Lea tersenyum sangat manis, lalu meraih tangan Amira. “Tidak ada yang seperti itu, Aunty. Justru aku sangat berterima kasih banyak, sudah dikasih tempat sangat dekat dengan keluarga Lais.” Amira menarik napas dalam, tatapannya kemudian tertuju pada Hamish yang tampak salah tingkah. “Baiklah, Aunty akan bicara sama papamu. Jangan malam ini ya, besok pagi saja. Satu malam lagi di sini, kita makan malam dulu.” Amira meminta. Lea tidak tega untuk menolaknya. Jadi, hanya semalam maka ia akan bertahan. “Ya, Aunty. Semalam lagi, besok pagi aku akan pindah.” Amira berdiri, kemudian memanggil putranya, “Hamish bisa ikut Bunda?” Lea membulatkan matanya, sampai ikut berdiri, “Aunty, aku sudah bilang jika Hamish tidak—” “Astaga, iya. Bunda tahu kok mana mungkin Hamish yang buat kamu memutus