Hanya Seorang b***k Di Matanya

2351 Kata
“Diego.” Mendengar Fella menggumamkan nama kekasihnya dengan pelan dan lirih, Ero menyeringai. “Bagaimana? Apa sekarang kau masih ingin menolak tawaran dariku?” tanyanya berharap kali ini Fella langsung setuju dan tak menolak lagi. Namun, Fella hanya diam membisu, membuat kemarahan Ero semakin menjadi. Pria itu lalu melakukan kekerasan dengan menjambak rambut Fella dan menariknya kuat. “Cepat bicara! Jangan diam saja! Apa kau tidak mengerti bahasaku, hah?!” bentak Ero, kencang sekali sehingga tak ada seorang pun di ruangan itu yang berani mengeluarkan suara. “Lepaskan dia! Jangan sakiti Fella! Bunuh saja aku jika itu bisa membuat kalian puas. Tapi aku mohon lepaskan Fella. Biarkan dia pergi dari sini!” teriak Diego yang tak rela melihat kekasihnya disakiti seperti itu. “Wow, pahlawanmu berusaha membelamu ternyata. Dia bahkan rela mengorbankan nyawa demi bisa menyelamatkanmu. Ck, ck, ck, manis sekali. Aku jadi ingat cerita-cerita drama yang pernah aku tonton.” Ero pun tertawa, diikuti tawa orang-orang yang ada di ruangan itu saling bersahut-sahutan. “Coba kalian beri pelajaran pada orang sok jadi pahlawan itu agar dia diam dan tidak ikut campur lagi saat aku bicara dengan pacarnya tercinta ini,” titah Ero yang tentunya langsung dituruti oleh anak buahnya. Kini Diego tengah disiksa oleh dua pria berbadan besar yang membawanya ke dalam ruangan itu. Dia dipukul di bagian wajah, perut dan juga rusuk. Sekarang yang terdengar dari mulut Diego adalah suara rintihan kesakitan. “Hentikan! Jangan sakiti dia lagi!” Yang kali ini berteriak adalah Fella, dia tak sampai hati melihat kekasihnya disiksa sedemikian rupa di hadapannya. Lagi pula Fella menyadari alasan mereka berdua bisa terjebak dalam kondisi ini tidak lain karena kecerobohannya. Dia yang tergiur untuk menjadikan mansion ini sebagai target mereka untuk mencuri hanya karena kemewahannya, tanpa dia selidiki dengan jelas siapa pemiliknya. Pantas saja Diego tak berhasil menemukan identitas pemilik mansion rupanya karena sistem keamanan di mansion itu sangat ketat dan karena mansion itu tidak lain dimiliki oleh seorang bos mafia paling tersohor di Italia. Ero semakin menarik rambut Fella yang dia jambak sehingga kepala Fella pun tertarik ke belakang. “Kau ingin kami berhenti menyiksa pacarmu itu, hm?” Fella mengangguk-anggukan kepalanya dengan susah payah. “Ya, aku mohon jangan sakiti dia lagi. Aku yang mengajak dia menjadikan mansion ini sebagai target pencurian kami. Diego sudah menolak, tapi aku yang memaksa. Tolong lepaskan dia. Dia hanya terpaksa mengikutiku datang ke mansion ini.” Ero berdecak, tentu saja perkataan Fella yang disertai isak tangisnya itu sama sekali tidak membuatnya tersentuh. “Aku tidak peduli pria itu terpaksa mengikutimu atau tidak, yang jelas yang aku tahu dia itu kekasihmu karena itu sekarang kau tinggal pilih … terima tawaranku tadi dan aku tidak akan membunuh kekasihmu. Atau tolak lagi tawaranku dan jangan salahkan aku jika kau harus melihat kekasihmu mati tepat di depan matamu.” Fella terdiam dengan kepala tertunduk karena dia berada dalam pilihan yang sulit. Dia tidak ingin menikah dengan Ero, karena pernikahan mereka hanya akan membuatnya menderita. Apalagi Fella tahu pria itu hanya memanfaatkan dirinya. Namun, di sisi lain dia juga takut Diego benar-benar dibunuh mengingat betapa kejam seorang Oliviero Luigi Romanov. “Jadi apa pilihanmu?” tanya Ero, sudah tak sabar menantikan jawaban yang akan diberikan oleh Fella. “Jangan Fella! Jangan dengarkan perkataannya. Jangan mau menerima tawarannya. Kau harus menolak.” Namun, lagi-lagi ada saja yang membuat amarah Ero semakin memuncak, kali ini karena Diego dengan berani menghasut Fella agar menolak tawarannya. Ero yang kesabarannya nyaris habis itu melepaskan cengkeraman tangannya pada rambut Fella, dia lalu berjalan cepat