Tawa Laura pecah saat melihat film komedi di laptopnya. Sore itu seperti biasa gadis berlesung pipi itu menonton film komedi yang ia dapat dari Ari. Dua sahabat itu mempunyai hobby yang sama yaitu membaca n****+ dan menonton film. Tepatnya semua genre film mereka suka, yang penting ceritanya bagus.
“Ra.” Panggil Ibu yang keluar dari dapur.
“Ya, bu,” Jawab Laura.
“Bisa belanja sebentar ke mini market?" Pinta Ibu “Bahan-bahan kue ada yang habis.”
“Iya, bu.”
Ibu menyerahkan kertas daftar belanja beserta uang.
“Selesai belanja langsung pulang." Pesan Ibu.
“Siap, Ibu.”
Sebelum pergi Laura mencium punggung tangan Ibunya. “Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
Laura sangat menyayangi Ibunya. Gadis manis itu hanya tinggal dengan Ibunya. Orang tuanya telah bercerai sejak dia masih SMP. Ayahnya telah menikah lagi dan tinggal di luar kota dengan keluarga barunya.
Ibu Laura mempunyai toko kue yang tidak jauh dari rumahnya. Dari sanalah sumber penghidupan Laura dan Ibunya. Di toko kue yang diberi nama ARA cake, Ibunya dibantu dua orang pegawai. Kadang jika libur sekolah dia sering membantu Ibunya disana.
Minimarket berjarak kurang lebih 100 meter dari rumah Laura. Gadis itu berjalan kaki menuju tempat itu. Sesampainya di minimarket Laura menggambil keranjang belanja dan menggambil satu persatu barang yang ada di catatan belanja.
Di deretan mesim ATM seseorang sedang melakukan transaksi. Selesai menggambil uang cowok itu pergi ke kasir. Ketika sang kasir menghitung jumlah barang yang ia beli matanya tertuju pada gadis kuncir ekor kuda yang berdiri didepan salah satu rak barang.
Arka tersenyum melihat Laura. Selesai membayar cowok tampan itu menghampiri gadis itu.
“Ehemm...” Arka berdaham.
Laura menoleh dan terkejut melihat cowok ganteng disebelahnya. "Kamu, “ Ucap Laura.
“Hai." Arka mengangkat salah satu tanganya diiringi dengan senyumanya.
“Ngapain kamu disini?”
Arka menunjukkan kantong belanjaanya.“Cari apa?”
Buru-buru Laura mengambil dua bungkus pembalut yang ada di hadapanya dan memasukkanya dalam keranjang. Mumpung berada di minimarket ia membeli keperluan pribadinya itu.
“Kenapa harus malu?" Arka tertawa melihat tingkan Laura.
Tentu saja Laura malu. Dia bertemu dengan teman sekolahnya saat memilih pembalut. Kalau teman cewek tidak apa-apa. Ini Arka si cowok paling ganteng satu sekolah dan diidamkan banyak cewek.
Laura melanjutkan belanjaanya yang belum ia dapat. “Kenapa kamu masih disini? Bukanya kamu sudah selesai belanja? "
Arka mengekor Laura dan itu membuat gadis itu tidak nyaman.
“Apa kamu masih marah?”
Laura mengerutkan keningnya. “Marah soal apa?”
“Soal tadi di sekolah. Soal tempat persembunyian.”
“Ah, itu. Nggak. Silahkan aja bawa teman-teman kamu kesana.”
“Apa kamu nggak marah? "
“Buat apa aku marah, tempat itu bebas untuk siapa aja termasuk teman-teman kamu.”
Mata Arka melirik belanjaan Laura yang sepertinya lumayan banyak.
“Kamu nggak balik?" Laura benar-benar ingin cowok itu pergi dari sana.
“Kenapa? Apa kamu ngusir aku? Ini tempat umum.” Goda Arka yang membuat Laura menghela nafas.
“Bukan itu maksud aku, bukanya kamu sudah selesai belanja." Elak Laura. "Kalau sudah selesai belanja biasanya langsung pulang."
“Aku kayaknya lebih suka disini. Kamu tau, kan, petugas kasir disini cantik-cantik.”
Pandangan Laura tertuju pada dua petugas kasir. Arka memang tidak salah petugas kasir itu memang cantik tapi mereka lebih tua darinya.
“Ya, ampun.” Laura memandang Arka tidak habis pikir.
“Kenapa?” Arka menyukai reaksi gadis kurus itu.
“Nggak apa-apa.”
Setelah membayar belanjaan gadis itu keluar dari minimarket dengan dua kantong belanjaan yang cukup banyak.
“Sini aku bantuin.” Arka mengambil salah satu barang belanjaan Laura.
“Nggak usah. Sini belanjaan aku biar aku bawa sendiri." Laura ingin mengambil barang belanjaannya tapi Arka menolak memberikannya.
“Kamu emangnya nggak pulang? Sini belanjaan aku. ”
“Udah, aku bantuin. Kayaknya kamu keberatan bawa barang sebanyak ini.”
“Kata siapa? Aku sudah biasa bawa barang banyak seperti ini.”
“Apa rumah kamu dekat dari sini?” Cowok itu mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Kurang lebih 100 meter dari sini.”
“Bawa kendaraan?"
“Jalan kaki.”
“Waaahhhh, pantesan kaki kamu tambah panjang setiap hari.”
Laura kesal mendengar ledekan Arka. Dia ingin menendang kaki cowok itu tapi dengan sigap Arka menghindar. Laura berjalan meninggalkan Arka dan cowok tampan itu mengikutinya dari belakang.
“Laura, ini barang belanjaan kamu.”
“Ambil aja.” Sungut Laura.
Arka berlari kecil mensejajarkan langkahnya dengan langkah Laura.
“Kenapa kamu mudah marah?”
“Dan kenapa kamu suka maksa." Bantahnya tidak mau kalah. Laura menghentikan langkahnya.
Saat ini kedua remaja itu saling berhadapan.
“Tetap seperti itu,” Ujar Arka.
Laura tidak mengerti dengan ucapan Arka. Tiba-tiba Arka mendekati Laura.Tangan Arka menggambil selembar daun kecil yang ada di rambut Laura.
"Nih." Cowok itu menunjukkan daun kecil yang ada di tanganya.
Berdekatan dengan Arka membuat gadis itu bisa mencium parfum Arka. Parfumnya wangi banget, parfum cowok ganteng. Dia mundur satu langkah membuat jarak diantara mereka. Arka tersenyum melihat sikap gadis itu.
Mereka berjalan berdua menyusuri jalanan menuju rumah Laura. Hening, tidak ada yang bicara. Sore itu matahari menyusut pulang keperaduanya.
“Apa kendaraan kamu nggak apa-apa kamu tinggal di minimarket?" Laura membuka pembicaraan.
“Nggak apa-apa.”
“Emangnya nggak takut ilang?"
“Kalau ilang gampang, lapor polisi saja.”
Tatapan tidak percaya muncul diwajah Laura. Gadis itu tidak habis pikir kenapa Arka begitu mudah meninggalkan barangnya dan tidak takut hilang.