Penawaran

2349 Kata
Fella benar-benar kebingungan, tak tahu harus bagaimana agar dirinya bisa selamat dari kondisi ini. Dia benar-benar terkurung di masion seorang bos mafia yang sangat terkenal dengan kekejamannya. Fella sudah mencoba untuk keluar, tapi memang semua pintu dalam kondisi terkunci, dan di luar mansion sangat banyak bodyguard yang berjaga sehingga dia tak berani mencoba melarikan diri melalui jendela. Para bodyguard itu bisa Fella tebak merupakan anak buah dari pemilik mansion, mengingat seorang mafia tentunya memiliki kelompok sendiri. “Duh, aku harus bagaimana sekarang? Mana Diego tidak bisa dihubungi?” gumam Fella kebingungan, seraya menatap earphone di tangannya dengan lesu. “Aku tidak mungkin berdiam diri di sini atau aku akan tertangkap, aku harus bersembunyi lagi.” Fella pun mencoba mencari tempat persembunyian sambil menunggu siang tiba. Karena jika siang hari, Fella yakin akan ada pintu yang terbuka sehingga dia bisa keluar dari mansion. Andai saja dia memiliki kemampuan untuk membobol sistem keamanan dengan merusak pintu itu seperti kemampuan Diego, pasti dia tidak akan kesulitan seperti sekarang. Sayangnya yang bisa melakukan itu adalah Diego dan sialnya pria itu tak bisa Fella hubungi walau sudah dia coba untuk berkomunikasi dengan sang kekasih berulang kali. ‘Tidak mungkin Diego tertangkap oleh mereka, kan?” Pemikiran mengerikan itu sempat terlintas di benak Fella mengingat mobil yang Diego parkir terletak tak jauh dari mansion. Selain itu, alasan Fella berpikir demikian karena merasa heran Diego tak bisa dihubungi seolah seseorang dengan sengaja memutus akses untuk mereka berkomunikasi. Dengan cepat Fella menggelengkan kepala untuk menepis pemikiran itu. “Tidak. Diego pasti baik-baik saja. Ya, dia pasti bisa melarikan diri seandainya orang-orang di luar mansion menyadari keberadaan mobil kami. Ya, Diego sangat jenius, dia pasti bisa menemukan jalan keluar untuk menyelamatkan diri dan menyelamatkanku dalam kondisi seperti ini. Yang harus aku lakukan sekarang adalah mempercayai Diego dan menunggu dia menolongku. Ya, aku harus bersembunyi sekarang, jangan sampai aku tertangkap oleh mereka.” Setelah bergumam sendirian dan mengambil keputusan itu, Fella kembali menelusuri setiap pintu yang ada di mansion dan baru dia sadari hanya ada satu ruangan yang pintunya dalam kondisi tidak terkunci, tidak lain merupakan ruangan tempat Ero menyimpan barang-barang berharganya. Dengan terpaksa Fella pun kembali ke ruangan itu karena merasa tak ada pilihan lain. Setibanya di ruangan itu, Fella merasa harus secepatnya kembali masuk ke dalam lemari untuk bersembunyi karena tak menutup kemungkinan Ero atau orang lain akan masuk ke ruangan itu. Namun, rasa lapar dan haus dirasakan oleh Fella. Betapa malangnya gadis itu karena tak ada makanan sedikit pun di runagan tersebut. Namun, saat tatapannya tertuju ke arah meja. “Ah, benar juga. Di meja kan ada kopi yang belum diminum oleh bos mafia itu. Aku minum saja. Aku haus sekali, rasanya sudah tidak tahan. Tenggorokanku kering sekali.” Tanpa pikir panjang lagi Fella pun meminum kopi yang sudah dingin tersebut. Dia lantas masuk ke dalam lemari untuk bersembunyi. “Hah, kenapa aku mengantuk sekali, ya? Walau dipikir-pikir ini wajar karena ini sudah tengah malam. Biasanya aku sedang tidur nyenyak di kasur empukku. Sekarang aku terpaksa harus tidur di lemari yang sempit, pengap dan dingin ini.” Fella pun berjongkok dan karena dia sudah tak tahan dengan rasa ngantuk yang tiba-tiba menyerang, Fella memejamkan mata dan akhirnya jatuh tertidur. *** Yang Fella rasakan begitu dia hendak membuka mata adalah tubuhnya yang seperti sedang terikat karena dia tak bisa bergerak dengan bebas. Saat kedua matanya yang terpejam akhirnya terbuka dengan gerakan perlahan. Fella seketika menyipitkan mata karena cahaya yang menerpa tepat ke wajahnya membuatnya begitu silau. Fella mengerjap-ngerjapkan mata untuk menyesuaikan indera penglihatannya. Di detik berikutnya dia terbelalak karena mendapati dirinya sedang dikelilingi oleh sekitar tiga pria berbadan besar yang berdiri menjulang di hadapannya. Fella panik bukan main, dia berusaha berlari, tapi usahanya percuma karena dia tak bisa bergerak dengan bebas. Baru gadis itu sadari tubuhnya terikat dengan kursi. “Hm, akhirnya kecoa ini bangun juga.” Fella tersentak, suara baritone yang tengah mengalun itu tak terdengar asing di telinganya karena dia yakin baru mendengarnya semalam. Dia pun menoleh ke arah sumber suara dan seketika kedua matanya terbelalak menemukan sosok Ero sedang duduk angkuh di kursi kebanggaannya. Ada pria bernama Maverick yang juga berada di ruangan tersebut. Fella meneguk ludah, ternyata kecoa yang semalam dimaksud Ero adalah dirinya dan kini gadis itu baru sadar bahwa sejak awal aksi penyusupannya telah gagal karena keberadaannya telah diketahui oleh sang pemilik mansion. Ero bangkit berdiri dari duduknya, lalu menghampiri Fella, membuat gadis malang itu gemetar ketakutan, apalagi tangan Ero tidak kosong, melainkan sedang memegang pistol kesayangannya, yang pria itu bilang semalam selalu dia gunakan untuk menembak kepala musuh-musuhnya. “Kecoa sepertimu berani sekali menyusup masuk ke mansionku dan ingin mencuri barang-barang berharga koleksiku di ruangan ini. Kau pikir tindakanmu ini tidak akan ketahuan, hm?” Fella meneguk ludah, mendengar Ero berkata demikian padanya entah kenapa membuatnya bergidik. Rasa takut menyeruak di dalam dadanya. “Jika kau pikir aksimu ini tidak akan ketahuan oleh kami, maka kau sangat bodoh. Sistem keamanan di mansion ini tentu saja tidak akan main-main, dan tidak akan bisa dimanipulasi oleh kecoa kecil sepertimu. Gara-gara keberanianmu yang salah itu semalam suasana hatiku yang sudah buruk menjadi semakin buruk. Rasanya ingin sekali aku menembak kepalamu sekarang juga sebagai hukuman setimpal karena sudah menjadikan mansionku sebagai targetmu untuk mencuri semalam.” Ero menempelkan ujung pistolnya ke kening Fella, tentu saja membuat gadis malang itu gemetar ketakutan. “Tidak. Tolong jangan bunuh aku. Ampuni aku karena aku tidak tahu mansion ini milik anda, Tuan. Jika aku tahu sejak awal bahwa mansion ini milik seorang mafia besar seperti anda, tentunya aku tidak akan bertindak bodoh dengan menjadikan mansion anda sebagai target. Tolong ampuni aku. Biarkan aku pergi dari sini,” pinta Fella disertai kedua matanya yang berkaca-kaca nyaris menumpahkan air mata karena dia ketakutan bukan main. “Kalian dengar barusan? Kecoa kecil ini meminta ampun karena tidak ingin mati. Hahaha …” Ero tertawa lantang, lalu diikuti orang-orang yang berada di ruangan itu, ikut menertawakan Fella yang sedang ketakutan setengah mati. “Sayangnya aku bukan tipe orang yang akan melepaskan begitu saja orang yang sudah berani mengusik hidupku.” Melihat Ero menarik pelatuknya seolah siap melepaskan tembakan tepat di pelipisnya membuat Fella semakin gemetar ketakutan. Air matanya yang menggenang di pelupuk mata kini berjatuhan dengan deras di wajahnya. Dia benar-benar takut sekarang, sungguh dia belum mau mati. “Jangan, Tuan! Aku mohon jangan bunuh aku!” teriak Fella seraya memejamkan kedua mata karena tak kuasa membayangkan Ero benar-benar akan menarik pelatuk pistol itu dan sudah pasti Fella akan mati dalam kondisi mengenaskan karena peluru bersarang di kepalanya. Fella membuka kedua matanya lagi saat tak mendengar suara letusan dari pistol Ero, atau merasakan sakit karena peluru bersarang di kepalanya. “Jadi kau ingin aku mengampunimu?” tanya Ero, masih tak beranjak dari sana karena dia masih menodongkan pistol di pelipis Fella. Dengan cepat Fella mengangguk-anggukan kepala. “Ya, tolong ampuni aku, Tuan. Aku janji tidak akan pernah menginjakan kaki di mansion anda lagi.” Ero mendecih. “Tentu saja mana mungkin kau berani menginjakan kaki di mansion ini lagi setelah tahu siapa pemiliknya, bukan? Tapi siapa yang bilang aku akan melepaskanmu?” “L-lalu apa yang akan anda lakukan padaku?” tanya Fella dengan suara bergetar, ketakutan yang dia rasakan sama sekali tidak main-main. “Jika kau memang belum mau mati dan masih sayang pada nyawamu, aku akan memberikan sebuah penawaran padamu.” “Penawaran?” Ero mengangguk. “Ya, penawaran. Aku yakin kau pasti mendengarkan pembicaraanku semalam dengan Paman Maverick di sini. Karena kami sengaja membahas masalah itu di ruangan ini agar kau bisa mendengarnya.” Fella terbelalak, tak menyangka sejak awal saat dirinya bersembunyi di lemari ruangan ini, keberadaannya sudah diketahui oleh Ero. “J-jadi sejak awal anda tahu aku bersembunyi di lemari ruangan ini?” Ero berdecak. “Tentu saja aku tahu. Karena itu aku menyuruh Paman Maverick menyiapkan kopi spesial untukmu karena aku tahu kau pasti akan meminumnya.” Ero pun tertawa lantang, berbanding terbalik dengan Fella yang terdiam karena dia baru menyadari semua yang sudah menimpanya ini sudah diatur oleh Ero. Dia telah terjebak oleh permainan pria itu karena kopi yang dia minum semalam sepertinya sudah dicampur dengan obat tidur karena itu rasa ngantuk tiba-tiba menyerang Fella. “Lagi pula aku sudah tahu semua hal tentangmu. Sangat mudah bagi kami untuk mengorek informasi tentang seseorang.” Ero menjeda ucapannya seraya menoleh pada Maverick. “Paman Maverick,” panggilnya seraya menunjuk Fella dengan dagunya sebagai isyarat. Maverick yang tahu persis arti di balik isyarat Ero itu pun bangkit berdiri dari duduknya. Mengeluarkan ponsel dari saku jasnya, pria paruh baya itu pun berkata, “Namanya Fella Donna Filippa, berusia 27 tahun saat ini. Dia merupakan anak yatim piatu karena tahun lalu orang tuanya tewas akibat wabah covid-19 yang menyerang Italia dua tahun terakhir ini. Dia memiliki seorang adik laki-laki berusia 11 tahun yang saat ini tinggal bersama neneknya. Fella tidak memiliki pekerjaan tetap sehingga menjadikan mencuri sebagai profesi.” Fella melebarkan mata karena identitas tentang dirinya begitu detail dibacakan oleh Maverick. Melihat ekspresi terkejut di wajah Fella, Ero menyeringai lebar. “Bagaimana? Sekarang kau percaya kami tahu semua hal tentangmu? Karena itu jangan coba-coba melawanku.” Fella meneguk ludah karena rasa takutnya tak tertahankan lagi. Dia ingin segera pergi dari tempat itu, walau dia tahu itu sesuatu yang mustahil bisa dia lakukan saat ini. “Sebenarnya apa yang anda inginkan dariku?” “Pertanyaan yang bagus. Kita kembali ke penawaran yang aku maksud tadi.” Ero menjauhkan pistol dari pelipis Fella membuat gadis itu setidaknya bisa bernapas lega untuk sementara waktu. “Kau pasti mendengar aku sedang ada masalah karena ayahku memberikan syarat jika aku ingin diresmikan sebagai penerus keluarga Romanov, aku harus menikah dan memiliki keturunan seorang anak laki-laki.” Fella mulai merasakan firasat buruk mendengar perkataan Ero tersebut. “Inilah penawaran yang aku berikan padamu. Karena aku sedang membutuhkan seorang wanita untuk menjadi istriku dan melahirkan keturunanku, maka aku akan menawarkan hal itu padamu. Menikahlah denganku dan lahirkan seorang anak laki-laki untukku, maka aku akan melepaskanmu. Akan kubiarkan kau pergi dari mansion ini dan akan aku lupakan niatmu yang ingin mencuri di mansion milikku. Bagaimana?” Fella diam seribu bahasa, ternyata firasat buruknya terbukti benar. Namun, Fella tak sudi jika dirinya harus menikah dengan pria yang tidak dia cintai, terlebih pria itu seorang mafia yang kejam seperti Ero. Fella mengangkat kepala dan memberanikan diri menatap wajah Ero karena ada sesuatu yang dia ingat dan harus dia tanyakan sekarang juga. “Semalam aku dengar kau tidak akan segan-segan membunuh orang yang sudah tidak berguna untukmu. Bagaimana jika aku sudah melahirkan anak laki-laki untukmu, mungkin kau akan membunuhku karena merasa sudah tidak membutuhkanku lagi?” Mendengar pertanyaan Fella yang serius itu, Ero tertawa terbahak-bahak. “Hah, benar juga. Aku memang berkata demikian semalam. Tapi jangan khawatir, aku tidak pernah mengingkari janji yang sudah aku ucapkan. Karena barusan aku mengatakan akan melepaskanmu jika kau berhasil memberiku seorang anak laki-laki, maka itulah yang akan aku lakukan. Kecuali jika kau tidak bisa memberiku keturunan alias mandul, baru aku akan membunuhmu detik itu juga karena kau memang tidak berguna untukku.” Napas Fella naik turun dengan cepat, dia benar-benar dilema sekarang. “Lalu bagaimana jika anak yang kulahirkan itu anak perempuan?” Ero mendengus. “Tentu saja kau harus terus melahirkan keturunanku sampai kau berhasil melahirkan anak laki-laki. Karena yang kubutuhkan itu anak laki-laki, bukan anak perempuan. Jadi, bagaimana? Apa kau bersedia menerima tawaranku ini?” Fella merenung dalam diam, tengah menimbang-nimbang keputusan yang harus diambilnya. Dan saat sebuah keputusan sudah dia dapatkan, dengan berani dia menatap wajah Ero lekat. “Aku tidak mau,” sahut gadis itu tegas. “Aku tidak sudi menjadi budakmu. Lebih baik aku mati dibandingkan aku harus menikah denganmu dan melahirkan keturunanmu.” Tentu saja jawaban Fella itu membuat Ero murka. Dia kembali menempelkan ujung pistolnya ke kening Fella. Siap menembakan peluru di pistol itu agar bersarang di kepala Fella. “Kurang ajar, berani kau menolak tawaranku padahal niatku baik ingin memberimu kesempatan untuk tetap hidup.” “Aku tidak sudi menikah dengan pria kejam sepertimu!” teriak Fella seolah sudah pasrah meskipun nyawanya akan melayang sebentar lagi karena sudah begitu berani berkata demikian pada Ero. “Baik. Jadi kau memilih mati. Kalau begitu matilah kau!” “Ero, tunggu!” Namun, gerakan tangan Ero yang nyaris menekan pelatuk pistol itu terhenti karena mendengar suara Maverick yang menghentikannya. Dia pun mendelik pada sosok pria paruh baya yang sudah dia anggap seperti ayahnya sendiri. “Jangan membunuhnya.” Ero mendecih, meludah sembarangan. Wajah pria itu memerah karena baru kali ini ada wanita yang berani menghinanya seperti itu. “Apa paman tidak dengar apa yang dia katakan tadi? Dia bilang lebih baik mati daripada menikah denganku.” “Tenangkan dirimu. Jangan terbawa emosi. Ingat, kau sedang membutuhkannya demi memenuhi syarat dari ayahmu. Menurutku dia wanita yang cocok karena memiliki wajah yang cantik, dan dia juga seorang yatim piatu jadi kita tidak perlu repot-repot mengurus orang tuanya." Ero tertegun, mungkin merasa yang dikatakan Maverick itu ada benarnya. “Mungkin Paman memang benar. Tapi dia menolak menerima penawaran dariku.” “Kau bisa memaksanya dengan cara lain, bukan? Ingat, dia memiliki orang yang berharga dalam hidupnya.” Fella melebarkan mata, dia sudah bisa menebak arah pembicaraan Maverick dan Ero ini. “Jika kalian berniat menjadikan adik laki-lakiku sebagai alat untuk mengancamku, maka jangan harap aku ….” “Memangnya siapa yang berniat menjadikan adik laki-lakimu sebagai alat untuk mengancammu?” tanya Ero, dengan cepat memotong ucapan Fella yang belum selesai. “Aku tidak tertarik membunuh anak kecil berusia 11 tahun yang tidak tahu apa-apa. Lagi pula bukankah kau masih memiliki seseorang yang begitu berharga dalam hidupmu selain adik laki-lakimu itu?” “Apa maksudmu?” tanya Fella, meminta penjelasan. Ketika Ero bertepuk tangan karena sedang memberikan instruksi pada anak buahnya, tak lama kemudian, dua orang pria berbadan besar masuk ke dalam ruangan seraya membawa seorang pria yang dalam kondisi terikat. Fella terbelalak sempurna saat melihat orang yang dibawa masuk ke dalam ruangan oleh dua anak buah Ero. “Diego,” gumamnya lirih dan sekarang Fella paham alasan Diego tak bisa dihubungi semalam karena ternyata pria itu telah ditangkap oleh anak buah Ero.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN