masuk ke dalam kelas sambil membawa kertas hasil ulangan minggu kemarin. Kelvin kemudian duduk di bangkunya, tak berapa lama kemudian teman-temannya masuk. Untuk kelas 11 Ipa 3 Adrian mengajar Fisika dan untuk kelas 10 Adrian mengajar Biologi, bagi seluruh murid SMA Bangsa Adrian salah satu guru yang paling di segani termasuk bagi Kelvin. Murid-murid yang lain mungkin malas jika berurusan dengan Adrian, tapi Kelvin malah senang bisa berbicara dengan Adrian. Bahkan tak jarang Kelvin selalu meminta nasihat Adrian, tak jarang mereka juga sering meluangkan waktu bersama. Tapi lain hal jika menyangkut soal nilai, Adrian tidak segan-segan untuk memberi muridnya itu nilai merah pada rapor. "Kelvin, kenapa nilai kamu menurun? Apa kamu tidak belajar?" Adrian bertanya dengan pandangan mata yang tajam. Kelvin malah menyeringai sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Setelah Adrian menasihati beberapa muridnya yang mendapatkan nilai merah, guru yang sangat terkenal di sekolahnya itu kemudian mulai menerangkan pelajaran Fisika yang menurut sebagain besar murid di kelasnya tidak menyukai pelajaran tersebut. Tiga puluh menit lamanya pelajaran Fisika itu berlangsung, kini mereka bersorak begitu mendengar bel tanda pelajaran menyebalkan itu telah usai. Mereka semua berhambur keluar kelas. Begitu melihat Adrian yang terlebih dahulu telah meninggalkan kelas. Kelvin tiba-tiba merasa aneh dengan celana bagian belakangnya, namun ia berusaha bersikap biasa saja. Cowok itu memasukkan semua alat tulis yang berada di meja ke dalam tas ranselnya, ketika ia akan berdiri tiba-tiba saja celana seragam bagian belakangnya robek menampakkan boxer berwarna hitamnya. Kedua temannya yang masih diam di kelas seketika menoleh ke arahnya begitu mendengar sesuatu yang seperti robekan. Pandangan kedua matanya seketika memandang celana belakang Kelvin yang terdapat lubang yang begitu besar. Seketika tawa temannya itu memenuhi kelas yang kosong itu, Kelvin kembali duduk di kursinya. Wajahnya memerah menahan malu dan kesal, sekarang pikirannya bertanya-tanya siapa yang berani mengerjainya. "Diam lo berdua!" Bentak Kelvin, memandang kedua temannya itu dengan pandangan membunuh. Kedua temannya itu bukannya terdiam malah semakin tertawa melihat Kelvin yang sedang menahan amarahnya. "Lucu lo, Vin. Haha... lagian baru kali ini lo dikerjai. Biasanya kan elo yang ngerjain." Tak dijawabnya pertanyaan Aghi, cowok itu malah sibuk berpikir mencari dalang yang mengerjainya. Sial, kalau begini bagaimana ia bisa pulang, di tutupi dengan jaketpun percuma dirinya pasti akan semakin di permalukan. Tiba-tiba saja seringai muncul di bibirnya begitu tahu siapa pelaku yang mengerjainya. Wajah cantik Aqnes tiba-tiba saja muncul di otaknya, ia sangat yakin kalau Aqnes yang mengerjainya, karena tadi ia melihat cewek itu bertingkah aneh di depan kelasnya. Dan sekarang semuanya masuk akal, seperti kertas ulangan yang dibawa oleh Aqnes tersebut. Hanya alasan cewek itu untuk membodohi dirinya karena terbukti wajah Aqnes yang cantik selalu membuatnya melupakan sesuatu. Lihat saja nanti, dia akan membuat perhitungan pada kakak kelasnya itu. Senyum setan kemudian terbit pada bibir seksi Kelvin membuat cowok itu semakin tampan saja. David dan Rio yang melihat temannya itu tersenyum hanya bisa mengerutkan keningnya bingung, karena mereka berdua tahu kalau Kelvin mempunyai suatu rencana. *** Aqnes mendengus memandang ponselnya yang tidak ada satu pun pesan dari Aidan, apa cowok itu benar-benar tidak mengingat kejadian beberapa hari lalu saat meninggalkannya. Seharusnya Aidan meminta maaf kepadanya dan menjelaskan kenapa dia tega meninggalkan dirinya. Tapi sepertinya sia-sia, Aidan benar-benar melupakannya, membuat ia sebal bukan main. Aqnes yang berada di kamar tiba-tiba mendengar suara pintu rumahnya yang terbuka lalu