menghampiri Diego yang sedang dipegangi dua anak buahnya. Ero mengeluarkan pistol miliknya dan menekan ujung pistol tepat ke kepala Diego. “Aku tegaskan sekali lagi padamu, aku akan menembak kepala pria ini jika kau berani menolak tawaranku. Apa kau mengerti, hah?!” “Jangan Fella! Jangan dengarkan dia! Aku tidak peduli walaupun harus mati, kau jangan menerima tawarannya itu!” Akan tetapi, Diego terus meneriakan hal itu. Ero yang mendengarnya menggeram marah, tangannya yang memegang pistol bergetar karena rasanya begitu gatal ingin menarik pelatuk agar peluru melesat keluar dari moncong pistol yang sudah pasti akan menancap di kepala Diego. Pria itu tak mungkin selamat jika Ero benar-benar melepaskan tembakannya. “Fella, jika kau tidak juga memberikan jawaban maka aku akan menembak kepala pria ini.” Sayangnya Fella tak kunjung mengeluarkan suara, gadis itu tetap menunduk dalam diam. “Ck, aku akan menghitung sampai tiga, jika kau tidak kunjung memberikan jawaban maka matilah kekasihmu ini.” Tatapan Ero begitu lekat dan tajam tertuju pada Fella yang mulai mengangkat kepala dan menatap dirinya. “Satu!” Fella tak juga mengeluarkan suara untuk memberitahukan pilihan yang dia ambil. “Dua!” Fella masih diam membisu sukses membuat kesabaran Ero habis sudah. “Ti …” “Aku bersedia!” Akhirnya jawaban yang dinantikan Ero keluar juga dari mulut Fella. Seringaian lebar pun tercetak di wajahnya. “Jangan Fella! Jangan lakukan itu!” teriak Diego, sebelum pria itu dipukul perutnya oleh salah satu anak buah Ero sehingga jatuh terkulai karena kehilangan kesadaran. “Jangan sakiti dia lagi, aku sudah bilang bersedia menikah denganmu, kan?” Fella mengajukan protes karena dia pikir jika dirinya menyetujui penawaran dari Ero maka setidaknya Diego akan selamat. “Ya, kau jangan khawatir. Kami tidak akan membunuhnya. Dia hanya diberi pelajaran agar tidak berisik dan banyak bicara.” “Tolong lepaskan dia. Dengan begitu aku akan tenang berada di sini.” Mendengar permintaan Fella itu Ero mendengus keras. “Sayangnya aku tidak berniat melepaskannya. Dia akan dikurung sebagai jaminan kau tidak akan mengingkari kesepakatan di antara kita berdua. Tapi kau jangan khawatir setelah kau melahirkan anak laki-laki untukku, kita akan bercerai. Setelah itu, kau bebas keluar dari mansion ini, tentu saja bersama dengan pacarmu itu. Karena itu nasib kekasihmu itu berada di tanganmu, jika kau ingin dia tetap hidup sampai kalian berdua aku lepaskan maka jangan berulah. Kau harus menuruti semua perintahku. Paham?” Fella tak menjawab, hanya bisa meneguk ludah karena tak menyangka seperti ini jadinya, hidup dan mati Diego berada dalam genggaman tangannya. *** Fella hanya menatap pantulan dirinya dalam cermin dengan tatapan datar. Padahal dirinya terlihat sangat cantik karena wajahnya telah dipoles oleh riasan. Seseorang tengah merias wajahnya karena Ero yang memerintahkannya. Seorang wanita yang dari caranya memoles wajah Fella dengan begitu lihai dan cekatan menjadi bukti bahwa dia perias profesional. “Ya, selesai,” ucap perias itu seraya menatap dengan bangga wajah cantik Fella yang menjadi maha karyanya hari ini. “Aku yakin Tuan Ero pasti terpukau melihat kecantikanmu. Tapi aku heran dengan satu hal. Boleh aku menanyakannya padamu?” Fella mengembuskan napas pelan sebelum memberikan jawaban, “Memangnya kau mau bertanya apa?” “Kau ini sebenarnya ada hubungan apa dengan Tuan Ero? Rasanya mustahil kau kekasihnya karena setahuku kekasih Tuan Ero itu merupakan Franca.” “Untuk hal ini kau tanyakan saja sendiri pada pria itu,” sahut Fella, terlalu malas untuk membahas hubungannya dengan Ero. Lagi pula mana mungkin dia mengatakan yang sebenarnya bahwa dia ini calon istri Ero yang tugasnya hanya memberikan anak laki-laki untuk pria itu dan setelahnya mereka akan bercerai. Tidak mungkin juga Fella berterus terang mengatakan dirinya terpaksa menerima pernikahan kontrak ini demi menyelamatkan kekasihnya yang tengah dijadikan sandera. Suara pintu yang terbuka pun terdengar berderit, Fella dan sang perias dengan serempak menoleh ke arah pintu. Begitu melihat Ero yang datang, perias itu bergegas menghampiri. “Tuan, saya sudah selesai meriasnya. Bagaimana menurut anda? Dia sangat cantik, bukan?” Tatapan Ero pun tertuju pada Fella, sejenak Ero sempat terpesona karena gadis itu memang terlihat sangat cantik dengan gaun mewah yang dia sendiri yang memilihkannya. Riasan yang sederhana tapi terlihat elegan, sangat mampu menguarkan aura kecantikan Fella sehingga semakin terpancar. Melihat sempurnanya penampilan Fella hari ini, dia yakin ayahnya pasti akan menerima gadis itu sebagai menantunya. “Sempurna. Tidak salah aku memilihmu, Cristine. Karena keahlianmu bisa membuat seorang kecoa menjijikan menjadi cantik seperti putri bangsawan.” Fella mendengus dalam hati karena dia tahu persis Ero sedang menyindir dirinya. “Kecoa menjijikkan? Tuan Ero, anda bisa saja.” “Karena tugasmu sudah selesai, kau sudah boleh pergi. Bayaranmu seperti biasa akan diurus oleh Paman Maverick.” Sang perias bernama Cristine itu pun menganguk, dan dengan patuh dia melangkah pergi karena tak berani membantah perintah Ero. Kini di dalam ruangan itu hanya tersisa Ero dan Fella. “Sebentar lagi kita akan pergi ke rumah orang tuaku. Aku akan mengenalkanmu sebagai calon istriku pada mereka. Aku harap kau tidak berulah di sana, cukup tutup mulutmu, jangan mengatakan apa pun kecuali aku yang menyuruhmu untuk bicara. Apa kau mengerti?” Fella mengangguk karena dia tak ingin mencari gara-gara lagi dengan pria itu. “Bagus. Mulai sekarang kau memang harus mematuhi perintahku.” “Ya, tentu karena aku ini hanya b***k di matamu, kan?” Ero menyeringai lebar. “Benar sekali. Kau memang hanya b***k di mataku, tidak lebih. Jadi, jangan coba-coba menimbulkan masalah untukku atau yang akan menerima hukumannya adalah kekasihmu yang sedang kami jadikan sandera.” “Dasar licik.” Ero mendengus, tak terlihat tersinggung mendengar ucapan Fella yang begitu berani itu. “Licik memang keahlianku. Aku akan melakukan cara licik apa pun selama itu bisa membuat keinginanku tercapai. Tidak ada kata kegagalan dalam kamus hidup seorang Oliviero Luigi Romanov.” Fella tak berkomentar lagi karena dia tak ingin meladeni sifat angkuh dan arogan pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya itu. Walau jelas bukan suami yang sebenarnya karena pernikahan mereka hanya sebatas kontrak yang akan berakhir jika Fella sudah melahirkan anak laki-laki. “Cepat jalan. Jangan membuang-buang waktu lagi. Dan sekali lagi aku peringatkan, jangan berulah di rumah orang tuaku.” “Baiklah, aku mengerti.” “Bagus.” Ero pun melangkah cepat, diikuti Fella yang berjalan di belakangnya. Begitu tiba di depan mansion, banyak mobil mewah yang sudah terparkir apik, siap mengantarkan mereka ke mansion orang tua Ero. Jangan lupakan banyaknya anak buah Ero yang akan ikut serta demi menjaga keselamatan sang bos dan calon istrinya. Ero dan Fella memasuki mobil yang sama. Mobil berwarna hitam pekat dengan dilapisi kaca anti peluru itu siap melaju meninggalkan area mansion. Hingga mobil berjumlah sekitar delapan mobil jika dihitung itu pun benar-benar melaju meninggalkan area mansion. Di sepanjang jalan, Fella tak mengatakan apa pun. Gadis itu hanya menundukan kepala dan sesekali mencuri pandang pada Ero yang sedang duduk di sampingnya sambil memainkan ponsel. Sebenarnya ada satu pertanyaan yang bercokol di benak Fella dan ingin dia tanyakan sekarang juga. Bukankah ini kesempatan untuk bertanya di saat dirinya dan Ero berada dalam jarak sedekat ini? Fella meneguk ludah sebelum memberanikan diri untuk membuka mulut dan berkata, “Dari sekian banyak wanita di dunia ini, kenapa harus aku yang kau jadikan b***k seperti ini?” Ero seketika mendongak, menoleh