Hamish tersenyum tipis, hampir tidak terlihat, “Lea baik, dokter yang hebat.” “Cantik juga, kan?” Hamish mengerjap sejenak, mengangguk kaku, “cantik—” “Papa!” sebuah seruan yang begitu dekat, berasal dari balik punggungnya membuat Hamish menoleh dan Lea pun balas menatapnya. Tampak terkesiap, tentu saja Hamish yang duduk satu meja dengan Putra adalah kejutan di tengah hari. “Duduk, Lea. Kenapa diam aja di situ?!” tegur Putra. “Oh sama Hamish juga, kupikir kita lunch berdua aja.” Lea tersadar, berusaha untuk tetap tenang dan melangkah. Tak ingin menimbulkan curiga. Ia duduk di sisi Putra. Berhadapan dengan Hamish. “Ya, saat kamu telepon, Papa sedang di gedung Lais. Menemui Hamish.” Putra menjelaskan singkat, Lea hanya menatap tak minat pada pria di depannya tersebut. Jika tahu