menutup kembali. "Aku di kamar, Ma." Teriak Aqnes dari lantai atas kamarnya. Begitu Aqnes telah berganti baju dengan baju santai, dia tiba-tiba mendengar suara langkah kaki yang menaiki anak tangga menuju ke kamarnya. Aqnes berpikir mungkin itu ibunya, ibunya kan selalu seperti itu selalu mengecek keadaannya. Aqnes yang sedang berdiri memunggungi pintu kamar, tidak menyadari jika ada seseorang yang baru masuk ke kamarnya dan sedang memperhatikannya dengan seringai. Begitu Aqnes berbalik cewek itu seketika kaget serasa memegang dadanya, ia tidak percaya cowok sinting itu kini tengah berada di kamarnya. Dengan jantung yang berdegup dengan kencang, Aqnes memandang tajam Kelvin yang semakin menyeringai melihat ekspresi Aqnes. "Mau ngapain lo di kamar gue!" Sembur Aqnes kesal bercampur marah, ia memundurkan tubuhnya begitu dilihatnya Kelvin yang berjalan ke arahnya. Kelvin bukannya menjawab pertanyaan Aqnes, tapi cowok itu hanya berjalan ke arahnya dengan membuka kancing seragam yang dipakainya. Membuat Aqnes melotot begitu melihat Kelvin yang membuka pakaiannya, dan kini terpampanglah d**a bidang Kelvin yang di penuhi oleh tanda yang dibuatnya, meskipun sekarang tidak begitu terlihat. Dan matanya kini memandang perut kotak-kotak Kelvin yang sialan menggoda matanya itu untuk memandanginya lebih lama. Kelvin semakin menyeringai melihat pandangan Aqnes yang memandangi tubuhnya tanpa berkedip. Mata Aqnes seketika melotot begitu Kelvin yang sekarang malah membuka celana seragamnya, memperlihatkan boxer hitam yang dipakai olehnya, membuat kedua tangan Aqnes seketika menutup matanya. "Kenapa lo malah tutup mata? Bukannya elo yang pengen liat badan gue kayak gini kan?" Tanya Kelvin pelan di telinga Aqnes, membuat cewek itu menahan napasnya. Jantung Aqnes berdetak dengan cepat dengan napas yang berat, begitu Kelvin mengembuskan napasnya di tengkuk Aqnes, karena cewek itu memakai kaus dengan leher sabrina serta rambutnya yang ia ikat ekor kuda. Seringai setan muncul pada wajah tampannya, ia begitu menyukai respon tubuh Aqnes ketika ia menggodanya. Kelvin menghirup leher jenjang Aqnes, membuat cewek itu memejamkan kedua matanya, sial! Ini semua salah tamu bulanannya yang membuat hormonnya menjadi naik, sehingga ia dengan gampangnya tergoda dengan perlakuan Kelvin. Tiba-tiba saja terdengar bunyi klik, membuat Aqnes tersadar jika ada sesuatu yang tidak beres. Terbukti dengan Kelvin yang memundurkan tubuhnya menjauhi Aqnes, senyumnya mengembang ketika melihat ponselnya yang terdapat foto dirinya yang seperti mencium leher Aqnes, dan wajah Aqnes yang sedang menutup kedua matanya seolah sedang meresapi perlakuan Kelvin, membuat cowok itu tersenyum puas. "Well, gue suka wajah lo di sini. Begitu seksi," seru Kelvin sambil menyodorkan ponselnya kepada wajah Aqnes, cewek itu membelalakkan matanya ketika melihat wajahnya yang menjijikkan di ponsel tersebut. "s**t!" Umpat cewek itu marah, membuat Kelvin semakin tersenyum dengan lebar, dia benar-benar menyukai Aqnes yang sedang marah, terlihat begitu semakin seksi di matanya. "Kalau gue sebarin di grup sekolah... boleh juga kayaknya." Serunya dengan wajah tengilnya. "Mau lo apa sih, hah!" Sembur Aqnes dengan memijit kepalanya yang mendadak pening. "Mau gue..." ucapan Kelvin seketika menggantung di udara. *** “Lo jadi pacar gue, dan gue nggak bakalan kirim foto ini di grup," Kelvin berujar dengan seringai khasnya. Aqnes mengembuskan napasnya keras memandang Kelvin dengan tatapan membunuh. "Gue nggak bakalan pernah mau pacaran sama adik kelas. Apalagi sama elo yang umurnya di bawah gue!" Tandas Aqnes final, Kelvin mengatupkan mulutnya begitu mendengar perkataan Aqnes yang melukai egonya. Hatinya merasa sakit, jelas akan penolakannya. Tapi ia tidak ingin terlihat lemah di depan Aqnes, dengan masih menyunggingkan seringainya Kelvin berujar. "Ck, lo