ke arah Fella dan menatap gadis itu dengan satu alis terangkat naik. “Jawabannya sangat mudah karena dari sekian banyak wanita di dunia ini hanya kau yang dengan bodoh menjadikan mansionku sebagai target pencurian. Kau sendiri yang mendatangiku, tentu saja akan kumanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. Aku jadi tidak perlu repot-repot mencari wanita di luaran sana untuk dijadikan istri sementara, bukan?” Fella meringis, pria di sampingnya itu benar-benar b******k karena begitu menyepelekan seorang wanita dan juga pernikahan. “Bukankah kau sudah memiliki kekasih? Aku mendengar kau membicarakan wanita itu saat aku bersembunyi di dalam lemari.” “Ya, aku memang memiliki kekasih.” “Jika dia tahu kau menikahiku, bagaimana reaksinya nanti? Mungkin dia akan marah.” Ero terkekeh geli. “Dia tidak akan marah karena tahu persis yang kulakukan ini demi kebaikannya. Jika kau benar mendengarkan pembicaraanku dan Paman Maverick semalam, artinya kau juga tahu bahwa kekasihku itu berprofesi sebagai model papan atas. Dia sedang mengejar karir modelnya sehingga belum bisa menikah denganku. Dia pasti senang jika tahu alasanku menikahimu karena aku sedang mendukung keinginannya mengejar karir dan impiannya.” “Sepertinya kau sangat mencintai kekasihmu itu karena kau sampai mendukung semua impiannya seperti ini?” “Kurang lebih sama sepertimu yang juga sangat mencintai kekasihmu sampai kau rela mengorbankan diri dengan menerima tawaran pernikahan dariku demi menyelamatkan nyawanya.” Fella pun diam membisu, karena Ero begitu lihai membalikkan kata-katanya. “Kau benar. Aku mengorbankan diri bersedia menikah denganmu demi menyelamatkan nyawa Diego karena itu kau jangan coba-coba menyakitinya. Karena jika aku tahu kau mengingkari janji dan menyakiti Diego tanpa sepengetahuanku, aku akan melarikan diri darimu.” Ero pun tertawa terbahak-bahak seolah ancaman Fella itu sebuah lelucon baginya. “Kenapa kau tertawa? Aku serius mengatakan ini.” “Kau bicara begitu seolah kau bisa melarikan diri dariku.” Fella mendengus pelan. “Jangan lupa aku ini seorang pencuri yang sudah sering keluar masuk rumah orang-orang kaya, tentu saja aku pasti bisa menemukan cara untuk melarikan diri darimu suatu hari nanti jika sampai kau ingkar janji.” Ero berdecak kali ini. “Aku sudah mengatakannya dengan jelas padamu, aku bukan tipe orang yang suka ingkar janji, aku akan menepati apa pun yang sudah aku janjikan, kecuali jika kau membuatku marah besar dan berubah pikiran. Saat itulah jangan salahkan aku jika janji yang sudah kuucapkan padamu akan kuingkari. Intinya nyawa kekasihmu itu ada dalam genggaman tanganmu. Jadi, jaga sikapmu. Paham?” Fella hanya mampu meneguk ludah karena sadar dirinya benar-benar terjebak dalam situasi ini, sepertinya dia tidak akan pernah bisa melepaskan diri dari genggaman tangan Ero kecuali jika dia sudah melaksanakan tugasnya yaitu melahirkan seorang anak laki-laki untuk pria itu. “Cukup sampai di sini pembicaraan tak penting di antara kita berdua ini karena kita sudah tiba di mansion orang tuaku. Ingat peringatanku tadi, jangan coba-coba berulah di depan orang tuaku atau kekasihmu yang akan menanggung akibatnya. Dia yang akan aku hukum dengan berat setiap kau melakukan kesalahan sekecil apa pun.” Tanpa menunggu respons Fella, Ero keluar dari mobil setelah anak buahnya membukakan pintu mobil untuknya. Fella ikut menyusul keluar dari mobil setelah salah seorang anak buah Ero membukakan juga pintu mobil untuknya. Kini tatapan gadis itu tertuju ke depan, pada mansion mewah milik orang tua Ero. Dan entah akan seperti apa pertemuannya dengan orang tua Ero sebentar lagi? Mungkinkah mereka akan menerimanya sebagai calon menantu? Entahlah, Fella sendiri sangat penasaran memikirkan semua pertanyaan itu dan sebentar lagi dia akan mengetahui jawabannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN