Dua minggu kemudian ...
Mansion Keenan Ghazi Utsman
Bangunan yang tampak megah itu terlihat dipenuhi dengan para tamu undangan dari berbagai kalangan, semua panitia yang bertugas di bawah naungan event organizer tampak hilir mudik untuk memastikan acara yang di selenggarakan di salah satu kediaman pemilik perusahaan bonafit semuanya berjalan lancar.
Tepuk tangan yang begitu riuh terdengar menggema memenuhi ruangan besar yang berada di lantai bawah sebagai tempat acara yang dilaksanakan malam ini.
Wanita muda dengan balutan kebaya berwarna silver, serta tatanan sanggul kecil dihiasi dengan bunga rose putih, terlihat tersenyum bahagia menunjukkan jari manisnya yang kini sudah dihiasi dengan cincin berlian, sementara pria yang mengenakan jas yang warnanya senada dengan warna kebaya wanita itu turut menunjukkan jemarinya yang kini sudah terpasang cincin, tapi senyuman terlihat terpaksa.
Keenan Ghazi Utsman, hot duda yang sudah ditinggal oleh istrinya 3 tahun lalu yang telah meninggal dunia, malam ini akhirnya dia mewujudkan permintaan mantan ayah mertuanya untuk meminang adik dari istrinya dengan alasan demi kebaikan putrinya yang bernama Aleena Utsman yang baru sama memasuki usia 5 tahun.
“Keenan, alangkah baiknya kamu menikah dengan Chintya adik istrimu sendiri, dengan begitu anakmu tidak diurus oleh wanita lain yang akan menjadi ibu tirinya. Lagian Chintya juga sayang sama Aleena, jadi hubungan kekeluargaan kita tidak akan putus,” pinta Papa Sandi, ketika pria tua itu sedang dirawat di rumah sakit.
Keenan Ghazi Utsman, pria yang kini berusia 35 tahun sangat menyayangi istrinya yang bernama Helena, namun takdir berkehendak lain, istrinya meninggal saat mengendarai mobil. Dan selama 3 tahun dia betah dalam kesendiriannya, namun semakin lama keluarga mantan mertuanya menuntut dirinya membuka hati untuk adik Helena. Alhasil malam ini Keenan mengikat Chintya dalam acara tunangan.
Di malam yang indah tersebut, Chintya lebih terlihat bahagia dibanding Keenan, sementara Aleena bocah cantik yang berada di antara para tamu undangan berulang kali mendesah melihat daddy-nya memasang cincin ke wanita yang dia panggil tante.
“Ck ... kejadian juga Daddy tunangan sama Tante Chintya. Udah tahu Aleena gak suka!” Aleena membatin sendiri, kemudian dia menarik diri dari para tamu undangan dan bergerak menuju kamarnya yang ada di lantai dua.
Chintya mengamit lengan Keenan dengan rasa bangganya, menunjukkan kepemilikannya pada para tamu undangan yang saat ini sedang memberikan ucapan selamat kepada mereka berdua.
“Makasih ya Kak Keenan, akhirnya Kakak meminang aku,” ucap Chintya berbisik.
Pria itu hanya bergumam dengan memaksakan menarik sudut bibirnya, dan kembali membalas sapa tamu-tamunya.
“Gak pa-pa deh Kak Keenan masih dingin samaku, yang terpenting sebentar lagi akan jadi suamiku. Dan aku akan menjadi Nyonya Keenan Ghazi Utsman, pemilik perusahaan retail terbesar di Indonesia,” Chintya membatin sembari membayangkan bagaimana nanti dirinya kelak akan seperti kakaknya saat masih menjadi istri Keenan, liburan keluar negeri, lalu dipandang secara terhormat, serta yang jelas bergelimang harta. Maklumlah papa Chintya bukan seorang pebisnis sukses, masih golongan rendah tidak sesukses Keenan. Tapi semenjak Keenan mengenal Helena, keluarga Helena jadi terpandang status sosialnya dan sedikit dapat dana segar dari Keenan.
“Chintya, sekali lagi Mama ucapkan selamat ya Nak, dan jangan lupa jaga calon suaminya jangan sampai kepincut wanita lain sampai menjelang hari pernikahan kalian berdua,” ucap Mama Laras ketika melihat Keenan memisahkan diri dari Chintya.
“Itu sudah pasti dong Mah, usaha 3 tahun jangan sampai sia-sia begitu saja. Masa gak dijaga,” balas Chintya dengan mengerling matanya pada mamanya.
Wanita paruh baya itu ikutan tersenyum. “Ya akhirnya kamu bisa menggaet Keenan juga dengan susah payah. Kamu tahu sendiri Keenan belum bisa melupakan mendiang kakak kamu.”
“Dan sekarang sudah waktunya Kak Keenan melupakan Kak Helena, hanya boleh ada aku yang ada dihatinya,” ucap Chintya dengan angkuhnya sembari menatap Keenan dari tempatnya berdiri.
Mampukah Chintya membuat Keenan lupa dengan mendiang istrinya? Sepertinya sangat sulit, saat seperti ini saja Keenan masih membayangkan wajah Helena, hatinya pun merasa bersalah telah bertunangan dengan adik istrinya, padahal hal ini bukanlah sebuah perselingkuhan.
Dibalik keramaian dalam acaranya, hati Keenan terasa sepi sebenarnya, apa yang dia lakukan saat ini hanyalah tuntutan dari keluarga Helena, karena dari lubuk hatinya yang paling dalam dia hanya menganggap Chintya sebagai adiknya.
Merasa agak sesak di dalam mansionnya, Keenan memilih menarik dirinya keluar dari tempat acara, lantas langkah kakinya memilih untuk berjalan keluar sembari menghirup udara malam dan tak disadarinya dia sudah menuju gerbang mansionnya, para karyawannya pun membungkukkan punggungnya saat berpapasan dengan tuannya, namun merasa heran melihat tuannya keluar dari tempat acaranya sendiri.
Sementara itu Nailah yang kebetulan habis bertemu dengan pengacara yang akan membantu mengurus perceraiannya dengan Haidar, terlihat sedang menelusuri jalanan menuju jalan raya dengan menatap kemegahan bangunan yang ada di komplek tersebut.
“Ngeri banget lihat bangunan rumahnya, pasti yang punya orang kaya semua,” gumam Nailah sembari berdecak kagum, sembari menyeruput minumannya yang belum sempat dia teguk di rumah pengacaranya.
“Coba Elsa ikut pasti senang banget lihat rumah mewah begini,” gumam Nailah kembali, masih berdecak kagum menatap ke semua arah, sampai lupa tidak menatap ke depan.
Demi menghibur pelipur laranya, Nailah menikmati jalan malamnya seorang diri, tapi ...
BUGH!
“HAH!” Nailah berjingkat kaget, sementara pria yang ada di hadapannya wajahnya sudah basah terkena minuman Nailah.
Pria berparas tampan itu mengembuskan napas panjangnya. Sementara Nailah langsung mengusap wajah pria itu dengan tisu yang dia ambil dari tas jinjingnya.
“Aduh, maaf ya Pak jadi basah. Maaf juga saya gak tahu kalau ada orang di depan, sangka saya jalanannya masih kosong. Lagian kenapa Bapak berdiri di sini?” cerocos Nailah sembari mengusap wajah pria tampan itu tanpa permisi.
Pria itu terlihat menajamkan tatapan melihat wanita yang tidak dikenalnya begitu lancang mengusap wajah tampannya.
“Apa kamu biasa lancang menyentuh wajah orang tanpa permisi!” celetuk Keenan dengan dinginnya. Nailah baru tersadar, lalu buru-buru menarik tangannya dari wajah Keenan.
Nailah mendesis, lalu membalas tatapan pria yang memiliki tinggi melebihi tinggi badannya. “Maaf Pak, saya refleks karena lihat wajah Bapak basah, kalau begitu ini ada tisu untuk lap wajah Bapaknya. Dan sekali lagi saya minta maaf, dan tolong juga Bapak jangan minta ganti rugi untuk minta biaya pengganti laundry-nya. Kelihatannya Bapak orang berada, jadi pasti banyak duitnya. Jadi kasihanilah saya yang gak banyak duit, saya hanya bawa uang cukup untuk ongkos pu—“
“Mmmpppht!” mulut Nailah langsung dibungkam oleh tangan Keenan, kedua netranya pun membulat seketika itu juga.
“BERISIK!” sentak Keenan setelah berhasil membungkam mulut Nailah dengan tangannya.
Nailah pun tidak mau kalah, tangan Keenan masih membungkam mulutnya, alhasil ...
“AAWW!” Keenan mengibaskan tangannya setelah mendapatkan gigitan yang sangat kuat dari mulut Nailah.
“Maaf Pak, reflek saya gak bisa napas. Kalau begitu sekali saya minta maaf dan permisi,” ucap Nailah berusaha tersenyum sembari ambil ancang-ancang untuk kabur.
Kaki Nailah buru-buru melangkah cepat tanpa menolehkan wajahnya ke belakang, semoga saja tidak dikejar oleh pria itu.
“HEY!!” teriak Keenan melihat wanita itu pergi begitu saja.
“Sialan, mimpi apa semalam bisa kena siram dan tangan digigit,” gumam Keenan kesal sembari mengibas tangannya yang masih terasa sakit digigit Nailah.