pikir gue serius dengan omongan gue? Ayolah Aqnes, elo bukan tipe gue," Kelvin semakin menyeringai melihat wajah Aqnes yang berubah. Kemudian cowok itu berjalan mengelilingi tubuh Aqnes seolah menilainya. "Lagi pula, badan lo nggak bagus-bagus amat, terutama aset depan lo. Aset depan lo jauh di banding dengan kedua teman lo, punya lo terlalu 'biasa' bagi gue." Ujarnya lagi yang membuat Aqnes menggertakkan giginya, dirinya benar-benar merasa terhina dengan ucapan Kelvin. Rasa-rasanya ia ingin menangis saja, meskipun ucapan Kelvin memang benar adanya. Tapi tetap saja egonya sebagai perempuan merasa terluka, dengan marah Aqnes menyeret Kelvin untuk keluar dari kamarnya lalu melempar semua pakaian Kelvin tepat di depan wajah cowok itu. "Keluar sebelum kesabaran gue habis!" Dengan seringainya Kelvin berdiri di depan Aqnes. "Dengan lo bersikap kayak gitu, elo mengakui kalau aset lo emang 'biasa' aja." Aqnes yang benar-benar muak dengan Kelvin seketika berbalik lalu membanting pintu kamarnya. Kelvin yang berdiri di belakang pintu hanya terkekeh melihat Aqnes yang marah kepadanya. "Lo tenang aja, Ness. Gue bisa bantu elo kok, buat memperbesar kedua aset lo." Seru Kelvin dengan tawanya, Aqnes yang mendengar ucapan sinting Kelvin seketika melempar tas selempangnya pada pintu, Kelvin yang berada di balik pintu bukannya meminta maaf atas ucapan kurang ajarannya cowok itu malah menertawakannya membuat Aqnes semakin membenci cowok tengil itu. *** Andara dan Gadis memandang Aqnes dengan pandangan bingung begitu melihat makanan yang di pesan oleh Aqnes. Aqnes sepertinya sedang ada masalah, cewek itu bila ada masalah atau sedang stres akan lari pada makanan. Dalam artian cewek itu akan makan sebanyak yang dia mau, begitu dirasa cukup perutnya tidak bisa menampung makanan maka temannya itu akan berhenti makan. "Elo nggak salah, mesen makanan sebanyak itu, Ness?" Tanya Gadis yang melihat makanan di hadapan Aqnes yang begitu banyak, mungkin bisa untuk tiga orang. "Nggak tuh, ini malah kurang." Balas Aqnes datar yang memandang makanannya. "Elo sendiri, emang kenyang makan itu doang?" Tanyanya pada Gadis sambil menunjuk makanan Gadis dengan sumpit. Gadis menyeringai lalu berujar, setelah menelan makanannya. "Emangnya perut gue kayak elo berdua." Sindir Gadis yang kemudian mengambil lagi makanannya. "Sialan, lo sindir gue." Balas Andara pura-pura kesal lalu mengambil lagi sushi rolnya. "Well, kali ini elo kenapa?" Tanya Andara sambil memakan sushinya. "Gue bener-bener pengen bunuh si cowok tengil itu." Balas Aqnes berapi-api, dia baru saja menghabiskan dua piring makanannya. "Maksud lo, Kelvin?" Tanya Gadis yang di angguki oleh Aqnes. Dan bergulirlah cerita tentang Kelvin dari bibir Aqnes tanpa terkecuali, dia juga menceritakan perihal ciumannya dengan Kelvin sampai dirinya di ancam dan di hina. Kedua temannya itu mendengarkan dengan seksama, diselingi oleh makanan yang mereka pesan. Ketika makanan itu habis, seketika itu pula Aqnes selesai bercerita. "Dari yang elo ceritain ke kita barusan, gue simpulkan kalau tuh anak emang suka sama lo." Aqnes mendengus mendengar ucapan Gadis. "Gue setuju sama Gadis. Yah, elo masa nggak aneh sih sama kelakuan dia selama ini." Kali ini Andara yang berujar yang diangguki oleh Gadis. "Ck, anak kecil kayak dia mana ngerti cinta sih. Elo tahu nggak sih, dia itu adik kelas kita dan otomatis dia juga umurnya di bawah kita." "Terus sekarang elo mau gimana?" Andara berujar dengan mata yang berbinar begitu melihat dessert yang di pesannya tadi. "Lo nggak salah, Ness. Dessert yang lo pesan nggak kebanyakan?" Tanya Andara yang seakan lupa pada pertanyaan sebelumnya begitu dessert yang di pesan oleh Aqnes baru saja datang. "Nggak dong. Dan elo berdua jangan minta es krimnya." Seru Aqnes yang melihat kedua temannya itu yang akan mengambil es krimnya. "Kan itu ada 3, Ness. Masa lo mau makan semuanya." Gadis berujar dengan wajah ditekuk. "Nggak, dessert yang lo pesan juga enak itu. Makan aja yang elo pesan." Aqnes menunjuk pesanan Gadis yang tidak kalah menggugah lidahnya. Gadis dan Andara mendengus begitu melihat Aqnes yang memakan eskrim di depannya. Aqnes bukan orang yang pelit, hanya saja terkadang jika dirinya sedang memiliki masalah atau sedang stres dia akan menyebalkan seperti ini. Untung saja Aqnes dan Andara memiliki tubuh yang bagus, sebanyak apa pun mereka makan, tubuh mereka akan tetap saja tidak ada perubahan. Mereka bertiga kemudian menghabiskan semua makanan yang di pesannya sampai waktu menunjukkan sore hari, barulah mereka pulang. *** Aqnes berjalan dengan mata yang terfokus pada ponselnya, akhirnya setelah seminggu Aidan baru bisa mengabarinya. Pria itu menjelaskan semuanya dan meminta maaf kepadanya atas kejadian minggu lalu. Awalnya ia sebal dan masih marah pada Aidan, namun entah kenapa setelah di iming-imingi makan siang oleh Aidan. Dia mau memaafkan pria itu, lagi pula ia tidak bisa berlama-lama marah pada Aidan. Karena kalau ia tetap marah pada Aidan, maka hubungannya dengan Aidan tidak akan pernah berkembang. Akan seperti ini terus, monoton dan dia tidak mau itu terjadi lagi. Kelvin berjalan dengan seringai begitu melihat Aqnes yang akan berjalan ke arahnya, cewek itu sepertinya terlalu sibuk dengan ponselnya karena tidak menyadari bahwa dia berjalan ke arahnya. Dengan senyum setan ketika Aqnes akan berjalan melewatinya, kaki kirinya ia biarkan untuk menghalangi langkah Aqnes. Alhasil tubuh cewek itu menjadi tidak seimbang, sebelum tubuh Aqnes mencapai lantai, Kelvin terlebih dahulu telah menarik tangannya sehingga cewek itu kini berhadapan dengannya dengan masih memejamkan kedua matanya. Aqnes seketika memegang dadanya sambil komat-kamit, tubuhnya masih kaget dengan kejadian yang baru saja di alaminya. Sampai-sampai dia tidak menyadari kalau di depannya tengah berdiri cowok yang baru di tetapkan sebagai musuhnya. Kelvin yang menyaksikan itu semua hanya bisa tersenyum geli melihat tingkah Aqnes. "Ehem..." deheman Kelvin sukses membuat Aqnes tersadar dari rasa kagetnya. Mata cantiknya terbuka, kemudian membelalak begitu melihat Kelvin yang tengah menyeringai kepadanya. Ada yang aneh dengan cowok itu, cowok itu memakai kacamata membuatnya terlihat menggemaskan. Sial, bisa-bisanya ia memuji cowok sinting itu. "Elo, jadi elo yang bikin gue jatuh!" Geram Aqnes begitu menyadari cowok yang membuatnya akan terjatuh adalah Kelvin. Cowok yang sekarang ini ia tetapkan sebagai musuh terbesarnya. "Jangan asal tuduh deh, mana buktinya. Yang ada gue yang nolongin elo." Aqnes tetap tidak percaya dengan perkataan Kelvin, karena jelas-jelas cowok itu yang hampir membuatnya terjatuh. "Sebagai imbalannya, elo harus traktir gue pulang sekolah. Dan gue juga yang akan tentuin tempatnya." Aqnes seketika mendelik ke arah Kelvin. "Gue nggak mau, dan nggak akan pergi." "Yakin? Oke kalau gitu. Siap-siap aja foto-foto lo gue sebar di grup..." ucapan Kelvin tiba-tiba berhenti, Kelvin semakin menyeringai begitu melihat Aqnes yang siap akan membunuhnya. "Dan gue juga akan tunjukkin foto tubuh lo yang penuh dengan 'tanda' ke Nyokap lo. Gue pengen tahu reaksi Nyokap lo, begitu tahu kelakuan anaknya yang err 'liar' di ranjang." Bisiknya menggoda dengan menekan kata 'ranjang' di akhir kalimatnya. Sebelum Aqnes benar-benar meninju wajahnya, Kelvin kemudian berbalik menghadap Aqnes lalu mencuri satu ciuman kilat dari Aqnes. Membuat cewek itu seketika membelalakkan matanya lebar, masih kaget akan tindakan spontan Kelvin. Sedangkan Kelvin, begitu telah mencuri ciuman dari bibir tipis Aqnes cowok itu seketika berlari meninggalkan Aqnes dengan tawanya. - - - - TOBECONTINUE
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN