Prolog
Aqnes merutuki liburannya yang membosankan, kalau tahu liburannya akan seperti ini, dia tidak akan mau untuk membolos. Ia lebih suka menikmati suasana sekolah yang ramai. Untung saja besok dirinya sudah masuk sekolah, dia jadi tidak sabar untuk bertemu dengan kedua sahabatnya.
Matanya cokelat beningnya seketika menyipit begitu melihat sebuah mobil box berhenti di depan rumahnya. Ia tahu pemilik rumah di depannya itu pasangan suami istri yang baru menikah. Dan mungkin, mobil tersebut berisi barang-barang mereka. Dengan malas, ia beranjak dari ruang tamu menuju kamarnya yang berada di lantai tiga.
Sejak orangtuanya bercerai, masing-masing dari kedua orangtuanya itu memilih untuk menikah lagi. Jadi sekarang dia mempunyai dua Mama dan dua Papa. Rasa-rasanya ia ingin tertawa jenis tawa yang tidak tahu apa maksudnya. Papa ketahuan selingkuh dengan teman kerjanya, sementara Mamanya menikah lagi dengan sahabat Papa sendiri. Keluarga yang benar-benar menakjubkan pikirnya, tapi dia tidak peduli. Asalkan kedua orang tuanya itu bahagia itu sudah cukup baginya. Meskipun dirinya terkadang selalu merasa kesepian mereka semua mempunyai kehidupan baru dengan pasangannya masing-masing. Mama dan Papa tirinya memang tinggal dengannya, tapi itu hanya bisa di hitung dengan jari intensitas pertemuan mereka, karena pekerjaan Papa tirinya yang sering keluar Negri. Sedangkan Papa kandungnya memilih tinggal di luar kota dengan istri barunya.
Tiba-tiba saja pintu kamarnya di ketuk beberapa kali, dengan malas Aqnes turun dari kasur empuknya lalu berjalan membuka pintu. Dilihatnya Mamanya yang sehabis pulang kerja menenteng sebuah paperbag.
"Makan yuk, tadi Mama mampir dulu ke restoran yang di depan kompleks sana." Ajak Natalie ibunda Aqnes, Aqnes mengangguk kemudian berjalan beriringan dengan sang Mama.
"Om Joe, ke mana Ma? Kok belum pulang?"
"Meeting dengan klien, gimana kemarin liburannya?" Tanya Natalie, sambil menaruh makanan yang dibelinya pada piring Aqnes.
"Bosenin, untung aja ada Aidan." Seru Aqnes sambil membayangkan wajah sepupu tiri jauhnya tersebut. Aidan berbeda lima tahun dengannya, ia bertemu pertama kali saat dirinya menghadiri pernikahan Papa dan Mama tirinya. Dan di situlah ia bertemu dengan Aidan, saudara jauh Mama tirinya. Seolah DewiFortuna sedang memihak kepadanya, pasalnya Aidan kemarin ikut liburan dengannya. Jika tidak, mungkin dia akan meminta pulang kembali.
"Dasar kamu Ness, belajar dulu yang bener baru pacaran." Ujar Natalie sambil menyuapkan makanannya. Aqnes hanya berdecak sambil terus melanjutkan makanannya.
***
Sial! Gara-gara bermimpi tentang Aidan semalam, Aqnes jadi kesiangan. Ia tidak mau guru songong itu menceramahinya. Karena bisa dipastikan, Pak Adrian tidak akan puas jika mengomeli muridnya yang terlambat satu kali saja. Dia akan terus-menerus mengomel. Jika posisi ini dipegang oleh Andara, cewek itu pasti bersemangat sekali. Bahkan sepertinya ia rela jika dihukum oleh Adrian.
Tinggal sedikit lagi pintu gerbang tertutup. Aqnes berteriak ke Pak Satpam sekolahnya untuk tidak menutup gerbang sebelum dirinya masuk. Aqnes kemudian berlari sekuat tenaga, sampai tidak menyadari seseorang yang akan masuk ke dalam juga. Cowok itu kemudian berhenti ketika sudah berada di gerbang, karena ternyata tali sepatunya terlepas. Aqnes yang tidak tahu soal itu mau tak mau membuat dia menabrak cowok yang sedang berjongkok itu.
Mereka berdua pun terjatuh, Aqnes dan cowok itu mengaduh kesakitan. Cewek itu dibantu Pak Agus, satpam di sekolahnya untuk berdiri. Sambil bersungut-sungut kesal Aqnes menatap tajam cowok yang kini telah berdiri di hadapannya dengan tatapan yang sama dengannya.
"Lo tuh b**o apa t***l sih?! Benerin tali sepatu di depan gerbang sekolah kek gini!” Cowok itu menganga untuk sepersekian detik, takjub dengan perkataan Aqnes ke padanya.
"Heh! Harusnya gue yang marah-marah di sini. Gue korban yah, lo aja kali yang buta main tabrak-tabrak orang aja!" Bentak cowok itu balik, cewek itu mengerjap-ngerjap kaget karena baru kali ini ada yang berani membentaknya balik. Di pandanginya seragam yang di pakai cowok itu, tiba-tiba saja sebuah senyum miring terbit di bibir seksinya.
"Oh, jadi elo junior gue? Baru juga junior aja udah belagu lo!" Cowok itu mengangkat alisnya tinggi, lalu perlahan berjalan menghampiri Aqnes dengan sebuah seringai.
"Emangnya kenapa kalau gue junior elo? Masalah buat lo?" Ujar cowok yang bernama Kelvin tersebut, ia menundukkan wajahnya agar bisa melihat dengan jelas kedua mata tajam cewek di hadapannya itu.
"Ehem, apa kalian tidak mendengar suara bel?" Seru seseorang di belakang tubuh Kelvin, Aqnes seketika mendorong tubuh Kelvin. Cewek itu tersenyum kikuk begitu melihat wajah dingin Adrian yang memandangnya. Sampai sekarang ia tidak tahu dari mana istimewanya seorang Adrian Reymond. Kalau soal ganteng sih, oke lah. Gurunya itu memang paling ganteng di sekolahnya. Tapi untuk ukuran sikapnya, guru itu yang paling menyebalkan, sedikit-sedikit razia, sedikit-sedikit ulangan. Benar-benar menyebalkan bukan?
"Bersihkan lukamu Aqnes, dan setelah itu masuk ke kelas. Dan kamu Kelvin, ke ruangan saya ambil hasil ulangan kemarin." Sahut Adrian kemudian pergi meninggalkan Aqnes dan Kelvin yang masih saling adu tatapan membunuh.